KalbarOnline.com – Pemerintah Indonesia kemungkinan akan mendapatkan puluhan juta vaksin Covid-19 dari AstraZeneca melalui skema kerja sama multilateral GAVI Covax Facility. Fasilitas tersebut merupakan kerjasama pengembangan vaksin antara World Health Organization (WHO) dan Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI).
Sesuai dengan surat dari GAVI tertanggal 29 Januari 2021, aliansi tersebut telah memberikan konfirmasi mengenai indikasi alokasi tahap awal sebesar 13,7 juta hingga 23,1 juta dosis vaksin AstraZeneca untuk Indonesia yang nantinya akan dikirimkan melalui 2 tahap. Kuartal I sebanyak 25-35 persen dan kuartal II sebanyak 65-75 persen dari alokasi tahap awal tersebut.
Vaksin AstraZeneca dapat digunakan untuk memvaksinasi penduduk usia 60 tahun ke atas. Distribusi vaksin akan dilakukan setelah vaksin AstraZeneca mendapatkan WHO EUL (Emergency Use Listing), telah mendapatkan validasi dari kelompok Independent Allocation of Vaccines Task Force (AIVG) dan ketersediaan suplai dari manufaktur sesuai dengan perkiraan awal.
Baca juga: Kemenkes Sebut Puluhan Juta Vaksin AstraZeneca Tiba pada Kuartal I
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah melakukan koordinasi dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin guna menindaklanjuti beberapa hal yang harus dilakukan Indonesia sebagai persiapan pengiriman vaksin. Vaksin AstraZeneca nantinya harus mendapatkan Emergency Use of Authorization (EUA) dari Badan POM sebelum dapat digunakan di Indonesia.
“Ini merupakan keberhasilan diplomasi kita, melalui COVAX kita mendapatkan akses vaksin gratis dan dalam waktu yang cepat tentunya akan melengkapi jenis vaksin yang sudah ada saat ini. Vaksin AstraZeneca adalah salah satu vaksin yang dapat digunakan pada usia 60 tahun keatas yang kita ketahui dimana kelompok ini memiliki angka kematian tertinggi,” kata juru bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi dalam keterangan resmi Kemenkes yang juga dikonfirmasi KalbarOnline.com, Rabu (3/2).
Adanya vaksin dari COVAX ini tentu akan banyak membantu dari kemampuan anggaran negara untuk bisa memenuhi kebutuhan program vaksinasi ini karena pengadaan vaksin melalui skema GAVI sifatnya gratis untuk pemerataan akses negara miskin dan berkembang mendapatkan vaksin Covid-19.
Vaksin dari GAVI akan melengkapi kebutuhan program vaksinasi Covid-19 untuk 181 juta penduduk Indonesia yang dianggap memenuhi syarat mengikuti program ini. Indonesia telah mendapatkan komitmen dan opsi untuk mendatangkan sebesar 663 juta dosis vaksin dari AstraZeneca dari Inggris, Sinovac dari Tiongkok, Novavax dari Amerika dan Kanada, dan Pfizer dari Amerika.
Efektivitas AstraZeneca
Dilansir dari New York Times, Rabu (3/2), penelitian Universitas Oxford adalah yang pertama mendokumentasikan vaksin secara substansial mengurangi penyebaran virus. Pejabat Inggris mengatakan hasil itu menggarisbawahi bagaimana inokulasi massal adalah kunci untuk mengakhiri pandemi.
Vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca tidak hanya melindungi orang dari penyakit serius dan kematian tetapi juga secara substansial memperlambat penularan virus. Para peneliti mengukur dampak pada penularan dengan menyeka peserta setiap minggu untuk mendeteksi tanda-tanda virus.
Peneliti menemukan penurunan 67 persen pada usap positif di antara mereka yang divaksinasi. Hasilnya, dirinci oleh para peneliti Oxford dan AstraZeneca dalam sebuah manuskrip, menemukan bahwa vaksin tersebut dapat menghentikan penularan hampir dua pertiga.
Sekretaris kesehatan Inggris, Matt Hancock, memuji hasil itu. “Kami sekarang tahu bahwa vaksin Oxford juga mengurangi penularan dan itu akan membantu kita semua keluar dari pandemi ini,” kata Hancock dalam wawancara dengan BBC.
“Harus memberi keyakinan kepada semua orang bahwa suntikan ini bekerja tidak hanya untuk membuat tetap aman tetapi juga untuk mencegah Anda menularkan virus kepada orang lain,” katanya.
Peneliti Oxford dan AstraZeneca juga menemukan bahwa satu dosis vaksin, 76 persen efektif mencegah Covid-19. Data yang diukur tiga bulan setelah suntikan pertama diberikan, tidak termasuk periode tiga minggu awal yang diperlukan agar perlindungan dapat diterapkan. Di antara peserta uji klinis yang mendapat dua dosis kekuatan standar dengan selang waktu setidaknya tiga bulan, vaksin tersebut 82 persen efektif, dibandingkan dengan 55 persen efektif ketika dosis diberikan dengan jarak kurang dari enam minggu.
Studi yang baru dirilis ini didasarkan pada data yang dikeluarkan akhir tahun lalu, yang menemukan bahwa vaksin itu 62 persen efektif bila diberikan sebagai dua dosis kekuatan standar. Dalam temuan awal tersebut, kemanjuran vaksin jauh lebih tinggi, yaitu 90 persen, ketika dosis pertama vaksin diberikan dengan dosis setengah.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment