Apa itu Social Distancing untuk Meredam Penularan Coronavirus?

Saat ini berbagai negara tengah berperang dengan coronavirus. Wabah ini tidak memandang negara besar atau kecil, negara maju maupun berkembang. Nyaris separuh lebih negara di planet ini tidak terbebas dari coronavirus.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Beberapa negara memberlakukan kebijakan berbeda menghadapi coronavirus. Ada yang menerapkan lockdown, di mana seluruh akses masuk dan keluar negara atau kota ditutup, termasuk menutup seluruh kegiatan publik demi mencegah penularan yang masif. Sebagian hanya menerapkan social distancing. Kemungkinan pemerintah Indonesia juga menerapkan kebijakan itu. Apa itu social distancing dan mengapa perlu dilakukan?

Baca juga: Wabah Virus Corona, Makan Apa ya untuk Menambah Daya Tahan Tubuh!

Social Distancing, Strategi Menurunkan Penularan Virus

Wabah virus, biasanya akan berakhir dengan sendirinya. Namun kita tidak dapat memprediksi berapa lama sampai coronavirus ini akan hilang sepenuhnya. Yang ditakuti semua orang, bahkan pemerintahan yang sekuat Amerika Serikat dan China sekalipun adalah ketika outbreak atau wabah berlangsung cepat dan serentak, menyebabkan orang sakit dalam jumlah yang banyak sekaligus.

Contoh yang paling nyata adalah kasus di Wuhan, di mana kasus coronavirus pertama kali menyebar. Dalam waktu singkat puluhan ribu korban jatuh, harus dirawat intensif dan sebagian meninggal. Pemerintah Cina sampai harus membangun rumah sakit darurat khusus pasien coronavirus yang perlu dirawat.

Kasus serupa terjadi di Italia dan Iran, di mana dalam waktu singkat, jatuh korban yang sangat banyak. Negara manapun dengan sistem kesehatan yang baik sekalipun akan kewalahan. Jumlah rumah sakit dan tempat tidur di seluruh rumah sakit tidak akan cukup menampung jumlah pasien.

Baca Juga :  Gara-gara Covid-19, Oksimeter Ramai Diburu. Bagaimana Cara Kerjanya?

Dilansir dari washingtonpost, peneliti dan ahli epidemiologi kemudian membuat simulator bagaimana mencegah ini terjadi. Mereka pertama menggambar sebuah kurva yang disebut kurva eksponensial, yakni kurva yang tajam menjulang, seperti puncak gunung.

Puncak kurva menggambarkan jumlah korban yang sangat banyak (sesuai ketinggian kurva), yang perlahan akan turun, menandakan wabah berakhir. Jika dipotong garis lurus mendatar membelah kurva, yang menggambarkan daya tampung rumah sakit, maka jelas bahwa tidak semuanya bisa ditangani. Bagian bawah kurva menandakan pasien yang dirawat di rumah sakit. Di bagian atas kurva adalah pasien yang tidak tertampung di rumah sakit dan kemungkinan meninggal.

Bisa dibayangkan alangkah banyak jatuh korban, biaya, dan tenaga yang harus disiapkan jika kondisi wabah terjadi seperti kurva eksponensial ini. Maka harus dicegah dengan membuat kurva menjadi lebih landai. Artinya tidak terjadi puncak eksponensial, sebailknya kurva memanjang ke samping. Artinya, tidak ada korban yang masif dalam waktu bersamaan. Bagaimana caranya membentuk kurva yang landai ini? Dengan social distancing sehingga membuat yang sakit bergantian.

Baca juga: Coronavirus pada Diabetes Lebih Berbahaya, Ini Cara Meningkatkan Imun!

Membatasi Aktivitas di Luar Rumah

Social distancing diartikan dengan membatasi aktivitas sosial di luar rumah. Caranya dengan tidak mendatangi kegiatan yang melibatkan banyak orang berkumpul. Misalnya konser, kongres, pameran, jalan-jalan ke mal, atau ke pasar.

Baca Juga :  7 Ramuan Alami yang Bisa Membantu Menurunkan Berat Badan

Presiden Jokowi hari ini (15/3) di Bogor telah menyarankan kantor menerapkan kerja dari rumah, sekolah dari rumah, dan bahkan beribadah di rumah. Tujuannya adalah semakin sedikit peluang terpapar orang yang positif coronavirus, meskipun si pembawa tidak bergejala.

Social distancing ini sudah diterapkan beberapa negara yang juga mengalami peningkatan kasus coronavirus positif, misalnya Singapura dan Vietnam. Mereka berhasil meredam lonjakan pasien. Dengan jumlah korban yang terkendali, petugas medis bisa memberikan perawatan optimal kepada yang sakit, dan memberikan kesempatan pada yang sudah terkena untuk pulih dan memiliki kekebalan alami terhadap coronavirus.

Jika digambarkan dengan kurva, maka akan terjadi kurva yang lebih landai, hingga pada suatu saat semua orang memiliki kekebalan dan virus corona tidak punya tempat lagi untuk berkembang.

Nah Geng Sehat apakah sudah menerapkan social distancing ini? Jika merasa tidak sehat, sebaiknya tinggal di rumah selama 14 hari sampai benar-benar sembuh. Jika curiga terpapar coronavirus karena ada riwayat bepergian ke luar negeri atau kontak dengan korban, segera lapor untuk dites. Terakhir, selalu disiplin menjaga kebersihan diri dengan rajin cuci tangan.

Baca juga: Kata Peneliti, Coronavirus Sensitif Terhadap Suhu Panas

Referensi:

Washingtonpost.com. Corona simulator.

Iflscience.com. Emergency over covid-19.

Kompas.com. Jokowi: saatnya kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah.

Comment