Hingga saat ini, coronavirus yang awalnya ditemukan di Wuhan, China, telah menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Menurut peneliti dari Universitas Sun Yat-sen di Guangzhou, China, penyebaran coronavirus yang cepat mungkin saja dipengaruhi oleh perubahan musim dan suhu.
“Suhu panas memiliki peran yang signifikan bagaimana virus berperilaku. Suhu dapat secara signifikan mengubah transmisi Covid-19. Mungkin saja, ada suhu terbaik untuk penularan virus,” kata peneliti.
Baca juga: Wabah Virus Corona, Makan Apa ya untuk Menambah Daya Tahan Tubuh!
Coronavirus Kehilangan Potensinya Ketika Cuaca Mulai Menghangat
Dikatakan peneliti, coronavirus sangat sensitif terhadap suhu panas. Suhu tinggi dapat mencegah penyebaran coronavirus di negara-negara yang lebih hangat. Sebaliknya, dapat menyebar dengan cepat di negara yang memiliki iklim lebih dingin. “Oleh karena itu, negara yang memiliki suhu yang lebih rendah, harus mengadopsi langkah-langkah kontrol yang paling ketat,” jelasnya.
Tidak sedikit otoritas kesehatan di berbagai negara yang mengatakan jika coronavirus kehilangan potensinya ketika cuaca mulai menghangat, seperti umumnya terjadi pada virus serupa yang menyebabkan flu biasa dan influenza.
Namun, studi terpisah dari sekelompok peneliti, termasuk ahli epidemiologi, Marc Lipsitch dari T.H. Harvard Chan School of Public Health, menemukan bahwa penularan berkelanjutan dari coronavirus dan pertumbuhan infeksi yang cepat dimungkinkan dalam berbagai kondisi kelembapan.
“Cuaca saja, seperti peningkatan suhu dan kelembapan saat musim semi dan musim panas tiba di belahan bumi utara, tidak akan serta merta menyebabkan penurunan dalam jumlah kasus tanpa penerapan intervensi kesehatan masyarakat yang luas,” ucap Marc.
Baca juga: Coronavirus pada Diabetes Lebih Berbahaya, Ini Cara Meningkatkan Imun!
Cuaca Lebih Hangat dan Lembap Akan Membuat Coronavirus Stabil
Penelitian tersebut dilakukan berdasarkan setiap kasus baru coronavirus yang dikonfirmasi di seluruh dunia antara 20 Januari hingga 4 Februari, termasuk di lebih dari 400 kota di China. Analisis menunjukkan bahwa jumlah kasus naik, sejalan dengan suhu rata-rata 8,72 derajat Celsius dan kemudian menurun.
“Suhu memiliki dampak pada lingkungan kehidupan setiap orang dan dapat memainkan peran penting pada kesehatan masyarakat dalam hal pengembangan dan pengendalian epidemi,” ujar studi tersebut.
Sementara itu, Hassan Zaraket, asisten direktur di Center for Infectious Diseases Research di American University of Beirut, mengatakan, “Ada kemungkinan bahwa cuaca yang lebih hangat dan lembap akan membuat coronavirus lebih stabil. Dengan demikian, kurang menular, seperti halnya patogen virus lainnya.”
Walau begitu, ia mengatakan jika para peneliti di seluruh dunia masih terus belajar tentang coronavirus. “Berdasarkan apa yang kami ketahui tentang virus corona lain, kami bisa berharap bahwa, ketika suhu memanas, stabilitas virus dapat menurun. Jika cuaca membantu kita mengurangi transmisi dan stabilitas lingkungan dari virus, mungkin kita dapat memutus rantai penularan,” ujarnya.
Saat pertama kali terdeteksi di Wuhan, China, cuaca di wilayah tersebut sedang musim dingin. Hingga akhirnya, penyebaran virus terjadi dengan cepat. Bagaimanapun, musim dingin berfungsi sebagai tempat berkembang biak ideal untuk virus yang telah mencapai kemampuan untuk menyebar di antara orang-orang karena lebih stabil di udara dingin.
Kelembapan rendah membantu coronavirus untuk bertahan lebih lama dan menyebar dengan cepat. Musim dingin juga mengurangi pertahanan tubuh, memungkinkan virus masuk ke dalam tubuh dengan mudah.
Dr. Jonas Nilsen dari Practio mengatakan jika coronavirus akan ‘berjuang’ untuk menginfeksi orang selama musim panas. “Cuaca hangat bukanlah kondisi menguntungkan untuk coronavirus. Biasanya, jenis lain infeksi coronavirus yang menyebabkan flu. Pilek lebih sering terjadi di musim dingin karena suhu rendah mendinginkan membran pada hidung yang membuatnya lebih mudah bagi virus untuk masuk ke dalam tubuh.”
Baca juga: Coronavirus Bisa Menyebar Melalui AC?
Referensi:
South China Morning Post. Coronavirus ‘highly sensitive’ to high temperatures, but don’t bank on summer killing it off, studies say
Business Standard. Covid-19 may be sensitive to heat but let’s not bet on it, say studies
Express. Coronavirus: Why the latest coronavirus will struggle to survive
Comment