KalbarOnline.com – Pengusaha nasional Sandiaga Salahudin Uno mengungkapkan bahwa dirinya sempat mengincar perusahaan telepon company (telco) yang teridiri dari Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo. Mantan pasangan Prabowo di Pilpres 2019 itu berniat berinvestasi usai terjadinya krisis tahun 97-98 lalu.
Pasalnya, setelah menggeluti dunia investasi di sektor sumber daya alam, Sandi melihat ada peluang yang menjajikan di sektor infrastruktur seperti perusahaan telekomunikasi tersebut.
“Sektor yang juga akan berkembang adalah sektor infrastruktur. Nah yang paling waktu itu kita incar adalah Telco (Telepon Company) dan itu ada tiga Telco. Ketiga perusahaan Telco ini in play pada saat itu, mulai dari Telkomsel, Indosat, dan Exelcom,” kata Sandi dalam keterangan tertulisnya pada KalbarOnline.com, Minggu (13/9).
- Baca Juga: Sandiaga Uno: Kita Sudah di Bawah Jurang Terdalam
Namun, pemilik PT Saratoga Investama Sedaya Tbk gagal membeli saham dari ketiga perusahaan telekomunikasi itu. Karena perusahaan Telkomsel dibeli Singapura, Singapore Telecommunications Limited (Singtel) dimana pada saat itu baru saja dalam proses menjual 35 persen saham yang dimiliki oleh Belanda ke pihak lain.
“Terus setelah Telkomsel kita mencoba juga gagal karena juga diambil oleh Singapura, ST Telemedia, kita coba Exelcom kalah juga oleh Telco Malaysia,” ujarnya.
Kemudian akhirnya, lanjut Sandi, dirinya bersama rekan bisnisnya melihat apa di bidang infrasktruktur yang berkaitan perusahaan telepon.
“Akhirnya kita melihat apa ya bidang infrakstruktur yang berkaitan telco tapi memprovide bisnis kepada telco. Akhirnya kita lihat bisnis telecom tower dan itu kita gagas dalam berinvestasi di Tower Bersama Group,” jelasnya.
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini menyebutkan, pada saat itu perusahaan Tower Bersama Group mulai membangun tujuh tower. “Kita kembangkan melalui beberapa proses akuisisi, akhirnya alhamdulllah sekarang sudah menjadi salah satu perusahaan yang mengoperasikan atau mengelola lebih dari 20 ribuan sites,” katanya.
Selanjutnya, perusahaan tersebut melebarkan sayap dengan tidak hanya hanya hanya membangun tower untuk perusahaan telepon. Namun juga masuk ke pembangkit listrik.
“Jadi kita masuk ke power plan (pembangkit listrik) ke jalan tol dan lain sebagainya,” beber Sandi.
Meski demikian, bisnis Sandi di sektor infrastruktur perusahaan telepon dan listrik tak mudah. Kala itu, mantan Ketua umum HIPMI itu mengaku kerap disindir dan dipertanyakan oleh para investor terkait usaha tersebut. Pasalnya, investasi di sektor infrastruktur tingkat pengembaliannya lama.
“Dan returnnya (pengembalian) itu bisa dibilang tidak menarik dibanding dengan return di sektor lainnya,” beber Sandi.
Namun, Sandi berhasil membuktikan pada saat itu, karena value investing jika dilakukan di momen yang tepat, infrastruk dan pendanaannya pasti akan sukses.
“Waktu itu, saya memperkenalkan mezzanine finance, saya memperkenalkan leveraging equity, di dalam struktur permodalan kita. Akhirnya kita bisa mendapatkan nilai tingkat pengembalian investasi yang baik di jalan tol Cikopo – palimanan (Cipali) investasi kita di pembangkit listrik,” tukasnya
Comment