Namanya juga balita, pasti masih suka menangis untuk mengekspresikan perasaannya, misalnya saat sedih, marah, ketakutan, maupun merasa sakit. Meskipun demikian, ada kalanya Mums merasa berat dan sedih melihat si Kecil menangis. Di lain waktu, Mums geregetan kalau ia sedikit-sedikit menangis, bahkan untuk hal yang menurut Mums sangat sepele. Sebenarnya, kapan anak boleh dibiarkan menangis?
Penyebab Umum Anak-anak Menangis
Menangis adalah respons emosional umum dan alamiah manusia, terutama pada anak-anak. Namun sebagai manusia biasa, ada kalanya orang tua paling sabar pun akan terganggu dengan anak yang menangis terus-menerus. Alih-alih berusaha membujuk si Kecil untuk berhenti menangis, yang keluar malah teguran hingga ancaman.
“Anak laki-laki masa menangis, sih?” Ini sering terjadi pada anak-anak laki-laki.
“Kenapa sih pagi-pagi begini sudah cengeng?”
“Jangan menangis atau Kamu enggak boleh…” Isi sendiri jenis ancamannya.
Menurut dr. Sazini, konsultan parenting, terutama untuk anak-anak berkebutuhan khusus, penyebab umum anak-anak menangis tidak hanya karena rasa sakit secara fisik, mereka juga bisa menangis karena merasa sedih, kecewa, hingga marah dan frustrasi.
Baca juga: Kok, Kakak Suka Sekali Mengganggu Adiknya?
Bila karena sakit fisik, seperti terbentur atau jatuh hingga terluka, biasanya lebih mudah. Mums bisa membujuk si Kecil untuk tenang sambil mengobati lukanya. Dalam waktu singkat, biasanya balita akan lupa dengan rasa sakit yang mereka alami sebelumnya dan bermain riang kembali.
Namun, bagaimana dengan beberapa penyebab lain, seperti rasa marah, sedih, kecewa, dan frustrasi? Pastinya ada beberapa cara yang bisa Mums lakukan, contohnya berusaha mengalihkan perhatian si Kecil dengan mainan, mengajaknya bermain, membujuk dengan camilan, hingga menggendong dan membujuknya agar berhenti menangis.
Panik dan tidak nyaman itu pasti, apalagi bila di ruang publik. Ada juga orang tua yang malah mengancam anak yang tidak mau berhenti menangis, misalnya dengan ancaman tidak akan mendapatkan camilan. Sayangnya, kadang beberapa cara ini justru kurang berhasil. Apa sebabnya ya, Mums?
- Terlalu mengotak-ngotakkan jenis emosi
Sebenarnya, manusia punya berbagai jenis emosi yang sesekali memang harus diluapkan. Sayangnya, masyarakat cenderung terlalu mengotak-ngootakkan jenis emosi, sehingga malah membatasi kebebasan berekspresi.
Misalnya, yang dianggap sebagai emosi baik dan positif adalah rasa senang, bersemangat, hingga rasa sayang. Sementara itu, yang dianggap sebagai emosi buruk dan negatif adalah rasa sedih, marah, dan takut. Padahal, wajar bila pernah mengalami semua emosi tersebut. Tentu saja, dengan porsi yang tidak berlebihan.
Baca juga: Boleh Tidak Anak Kerokan?
- Lupa bahwa kemampuan ekspresi anak masih terbatas
Ingat, si Kecil yang masih balita belum bisa mengendalikan diri saat sedang emosional. Banyak hal yang bisa membuatnya merasa frustrasi, bahkan hal yang mungkin menurut Mums atau orang dewasa sangat remeh. Kemampuan anak untuk berekspresi juga masih terbatas. Menangis atau mengamuk masih menjadi andalannya saat merasa sedih atau marah.
Memang sih, anak yang sedikit-sedikit menangis tidak baik juga. Namun bila sedari awal Mums dan Dads selalu melarangnya menangis, maka anak akan merasa ada yang salah dengan dirinya karena menangis.
Akibatnya, anak malah rentan terjebak dalam toxic positivity karena dipaksa memendam perasaannya sesungguhnya. Tidak mau kan si Kecil malah jadi pura-pura bahagia terus demi menyenangkan Mums dan Dads, padahal hatinya sedang terluka?
Jadi, Sebenarnya Kapan Si Kecil Boleh Dibiarkan Menangis?
Menurut Erin King, manajer day-care dan penulis How To Be Wise, tidak semua tangisan si Kecil harus ditanggapi sebagai masalah gawat darurat. Ada kalanya anak memang sengaja melakukannya untuk mencari perhatian atau membuat kesal Mums dan Dads. Lalu, bagaimana membedakan dengan tangisan yang sebaiknya dibiarkan saja?
- Saat tidak sabar
Misalnya, si Kecil haus dan ingin minum susu. Ia pun tidak sabar dan menangis saat Mums membuatnya. Kalau sedang seperti ini, cukup ingatkan si Kecil agar ia bersabar dan menangis tidak akan membuat segala keinginannya terwujud secara lebih cepat.
- Saat harus belajar menerima penolakan
Namanya juga anak kecil, pasti masih sulit mengendalikan diri. Namun, jangan jadikan itu alasan untuk membiarkannya berbuat sesuka hati. Ada kalanya, si Kecil harus belajar menerima penolakan apalagi demi kebaikannya sendiri.
Misalnya saat ke minimarket bersama si Kecil, ia minta dibelikan es krim. Padahal, ia sedang radang tenggorokan, sehingga harus menghindari dulu konsumsi serba manis dan dingin. Anak menangis dan mengamuk mungkin terjadi, tetapi Mums kadang harus tega demi kebaikannya.
Baca juga: Ketika Anak Bertanya dari Mana Bayi Berasal
- Saat bertingkah di ruang publik, sehingga mengganggu ketenangan sekitar
Ketika si Kecil tiba-tiba merasa bosan atau lelah, ia terkadang mulai bertingkah. Karena dipelototi orang sekitar, Mums merasa tidak nyaman dan buru-buru menggendongnya untuk kabur dari lokasi. Padahal, cara itu malah akan membuat si Kecil tidak belajar.
Mungkin ini akan terasa lama dan sedikit malu, tetapi cobalah sesekali Mums hanya diam dan menatap si Kecil hingga akhirnya ia berhenti sendiri. Atau, Mums juga bisa tidak mengatakan apa-apa dan perlahan-lahan keluar dari lokasi. Hindari balas membentak anak di depan umum, yang malah akan membuat tangisnya semakin menjadi-jadi.
- Saat menolak melakukan yang disuruh
Si Kecil tidak mau membereskan mainannya sendiri? Ia masih suka corat-coret tembok, dengan lipstik kesayangan Mums padahal sudah dilarang? Menasehati balita memang harus ekstra sabar, Mums. Selain harus diingatkan berkali-kali, bolehlah sesekali Mums memberikan anak hukuman.
Tentu saja, hukumannya tidak berupa kekerasan fisik atau verbal lho, ya. Misalnya, si Kecil tidak mendapatkan camilan kesukaannya hari itu atau mainannya dikunci di dalam lemari selama seharian. Pastinya ia akan menangis, tetapi tunjukkan bahwa Mums serius agar anak tidak mengulanginya lagi.
Semoga beberapa contoh kejadian di atas dapat membantu Mums dan Dads dalam membesarkan si Kecil, ya! Yang penting, Mums harus tetap tenang dan menunjukkan bahwa Mums lah yang mengontrol situasi. (AS)
Baca juga: Makanan Ini Bisa Pengaruhi Suasana Hati Si Kecil, Lho!
Referensi
Medium: When it’s okay to let your toddler cry
One Time Through: WHY IT’S OKAY TO LET YOUR KIDS CRY
dr. Sazini: Why You Should Let Your Child Cry
Live Science: Toddler Crying: What Causes It, and How to Deal
Comment