Saat ini dunia dilanda ketidakpastian kapan wabah global coronavirus atau COVID-19 akan berakhir. Di tengah kepanikan, ketidakpastian, dan ketakutan, wajar jika masyarakat ingin tahu sebanyak-banyaknya tentang virus mematikan ini.
Hal ini menjadi kesempatan pada orang yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan informasi tentang COVID-19 yang tidak benar, bahkan menyesatkan. Geng Sehat, berikut ini adalah 10 di antaranya yang sebaiknya tidak perlu dipercaya. Jika mendapatkan salinan informasi salah tersebut, jangan bagikan ke siapapun ya!
Kepala Divisi Penyakit Infeksi di University of Maryland, Amerika Serikat, dr. Faheem Younus, belum lama ini membagikan informasi melalui akun Twiter, tentang 10 mitos atau informasi tidak benar terkait COVID-19.
Sebenarnya, ada ratusan bahkan ribuan informasi yang salah tentang COVID-19. Namun, dr. Younus menyaringnya menjadi 10, yang paling banyak dipercaya oleh masyarakat.
Virus yang sudah membunuh ribuan orang ini memang muncul pertama kali di Wuhan, Tiongkok, saat musim dingin. Namun bukan berarti saat udara berganti menjadi lebih hangat atau panas, pendemi COVID-19 akan hilang.
Menurut dr. Younus, belajar dari pandemi-pandemi sebelumnya, hampir semua virus penyebab pandemi tidak bergantung cuaca. Wabah ini bersifat global. Buktinya, saat bumi bagian utara tengah musim dingin, di belahan bumi selatan justru panas. Saat itu pandemi terjadi bersamaan. Dengan begitu pendapat yang menyatakan COVID-19 akan menghilang di musim panas sama sekali tidak berdasar.
Sampai saat ini baru terbukti bahwa COVID-19 hanya menyebar melalui droplet atau percikan batuk/bersin orang yang membawa virus, baik mereka bergejala maupun tidak. Virus ini tidak menular melalu darah. Nyamuk tidak meningkatkan penularan.
Salah satu gejala infeksi COVID-19adalah sesak napas. Inilah yang memicu mitos bahwa jika Kamu batuk namun masih bisa menahan napas minimal 10 detik, artinya Kamu sedang tidak terinfeksi COVID-19.
Kebanyakan pasien COVID-19 usia muda, masih bisa menahan napas hingga 10 detik bahkan lebih lama. Tetapi ini sulit dilakukan pasien usia lanjut, meskipun mereka tidak dinyatakan positid COVID-19. Jadi indikator terinfeksi atau tidak, ditentukan hanya melalui tes usap tenggorokan dan kemudian diuji di laboratorium, bukan dengan menahan napas yang sangat konyol.
Bank darah tidak melakukan tes COVID-19. Donor darah adalah tindakan kemanusiaan, jadi jangan menjadi donor darah untuk motivasi yang salah ya Geng!
Semua jenis coronavirus termasuk COVID-19 memang masuk melalui saluran pernapasan. Tetapi mereka tidak diam di permukaan mukosa tenggorokan, melainkan masuk ke dalam sel. Jadi percuma saja Kamu siram dengan air putih yang banyak. Lebih baik Kamu tingkatkan kekebalan tubuh agar virus yang sudah masuk ke sel bisa ditangkap dan dibunuh oleh sel-sel imun kita.
Kecelakaan lalu lintas, atau kecelakaan lainnya tidak menular! Fatalitas dan jumlah korban akibat kecelakaan lalu lintas tidak bertambah dua kali lipat setiap tiga hari. Kecelakaan juga tidak menimbulkan kepanikan massa dan dampak luar biasa pada ekonomi dunia.
Jika saat ini di suatu wilayah, jumlah korban COVID-19 tidak bertambah atau malah menurun, itu adalah hasil dari social distancing yang sukses. Contohnya Singapura dan Vietnam. jadi bukan karena virusnya tidak berbahaya.
Sabun dan air dapat membunuh dan membuang virus yang menempel di kulit kita. Dengan begitu, virus tidak sempat masuk ke dalam tubuh melalui kulit. Jadi tidak usah panik saat kehabisan hand sanitizer, selama sabun dan air masih mudah dijangkau.
Tidak ada salahnya Kamu membersihkan gagang pintu dengan disinfektan. Tetapi cuci tangan dengan sabun dan jaga jarak minimal 2 meter dengan orang lain tetap upaya pencegahan terbaik. Kecuali di rumahmu ada pasien yang terinfeksi COVID-19, maka perlu dilakukan disinfektan ke seluruh permukaan rumah.
Tentang informasi ini, dr. Younus hanya menjabawab, “really?” Geng Sehat, COVID-19 adalah bencana global yang nyata. Jadi fokus pada pencegahan dan pengendalian saja ya, tidak perlu membuang tenaga untuk sebuah teori konspirasi yang tidak perlu. Bisa-bisa kita baru melihat COVID-19 sebagai ancaman nyata saat sudah terlambat.
Sumber:
Twiter @faheemyounus. Kepala Divisi Penyakit Infeksi di University of Maryland, Amerika Serikat, dr. Faheem Younus,
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…