Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 26 November 2018 |
KalbarOnline,
Pontianak – Terjadinya kelangkaan gas LPG (liquified Petroleum gas) kemasan 3 kilogran (kg) di sejumlah wilayah
di Pontianak membuat warga kota yang dijuluki Bumi Khatulistiwa ini resah. Seperti
diketahui beberapa pekan terakhir gas bersubsidi ini mulai sulit didapat, yang
barang tentu sangat berimbas kepada kebutuhan rumah tangga masyarakat.
Menyusul terjadinya hal itu,
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan
Perdagangan (Diskumdag) Kota Pontianak, Hariyadi S Triwibowo menuturkan penyebab
terjadinya kelangkaan gas elpiji kemasan 3 Kg di Pontianak lantaran masih
banyaknya spekulan-spekulan yang memanfaatkan momen dan situasi serta kondisi kebutuhan
elpiji saat ini.
“Jadi mereka (spekulan.red) itu pada
umumnya membeli elpiji dengan harga partai yang jumlahnya bisa 10-20 bahkan 50
tabung, lalu dijual kembali ke para pelaku industri menengah maupun besar. Disitu
ada margin dan keuntungan, inilah yang menyebabkan terjadinya kelangkaan. Kalau
ini dilakukan oleh para spekulan di setiap kelurahan dan kecamatan di Pontianak
akhirnya terjadi kelangkaan secara masif, inilah faktor utama penyebabnya,”
ujarnya saat diwawancarai KalbarOnline di ruang kerjanya, Senin (26/11/2018).
Dituturkan Hariyadi, pihaknya akan melakukan
berbagai upaya-upaya guna mengatasi kelangkaan elpiji agar masyarakat tak lagi
mengantri dan mengeluhkan hal yang kerap kali terjadi ini.
“Kami akan melayangkan surat imbauan kepada
seluruh pelaku usaha kecil menengah maupun besar, baik rumah makan, kafe, hotel
dan sebagainya untuk tidak menggunakan elpiji 3 kg. Kemudian kami akan
memberikan contoh kepada masyarakat melalui ASN di Pontianak yang jumlahnya
ribuan orang untuk tidak menggunakan elpiji bersubsidi, inilah sejumlah upaya
kita sebagai bentuk intervensi pemerintah kepada pelaku usaha,” tukasnya.
Hariyadi menegaskan bahwa pihaknya juga
telah melakukan berbagai upaya pengawasan bersama tim terpadu diantaranya pihak
Satpol-PP, Kepolisian termasuk pihak dari Pertamina agar pendistribusian elpiji
3 kg tepat sasaran.
“Kami bersama tim terpadu terus monitor
para pelaku usaha menengah maupun besar apakah para pelaku usaha ini menggunakan
elpiji subsidi atau bukan. Tentu pengawasan ini tidak bisa kami lakukan
sendiri, tentu peran masyarakat sangat dibutuhkan. Kalau masyarakat melihat ada
pelaku usaha menengah maupun besar yang menggunakan atau menimbun elpiji
subsidi, jangan sungkan melapor ke kami, pasti kami tindak. Supaya tindak
lanjutnya tepat,” tuturnya.
“Sejauh ini kalau sanksi, secara detail
kita memang belum ada aturan atau Perda untuk menghukum oknum-oknum pelaku
usaha besar yang menggunakan elpiji subsidi ini. Tapi kami berusaha dengan Satpol-PP
untuk melakukan pengawasan secara rutin, paling tidak kita berikan teguran
keras dari Bapak Wali Kota. Kalau teguran dari Wali Kota tidak diindahkan,
tentu bisa jadi kedepan izin usaha mereka kita tinjau kembali,” sambungnya.
Ditegaskan Hariyadi bahwa pihaknya dalam
waktu dekat bersama Pertamina, Satpol-PP dan pihak Kepolisian akan meramu sejumlah
langkah-langkah tepat untuk membuat jera para pelaku usaha besar dan para spekulan.
“Karena kelangkaan ini sudah sangat membuat
masyarakat. Nanti akan kita ramu sejumlah langkah-langkah agar pelaku nakal ini
jera,” tegasnya.
Dari pasokan elpiji oleh Pertamina,
Hariyadi mengklaim bahwa jumlah distribusi tabung gas elpiji subsidi kemasan 3
kilogram di Kota Pontianak sudah lebih dari cukup, sebab diungkapkannya,
sepanjang Januari-September 2018 sudah mencapai 15,8 metrik ton dengan
rata-rata perbulan kurang lebih 17,5 metrik ton dengan jumlah sebanyak 585 ribu
tabung elpiji 3 kg.
“Artinya dalam sebulan ada sekitar kurang
lebih 48 ribuan lebih tabung gas elpiji 3 kg yang didistribusikan ke Kota
Pontianak, itu sudah sangat cukup dengan jumlah masyarakat Pontianak, itu sudah
dihitung berdasarkan data statistik, apalagi kebutuhan untuk masyarakat tidak
mampu dalam sebulan itu paling banyak kurang lebih itu 3 tabung. Semestinya 585
ribu tabung perbulan itu sudah sangat mencukupi, kalau tidak ada
spekulan-spekulan dan pelaku usaha yang nakal,” imbuhnya.
Ia juga menegaskan bahwa pihaknya bersama
tim terpadu bersama Pertamina dalam waktu dekat akan turun ke lapangan guna
memantau sejumlah SPBU atau agen-agen gas elpiji 3 kg.
“Kalau ada antrian panjang, tentu itu indikator
terjadi kelangkaan. Kita akan cek apakah benar kuota setiap bulan di agen
tersebut misalnya sesuai yang disediakan perbulan atau memang sudah dikurangi
oleh Pertamina, namun apabila ternyata distribusi dari Pertamina sesuai kuota
yang didistribusikan perbulan, artinya agen di SPBU bersangkutan yang nakal,
tentu akan kita tindak dengan tegas,” tukasnya.
“Kita akan evaluasi dan monitoring ke
lapangan dalam waktu dekat, apabila ditemukan SPBU yang menyalurkan elpiji
bersubsidi 3 kg terjadi antrian namun pada kenyataannya jatah dari SPBU tidak
berkurang dan terlebih lagi tidak dijual kepada masyarakat tidak mampu yang
berhak mendapatkan subsidi, kita akan rekomendasikan ke Bapak Wali Kota dan
Pertamina agar SPBU bersangkutan tidak diberikan lagi izin menyalurkan elpiji
subsidi dan kita rekomendasikan agar SPBU tersebut tidak diberikan pelayanan
tera dan tera ulang, ini sudah sangat keras, kalau tidak bisa menyalurkan
dengan baik, lebih baik kita serahkan kepada yang siap menyalurkan elpiji
subsidi ini dengan baik,” tandasnya.
Sementara Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi
Kamtono menegaskan bahwa pihaknya sudah rapat koordinasi bersama Pertamina
menyambut akhir tahun. Sebenarnya kata dia, kuota elpiji gas 3 kg di Kota
Pontianak sendiri sudah dilebihkan dari kuota yang telah ditetapkan.
Orang nomor satu di Kota Pontianak ini juga
mengakui kelangkaan terjadi lantaran masih banyak para spekulan yang
memanfaatkan situasi.
“Masalahnya kan ada pemain-pemain yang
memanfaatkan selisih harga karena elpiji melon ini kan subsidi. Yang kita
khawatirkan itu, mereka dapat stok di Pontianak tapi dibawa ke luar daerah atau
yang seharusnya digunakan oleh masyarakat tidak mampu tapi digunakan oleh
masyarakat mampu, itu masalahnya sehingga akhir tahun ini terjadi kelangkaan,” tukasnya,
saat diwawancarai usai menghadiri Rapat Paripurna di DPRD Pontianak, Senin
(26/11/2018).
Upaya Pemkot sendiri, kata dia selain melalui
surat imbauan Wali Kota, pihaknya juga terus mensosialisasikan surat edaran
Presiden dan Kementerian ESDM agar penggunaan gas subsidi tepat sasaran.
“Yang pasti kita juga sudah mengimbau, hanya
nanti bersama-sama Pertamina kita carikan solusi untuk teknisnya. Sebab kalau
sudah ada disparitas harga ini pasti jadi problem
dan itu terjadi dimana-mana,” pungkasnya. (*/Fai)
KalbarOnline,
Pontianak – Terjadinya kelangkaan gas LPG (liquified Petroleum gas) kemasan 3 kilogran (kg) di sejumlah wilayah
di Pontianak membuat warga kota yang dijuluki Bumi Khatulistiwa ini resah. Seperti
diketahui beberapa pekan terakhir gas bersubsidi ini mulai sulit didapat, yang
barang tentu sangat berimbas kepada kebutuhan rumah tangga masyarakat.
Menyusul terjadinya hal itu,
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan
Perdagangan (Diskumdag) Kota Pontianak, Hariyadi S Triwibowo menuturkan penyebab
terjadinya kelangkaan gas elpiji kemasan 3 Kg di Pontianak lantaran masih
banyaknya spekulan-spekulan yang memanfaatkan momen dan situasi serta kondisi kebutuhan
elpiji saat ini.
“Jadi mereka (spekulan.red) itu pada
umumnya membeli elpiji dengan harga partai yang jumlahnya bisa 10-20 bahkan 50
tabung, lalu dijual kembali ke para pelaku industri menengah maupun besar. Disitu
ada margin dan keuntungan, inilah yang menyebabkan terjadinya kelangkaan. Kalau
ini dilakukan oleh para spekulan di setiap kelurahan dan kecamatan di Pontianak
akhirnya terjadi kelangkaan secara masif, inilah faktor utama penyebabnya,”
ujarnya saat diwawancarai KalbarOnline di ruang kerjanya, Senin (26/11/2018).
Dituturkan Hariyadi, pihaknya akan melakukan
berbagai upaya-upaya guna mengatasi kelangkaan elpiji agar masyarakat tak lagi
mengantri dan mengeluhkan hal yang kerap kali terjadi ini.
“Kami akan melayangkan surat imbauan kepada
seluruh pelaku usaha kecil menengah maupun besar, baik rumah makan, kafe, hotel
dan sebagainya untuk tidak menggunakan elpiji 3 kg. Kemudian kami akan
memberikan contoh kepada masyarakat melalui ASN di Pontianak yang jumlahnya
ribuan orang untuk tidak menggunakan elpiji bersubsidi, inilah sejumlah upaya
kita sebagai bentuk intervensi pemerintah kepada pelaku usaha,” tukasnya.
Hariyadi menegaskan bahwa pihaknya juga
telah melakukan berbagai upaya pengawasan bersama tim terpadu diantaranya pihak
Satpol-PP, Kepolisian termasuk pihak dari Pertamina agar pendistribusian elpiji
3 kg tepat sasaran.
“Kami bersama tim terpadu terus monitor
para pelaku usaha menengah maupun besar apakah para pelaku usaha ini menggunakan
elpiji subsidi atau bukan. Tentu pengawasan ini tidak bisa kami lakukan
sendiri, tentu peran masyarakat sangat dibutuhkan. Kalau masyarakat melihat ada
pelaku usaha menengah maupun besar yang menggunakan atau menimbun elpiji
subsidi, jangan sungkan melapor ke kami, pasti kami tindak. Supaya tindak
lanjutnya tepat,” tuturnya.
“Sejauh ini kalau sanksi, secara detail
kita memang belum ada aturan atau Perda untuk menghukum oknum-oknum pelaku
usaha besar yang menggunakan elpiji subsidi ini. Tapi kami berusaha dengan Satpol-PP
untuk melakukan pengawasan secara rutin, paling tidak kita berikan teguran
keras dari Bapak Wali Kota. Kalau teguran dari Wali Kota tidak diindahkan,
tentu bisa jadi kedepan izin usaha mereka kita tinjau kembali,” sambungnya.
Ditegaskan Hariyadi bahwa pihaknya dalam
waktu dekat bersama Pertamina, Satpol-PP dan pihak Kepolisian akan meramu sejumlah
langkah-langkah tepat untuk membuat jera para pelaku usaha besar dan para spekulan.
“Karena kelangkaan ini sudah sangat membuat
masyarakat. Nanti akan kita ramu sejumlah langkah-langkah agar pelaku nakal ini
jera,” tegasnya.
Dari pasokan elpiji oleh Pertamina,
Hariyadi mengklaim bahwa jumlah distribusi tabung gas elpiji subsidi kemasan 3
kilogram di Kota Pontianak sudah lebih dari cukup, sebab diungkapkannya,
sepanjang Januari-September 2018 sudah mencapai 15,8 metrik ton dengan
rata-rata perbulan kurang lebih 17,5 metrik ton dengan jumlah sebanyak 585 ribu
tabung elpiji 3 kg.
“Artinya dalam sebulan ada sekitar kurang
lebih 48 ribuan lebih tabung gas elpiji 3 kg yang didistribusikan ke Kota
Pontianak, itu sudah sangat cukup dengan jumlah masyarakat Pontianak, itu sudah
dihitung berdasarkan data statistik, apalagi kebutuhan untuk masyarakat tidak
mampu dalam sebulan itu paling banyak kurang lebih itu 3 tabung. Semestinya 585
ribu tabung perbulan itu sudah sangat mencukupi, kalau tidak ada
spekulan-spekulan dan pelaku usaha yang nakal,” imbuhnya.
Ia juga menegaskan bahwa pihaknya bersama
tim terpadu bersama Pertamina dalam waktu dekat akan turun ke lapangan guna
memantau sejumlah SPBU atau agen-agen gas elpiji 3 kg.
“Kalau ada antrian panjang, tentu itu indikator
terjadi kelangkaan. Kita akan cek apakah benar kuota setiap bulan di agen
tersebut misalnya sesuai yang disediakan perbulan atau memang sudah dikurangi
oleh Pertamina, namun apabila ternyata distribusi dari Pertamina sesuai kuota
yang didistribusikan perbulan, artinya agen di SPBU bersangkutan yang nakal,
tentu akan kita tindak dengan tegas,” tukasnya.
“Kita akan evaluasi dan monitoring ke
lapangan dalam waktu dekat, apabila ditemukan SPBU yang menyalurkan elpiji
bersubsidi 3 kg terjadi antrian namun pada kenyataannya jatah dari SPBU tidak
berkurang dan terlebih lagi tidak dijual kepada masyarakat tidak mampu yang
berhak mendapatkan subsidi, kita akan rekomendasikan ke Bapak Wali Kota dan
Pertamina agar SPBU bersangkutan tidak diberikan lagi izin menyalurkan elpiji
subsidi dan kita rekomendasikan agar SPBU tersebut tidak diberikan pelayanan
tera dan tera ulang, ini sudah sangat keras, kalau tidak bisa menyalurkan
dengan baik, lebih baik kita serahkan kepada yang siap menyalurkan elpiji
subsidi ini dengan baik,” tandasnya.
Sementara Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi
Kamtono menegaskan bahwa pihaknya sudah rapat koordinasi bersama Pertamina
menyambut akhir tahun. Sebenarnya kata dia, kuota elpiji gas 3 kg di Kota
Pontianak sendiri sudah dilebihkan dari kuota yang telah ditetapkan.
Orang nomor satu di Kota Pontianak ini juga
mengakui kelangkaan terjadi lantaran masih banyak para spekulan yang
memanfaatkan situasi.
“Masalahnya kan ada pemain-pemain yang
memanfaatkan selisih harga karena elpiji melon ini kan subsidi. Yang kita
khawatirkan itu, mereka dapat stok di Pontianak tapi dibawa ke luar daerah atau
yang seharusnya digunakan oleh masyarakat tidak mampu tapi digunakan oleh
masyarakat mampu, itu masalahnya sehingga akhir tahun ini terjadi kelangkaan,” tukasnya,
saat diwawancarai usai menghadiri Rapat Paripurna di DPRD Pontianak, Senin
(26/11/2018).
Upaya Pemkot sendiri, kata dia selain melalui
surat imbauan Wali Kota, pihaknya juga terus mensosialisasikan surat edaran
Presiden dan Kementerian ESDM agar penggunaan gas subsidi tepat sasaran.
“Yang pasti kita juga sudah mengimbau, hanya
nanti bersama-sama Pertamina kita carikan solusi untuk teknisnya. Sebab kalau
sudah ada disparitas harga ini pasti jadi problem
dan itu terjadi dimana-mana,” pungkasnya. (*/Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini