KalbarOnline.com – Warga yang tergolong kelompok rentan memang sudah dievakuasi sebagai antisipasi peningkatan status Merapi. Tapi, sejumlah masalah langsung menghadang di tempat pengungsian.
Di tempat evakuasi sementara di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, misalnya. Mengutip Jawa Pos Radar Solo, kebutuhan logistik berupa makanan untuk balita belum tersedia.
’’Kami tidak punya stok untuk balita. Menu pengungsi pun terbatas paling hanya nasi, mi, dan telur goreng,” jelas Koordinator Relawan PMI Purnomo kemarin (9/11).
Dia berharap ke depan logistik bagi balita menjadi perhatian seluruh pihak. Sebab, belum diketahui sampai kapan warga dari kawasan rawan bencana (KRB) III yang meliputi Dusun Canguk, Pajegan, dan Sumur tidur malam di barak pengungsian.
Pengungsi juga membutuhkan selimut. ’’Setelah dari barak pengungsian, mereka malah masuk angin. Soalnya kondisinya dingin, tapi yang menjadi alas tidur hanya tikar,” jelasnya.
Kebutuhan akan lauk-pauk dan sayur-mayur bagi para pengungsi di Balerante, Klaten, juga dirasakan masih kurang. Sejak Minggu siang (8/11) Pemerintah Desa Balerante mendorong Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten agar menyuplai kebutuhan lauk-pauk dan sayur-mayur.
Sementara itu, dalam keterangan yang diterima Jawa Pos, Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jogjakarta dan Jawa Tengah mengalami deformasi atau penggemukan rata-rata 12 cm per hari.
Pada periode pengamatan pukul 12.00 hingga 18.00 kemarin, terjadi 12 kali guguran lava. Selain itu, ada 20 embusan awan panas.
Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan masa pengamatan sebelumnya, pukul 06.00–12.00, pada hari yang sama. Dalam periode tersebut, ada guguran lava sebanyak enam kali dan embusan awan panas empat kali.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogjakarta Hanik Humaida menyatakan, Merapi berstatus siaga III sejak 5 November lalu.
”Laju rata-rata deformasi EDM (electronic distance measurement, Red) Babadan sebesar 12 cm per hari,” kata Hanik.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Klaten Endang H.S. mengatakan, untuk sementara pihaknya belum berani memberikan logistik bagi balita. Alasannya, tiap-tiap balita memiliki kebutuhan yang berbeda. Apalagi, saat ini sifatnya masih evakuasi mandiri. Jadi, hanya malam warga mengungsi, sementara pagi hingga sore mereka tetap beraktivitas di rumah masing-masing.
’’Tapi, ke depan kami akan berkoordinasi dengan dinkes (dinas kesehatan) terkait kebutuhan balita di lokasi pengungsian sambil menunggu penetapan status darurat dari pelaksana tugas bupati,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Klaten juga segera menerjunkan tim kesehatan ke barak pengungsian di Desa Tegalmulyo dan Balerante, Kecamatan Kemalang. Termasuk menggelar swab test bagi seluruh pengungsi.
’’Kami akan turunkan tim kesehatan untuk menangani pengungsian sehari-hari. Termasuk swab test bagi seluruh pengungsi untuk antisipasi penularan Covid-19,” jelas Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Klaten Sujarwanto Dwiatmoko di sela-sela kunjungan kerjanya di kantor Kecamatan Ceper kemarin.
Sujarwanto juga mengajak relawan untuk turut mengawasi jalannya protokol pencegahan Covid-19 di lokasi pengungsian. Jaga jarak antar pengungsi tetap diperhatikan. Termasuk wajib mengenakan masker hingga mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.
Di Boyolali, Jawa Tengah, pengungsi ibu hamil dan balita mendapat perhatian khusus. Ada lebih dari 30 rumah yang disiapkan Tim Siaga Desa (TSD) Tlogolele untuk menampung sementara balita dan ibu hamil.
’’Ini satu RT (RT 01, RW 01) sudah siap semua untuk menampung warga yang diungsikan. Khususnya balita, ibu hamil, dan anak-anak,” kata Ketua TSD Tlogolele Neigen Achtah Nur Edy Saputra.
Dikonfirmasi terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Jateng Syafrudin membenarkan bahwa warga yang diungsikan adalah kelompok rentan. Mereka yang sudah lanjut usia (lansia), ibu hamil, balita, dan anak-anak secara bertahap terus dievakuasi ke daerah aman.
Baca juga:
- Ganjar Pantau Desa Tertinggi di Lereng Merapi
- Warga Kelompok Rentan di Lereng Gunung Merapi Telah Diungsikan
- BNPB Pantau Kesiapsiagaan Daerah Hadapi Potensi Erupsi Merapi
’’Total ada 961 warga yang saat ini sudah mengungsi. Sebanyak 175 warga di Klaten dan sisanya di Magelang,” ujar Syafrudin saat ditemui seusai mengikuti rapat percepatan penanganan Covid-19 di gedung A lantai 2 kompleks Pemprov Jateng kemarin.
Ditanya berapa lama warga diungsikan, Syafrudin mengatakan belum pasti. Semuanya masih menunggu perkembangan status Merapi. ’’Kalau nanti statusnya jadi awas, pasti akan lebih banyak lagi. Mudah-mudahan statusnya segera turun, kami terus pantau,” terangnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment