Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Sabtu, 08 September 2018 |
KalbarOnline,
Pontianak – Anggota VI BPK RI, Prof. Harry Azhar Azis, M.A., Ph.D mengatakan
bahwa dengan kondisi Kalbar terkini diakuinya memang krusial bagi Gubernur
Kalbar yang baru.
“Apalagi tadi Pak Gubernur katakan IPM Kalbar berada
diurutan 29 dari 34 provinsi, itu terlalu rendah menurut saya. Tetapi berdasarkan
standar IPM yang ditetapkan yakni sekitar 66 itupun belum termasuk tinggi,
karena batas IPM itu 70,” tukasnya.
Lanjut dia, IPM ada 3 (tiga) variabel ukuran diantaranya
pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat.
“Nah, itu ketiganya harus meningkat. Artinya partisipasi
orang lulus sekolah harus tinggi, masyarakat sehat dan daya belinya tidak boleh
turun, itu yang harus jadi perhatian. Caranya salah satunya dengan menciptakan
lapangan kerja, jadi anggaran-anggaran itu harus dihitung sedemikian rupa, tiap
rupiahnya harus dihitung, berapa dapat menciptakan lapangan kerja untuk
penduduk Kalbar,” paparnya.
Harry Azhar juga menjelaskan sejumlah kendala dalam mencapai
IPM yang sesuai itu yakni pada poin pendidikan dan kesehatan.
“Kalau saya perhatikan rata-rata dari pendidikan dan
kesehatan, membiarkan orang-orang miskin tetap miskin bahkan banyak masyarakat
yang meninggal kelaparan karena gizi buruk seperti di Asmat, masa sudah 73
tahun merdeka kita biarkan masyarakat mati karena gizi buruk, jangan sampai itu
terjadi di Kalbar karena tak terperhatikan Pemerintah. Dulu saya sekolah di
Amerika, kalau disana ada penduduk yang mati, Walikotanya itu digugat, kalau kita
kan tidak,” tuturnya mengingatkan.
Ia juga menyampaikan harapannya untuk Gubernur Kalbar,
Sutarmidji agar dapat menjadikan Kalbar sejahtera, maju dan terdepan.
“Saya percaya karena saya kenal dengan Gubernur yang baru
ini, Pak Sutarmidji dan dulu waktu Wali Kota pernah beberapa kali berhubungan
dengan saya, saya lihat konsennya, semangatnya, mudah-mudahan Kalbar lebih
bagus di masa yang akan datang,” tegasnya.
Ia juga menegaskan bahwa suatu pemerintahan tidak cukup
hanya dengan meraih predikat WTP.
“Tidak cukup WTP, itu syarat minimal, kewajiban
itu malahan. Dia harus tunjukan berapa angka kemakmuran selama pemerintahannya,
tadi saya ambil contoh, begitu dia dilantik Bupati angka kemiskinan yang awalnya
1000 lalu lima tahun kemudian meningkat 2000, di mata saya dia gagal sebagai Bupati
sepantasnya jangan dipilih lagi, tapi kita kan tidak ada sistem begitu. Nah,
itu yang mau saya terus dorong, mudah-mudahan kita menerapkan sistem itu, kalau
bisa itu jadi syarat untuk yang akan datang tidak boleh pimpinan daerah dipilih
kembali selama dia memerintah angka kemiskinan bertambah banyak,” tandasnya. (Fat)
KalbarOnline,
Pontianak – Anggota VI BPK RI, Prof. Harry Azhar Azis, M.A., Ph.D mengatakan
bahwa dengan kondisi Kalbar terkini diakuinya memang krusial bagi Gubernur
Kalbar yang baru.
“Apalagi tadi Pak Gubernur katakan IPM Kalbar berada
diurutan 29 dari 34 provinsi, itu terlalu rendah menurut saya. Tetapi berdasarkan
standar IPM yang ditetapkan yakni sekitar 66 itupun belum termasuk tinggi,
karena batas IPM itu 70,” tukasnya.
Lanjut dia, IPM ada 3 (tiga) variabel ukuran diantaranya
pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat.
“Nah, itu ketiganya harus meningkat. Artinya partisipasi
orang lulus sekolah harus tinggi, masyarakat sehat dan daya belinya tidak boleh
turun, itu yang harus jadi perhatian. Caranya salah satunya dengan menciptakan
lapangan kerja, jadi anggaran-anggaran itu harus dihitung sedemikian rupa, tiap
rupiahnya harus dihitung, berapa dapat menciptakan lapangan kerja untuk
penduduk Kalbar,” paparnya.
Harry Azhar juga menjelaskan sejumlah kendala dalam mencapai
IPM yang sesuai itu yakni pada poin pendidikan dan kesehatan.
“Kalau saya perhatikan rata-rata dari pendidikan dan
kesehatan, membiarkan orang-orang miskin tetap miskin bahkan banyak masyarakat
yang meninggal kelaparan karena gizi buruk seperti di Asmat, masa sudah 73
tahun merdeka kita biarkan masyarakat mati karena gizi buruk, jangan sampai itu
terjadi di Kalbar karena tak terperhatikan Pemerintah. Dulu saya sekolah di
Amerika, kalau disana ada penduduk yang mati, Walikotanya itu digugat, kalau kita
kan tidak,” tuturnya mengingatkan.
Ia juga menyampaikan harapannya untuk Gubernur Kalbar,
Sutarmidji agar dapat menjadikan Kalbar sejahtera, maju dan terdepan.
“Saya percaya karena saya kenal dengan Gubernur yang baru
ini, Pak Sutarmidji dan dulu waktu Wali Kota pernah beberapa kali berhubungan
dengan saya, saya lihat konsennya, semangatnya, mudah-mudahan Kalbar lebih
bagus di masa yang akan datang,” tegasnya.
Ia juga menegaskan bahwa suatu pemerintahan tidak cukup
hanya dengan meraih predikat WTP.
“Tidak cukup WTP, itu syarat minimal, kewajiban
itu malahan. Dia harus tunjukan berapa angka kemakmuran selama pemerintahannya,
tadi saya ambil contoh, begitu dia dilantik Bupati angka kemiskinan yang awalnya
1000 lalu lima tahun kemudian meningkat 2000, di mata saya dia gagal sebagai Bupati
sepantasnya jangan dipilih lagi, tapi kita kan tidak ada sistem begitu. Nah,
itu yang mau saya terus dorong, mudah-mudahan kita menerapkan sistem itu, kalau
bisa itu jadi syarat untuk yang akan datang tidak boleh pimpinan daerah dipilih
kembali selama dia memerintah angka kemiskinan bertambah banyak,” tandasnya. (Fat)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini