KalbarOnline.com – Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir memberikan “serangan” terhadap Tiongkok. Terutama terkait pandemi Covid-19. Presiden AS, Donald Trump, menyebut virus Korona berasal dari lab di Wuhan. Selain itu, Tiongkok juga diminta bertanggung jawab.
Terkait “serangan” AS, Tiongkok tetap sabar dan terus memberikan bantahan namun tidak menyerang balik. Negara pimpinan Xi Jinping itu juga diminta tetap relaks dan tenang.
- Baca juga: Bersedia Hentikan Permusuhan dengan AS, Tiongkok Ajukan 4 Syarat
Dilansir dari South China Morning Post, Selasa (18/8), Profesor Ekonomi Politik Internasional di Universitas Peking, Zha Daojiong menyarankan Tiongkok tidak boleh terlibat dalam tindakan yang akan mengarah pada permusuhan dan memisahkan diri dengan Amerika Serikat. Justru sebaliknya harus tetap tenang dan terus membuka dan mengembangkan ekonominya.
Zha menambahkan, jika terpancing hanya akan merugikan Tiongkok. “Faktanya, Amerika Serikat selalu menjaga jarak dari Tiongkok dalam hal kebijakan ekonomi dan perdagangan. Misalnya ekspor produk dual-use technology dan hi-tech selalu dikontrol ketat oleh AS,” kata Zha.
“Untuk setiap negara, sebaiknya bekerja sama jika bisa bekerja sama. Tetapi jika satu negara menginginkan pemisahan, tidak bijaksana bagi negara lain untuk mengikuti arusnya,” tegasnya.
Zha membuat komentarnya di Boya Forum, platform promosi buku Peking University Press. Zha mengatakan Tiongkok harus fokus dalam hal memenuhi teknologi dan standar internasional, dan terus memperdalam reformasi dan keterbukaan.
“Selain itu, Tiongkok harus meningkatkan manufaktur dan integrasinya serta logistik transnasional. Tiongkok harus membuat produk kompatibel bersama sebanyak mungkin negara dan lalu berhenti bersaing dengan yang lain,” ungkapnya.
Awal Juli 2020, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi juga mengatakan bahwa Tiongkok akan mengupayakan kerja sama dengan AS atas dasar niat baik dan ketulusan. Bahkan Tiongkok siap untuk berdialog kapan saja.
Comment