Harisson: Pegawai Tak Tetap yang Kini Jadi Sekda Kalbar

Sederet kisah tak terlupakan semasa bertugas sebagai dokter

Namun, dari setiap perpindahan tugasnya dari satu puskesmas ke puskesmas lain itu, selalu ada kisah menarik. Harisson punya sederet kisah yang tak terlupakan. Seperti saat dirinya bertugas di Puskesmas Kedamin, yang wilayah kerjanya mencakup Tanjung Rokan yang merupakan daerah perhuluan. Untuk menjangkaunya, harus melewati arung jeram. Meski terkendala geografis, daerah itu, kata Harisson, wajib dikunjungi.

Jika pukul enam pagi berangkat, maka pukul empat sore baru akan sampai ke daerah tersebut. Jika tanpa singgah. Tapi, yang namanya dokter, tetap harus singgah di sepanjang perjalanan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat di setiap daerah yang dilalui.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Melewati arung jeram itu, kata Harisson, harus menggunakan perahu panjang tidak bisa menggunakan perahu fiber. Sebab, akan banyak menghantam batu. Kemudian harus membawa peralatan seperti kompor dan lainnya.

“Kita pernah salah perhitungan waktu. Salah perhitungannya karena saat itu waktu sudah hampir sore. Sementara saat itu kami masih memberikan pelayanan kesehatan masyarakat di Desa Beringin, lalu staf saya bilang masih bisa lanjut ke Tanjung Rokan, sehingga kami putuskan untuk lanjut perjalanan. Tidak tahunya saat itu hujan dan gelap, lalu mesin perahu mati. Itu di tengah sungai. Walaupun dangkal akan tetapi arusnya deras karena daerah perhuluan. Terpaksa kita turun dari perahu mencari tempat yang bisa kami inap. Ketemu langkau warga. Kami pun terpaksa menginap di langkau tersebut, banyak nyamuk dan yang kita takutkan itu binatang liar,” ceritanya.

Baca Juga :  Budayawan Dayak Petrus Lengkong Meninggal Dunia

Selain itu, Harisson juga memiliki cerita menarik saat bertugas di Kabupaten Ketapang. Saat itu, cerita Harisson, ada yang namanya dokter terbang. Dia bersama dua orang lain ditugaskan berkunjung ke suatu daerah bernama Beginci. Berdasarkan pencarian di mesin pencari, Beginci merupakan satu daerah di Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang.

“Jadi naik persawat baling-baling satu dengan seorang pilot bule ke daerah Beginci. Dengan pesawat itu kita juga membawa obat-obatan, bahan makanan dan lainnya. Di sana, kita dilepas, disuruh memberikan pelayanan di sana. Setelah memberikan pelayanan, ternyata pesawat yang mengantar kita itu tidak menjemput balik,” kata Harisson.

Namun saat itu Harisson tetap tenang. Tak putus akal. Dia bersama dua orang lain yang ditugaskan ke Beginci itu lantas mencari radio untuk berkomunikasi di gereja dan permukiman warga setempat.

“Lalu saya meminta tolong menggunakan radio. Tidak tahunya, ternyata saya masuk ke frekuensi komunikasi pilot dan operator penerbangan. Pihak yang berwenang dari frekuensi itu pun marah, mereka minta frekuensinya jangan diganggu. Sementara kita harus menginformasikan bahwa kami harus dijemput. Pihak berwenang itu pun akan mengabarkan pilot pesawat yang mengantar kami untuk kembali menjemput kami, tapi mereka meminta kami agar jangan komunikasi di frekuensi mereka. Tapi ternyata kami tidak dijemput. Akhirnya kami pulang jalan kaki, ketemu permukiman, kami minta tolong diantar warga menggunakan perahu, jalan kaki lagi, naik perahu lagi, begitu seterusnya sampai di Ketapang. itu hanya untuk memberikan pelayanan kesehatan ke masyarakat,” ceritanya.

Baca Juga :  Ratusan Warga dari Berbagai Suku di Pontianak Utara Siap Menangkan Midji-Didi

“Kita apa boleh buat. Terima saja jalan kaki dan membawa barang-barang. Bertemu penduduk kita meminta tolong. Bayangkan, dulu susah untuk berkomunikasi, transportasi tidak bagus, tetapi kita harus tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat. Syukur sekarang sudah semakin maju,” katanya.

Simak terus kisah menarik Harisson yang dirangkum KalbarOnline di halaman berikutnya

Comment