“Bayinya lahir di musim hujan, sih. Makanya kuning.” Mums pernah mendengar pernyataan semacam itu? Bayi kuning, atau jaundice, memang adalah masalah yang sangat umum pada bayi baru lahir. Namun ingat, kondisi ini tidak sesepele hanya karena si Kecil kurang dijemur dan mendapatkan paparan sinar matahari pagi. Yuk, kupas lebih dalam tentang bayi kuning agar Mums tak salah kaprah.
Fakta Sakit Kuning pada Bayi Baru Lahir
Sesuai namanya, sakit kuning adalah penyakit yang membuat si Kecil terlihat kuning dibanding kulit bayi pada umumnya. Saat ini terjadi, mata dan kulit bayi berwarna kekuningan. Penyebab sakit kuning adalah penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin dalam darah dan jaringan bayi (hiperbilirubinemia).
Bilirubin adalah pigmen normal yang dibuat ketika sel darah merah terurai di dalam tubuh. Ini biasanya diproses oleh hati, didaur ulang, dan dihilangkan melalui pembuangan tinja bayi. Ketika si Kecil kuning, tubuhnya memproduksi terlalu banyak bilirubin, sementara hati bayi baru lahir membutuhkan waktu beberapa hari untuk memprosesnya, sehingga pigmen ini tidak cukup cepat dibuang. Inilah yang membuat sekitar enam dari 10 bayi baru lahir mengalami penyakit kuning.
Penyakit kuning biasanya muncul pada hari kedua atau ketiga, atau setidaknya 5 hari pasca-kelahirannya. Untungnya, jika si Kecil lahir cukup bulan dan sehat, penyakit kuning ringan tidak perlu dikhawatirkan dan akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu seminggu atau lebih.
Walau menjadi kondisi normal yang umum dialami si Kecil di hari-hari pertama kelahirannya, namun jangan sampai Mums lengah. Pasalnya, penyakit kuning dapat menyebabkan masalah bagi beberapa bayi dengan kondisi sebagai berikut:
- Bayi lahir prematur sebelum usia kehamilan 37 minggu.
- Berat lahir bayi kurang dari 2500 gram.
- Golongan darah si Kecil tidak sesuai dengan golongan darah Mums. Hal ini juga bisa berlaku jika Mums bergolongan darah rhesus negatif.
- Si Kecil sudah sakit kuning di 24 jam pertama setelah kelahirannya.
- Sakit kuning telah menjalar ke lengan dan kaki.
- Si Kecil mengalami infeksi.
- Ditemukan memar pada tubuh bayi dan ia menjalani persalinan yang sulit seperti menggunakan alat bantu forceps untuk mengeluarkannya.
- Saudara kandung si Kecil juga menderita sakit kuning dan membutuhkan perawatan.
Oh ya, terkait dengan tradisi menjemur bayi baru lahir yang dipercaya dapat mengobati sakit kuning, nyatanya tidak sepenuhnya benar, lho. Karena bilirubin dihasilkan dari penguraian sel darah merah dan tidak mudah larut dalam air, maka diperlukan paparan cahaya yang cukup lama dan konstan untuk melarutkan kadar bilirubin yang berlebihan dalam tubuh. Sementara, batas aman untuk menjemur bayi selama 10-15 menit saja.
Walau begitu, menjemur si Kecil setiap pagi tak juga salah, kok.Menjemur si Kecil sebenarnya bertujuan untuk menghangatkan tubuh dan merangsangnya untuk haus. Ketika bayi haus, maka ia akan cenderung minum lebih banyak susu. Protein yang terkandung dalam susu akan mengikat bilirubin, kemudian membawanya ke hati dan dikeluarkan melalui feses dan urine. Selama proses itu, dalam beberapa hari kadar bilirubin dalam tubuh akan kembali normal.
Baca juga: Perawatan Tali Pusat Bayi Baru Lahir, Jangan Sampai Salah
Tidak Semua Sakit Kuning pada Bayi Bayi Lahir Sama
Selain karena produksi bilirubin yang tinggi dan kinerja hati bayi yang belum sempurna, sakit kuning juga bisa disebabkan oleh beberapa hal. Inilah yang mendasari beberapa jenis sakit kuning pada neonatal (bayi berusia kurang dari 30 hari). Dan, berbeda sakit kuningnya, maka berbeda pula penanganannya.
Beberapa jenis sakit kuning pada bayi baru lahir yang perlu Mums ketahui adalah:
1. Sakit Kuning Fisiologis
Ini adalah jenis hiperbilirubinemia bayi yang paling banyak terjadi dan tidak memiliki konsekuensi serius pada si Kecil. Seperti yang sudah disebutkan di awal, sakit kuning ini akibat belum matangnya organ hati si Kecil untuk memproses pigmen bilirubin di dalam tubuh. Berdasarkan rekomendasi terbaru dari American Academy of Pediatrics, kadar bilirubin hingga 17-18 mg/dl dapat diterima sebagai batas normal untuk bayi baru lahir yang sehat. Sehingga, jika sakit kuning yang dialami si Kecil tergolong kategori ini, Mums bisa merawatnya di rumah dan fototerapi tidak selalu dibutuhkan.
Karena tergolong sakit kuning yang ringan, sering menyusui si Kecil di jam-jam pertama dan hari-hari setelah kelahiran membantu mengurangi risiko penyakit kuning. Dengan begitu, si Kecil akan mengeluarkan lebih banyak feses, dan ASI memberi energi yang diperlukan untuk memproses bilirubin.
2. Breastfeeding Jaundice (BFJ) dan Breastmilk Jaundice (BMJ)
Terhambatnya proses menyusui di hari-hari awal kehidupan si Kecil, memang biasa terjadi. Beberapa faktornya seperti produksi ASI yang tidak cukup, atau Mums kurang sering melakukan skin-to-skin dan mencoba menyusui si Kecil. Pada beberapa bayi, BFJ dan BMJ juga dapat terjadi akibat adanya gangguan mengisap, sehingga mengakibatkan proses pengosongan ASI menjadi tidak efektif dan produksi ASI menurun.
Perawatan yang disarankan untuk sakit kuning jenis ini adalah:
- Usahakan untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), maksimal satu jam setelah kelahiran si Kecil.
- Terus coba susui si Kecil, karena kolostrum akan cepat keluar dengan isapan bayi yang terus menerus (minimal 8-10 kali dalam 24 jam).
- Pilih untuk dirawat gabung dengan si Kecil.
- Pantau kenaikan berat badan serta frekuensi BAB dan BAK si Kecil.
- Jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/dL, perlu melakukan penambahan volume cairan dan stimulasi produksi ASI dengan melakukan pemerasan payudara.
- Melakukan fototerapi intensif dalam spektrum biru-hijau hingga mencapai kadar bilirubin serum total (BST) 12 mg/dL.
Sekilas tentang fototerapi, terapi ini mengubah bilirubin di kulit bayi menjadi zat kimia yang kurang berbahaya. Untuk memaksimalkan pencahayaan, selama diterapi bayi hanya mengenakan popok dan pelindung mata, lalu ditempatkan di inkubator hangat di bawah lampu biru. Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan ekskresi bilirubin, si Kecil akan membutuhkan asupan ASI teratur setiap tiga hingga empat jam.
Baca juga: Tak Perlu Panik, Begini Cara Atasi Pilek pada Bayi Baru Lahir
3. Sakit Kuning Patologis
Sekitar 10% penyakit kuning neonatal dapat disebabkan oleh masalah kesehatan, atau dinamakan penyakit kuning patologis. Penyebabnya antara lain:
- Kelenjar tiroid kurang aktif (hipotiroidisme), sehingga tidak menghasilkan hormon yang cukup.
- Ketidakcocokan golongan darah Mums dan si Kecil.
- Penyakit dengan faktor rhesus (suatu kondisi yang dapat terjadi jika Mums memiliki golongan darah rhesus negatif dan si Kecil berdarah rhesus positif.
- Infeksi saluran kemih.
- Sindrom Crigler-Najjar (kondisi bawaan yang memengaruhi enzim yang bertanggung jawab untuk memproses bilirubin).
- Penyumbatan atau masalah pada saluran empedu dan kantong empedu.
- Kekurangan enzim bawaan yang dikenal sebagai glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD).
Untuk kondisi sakit kuning ini, penanganan yang diperlukan antara lain fototerapi, transfusi darah, serta mengobati penyebab penyertanya.
Dari sini terlihat bahwa tidak semua sakit kuning bisa dianggap normal. Jika tingkat bilirubin sangat tinggi, dapat memengaruhi beberapa sel otak bayi dan dapat menyebabkan bayi menjadi kurang aktif. Dalam kasus yang jarang terjadi, bayi dapat mengalami kejang, menyebabkan tuli, cerebral palsy, serta keterbelakangan mental.
Untuk itu, pastikan Mums teliti mengecek kondisi si Kecil dan mendapatkan informasi informasi metabolik si Kecil secara menyeluruh, termasuk level bilirubinnya, sebelum ia dibawa pulang ke rumah. Dokter biasanya juga akan meminta Mums untuk memeriksakan si Kecil ke dokter beberapa hari setelah kepulangannya. Jadi pastikan Mums tidak melewatkan sesi tersebut agar kondisi kesehatan si Kecil terpantau dengan baik.
Baca juga: Pentingnya Tes Pendengaran untuk Bayi Baru Lahir
Sumber:
NCBI. Jaundice in Newborns.
NCBI. Hyperbilirubinemia in Neonates.
Victoria Government. Jaundice in Babies.
Healthlink British Columbia. Jaundice in Newborns.
IDAI. Terapi Sinar.
Comment