Belum lama ini saya melakukan pengecekan terhadap salah satu vitamin yang berperan penting di dalam tubuh, yaitu vitamin D. Saya tidak memiliki gejala khusus yang langsung berhubungan dengan vitamin D pada saat saya melakukan pengecekan tersebut, namun saya hanya melakukan pemeriksaan ulang (follow up) terhadap pemeriksaan vitamin D yang pernah saya lakukan beberapa tahun yang lalu.
Pada saat itu, hasil vitamin D saya di bawah normal, yaitu berada di angka 19 (nilai normal vitamin D berada di rentang 30-100 ng/dl), dan saya disarankan untuk mengkonsumsi vitamin D harian.
Pada saat saya melakukan pemeriksaan vitamin D kembali, ternyata hasil yang didapatkan masih rendah, dengan angka yang berada di bawah hasil sebelumnya. Memang saya sudah tidak mengkonsumsi suplemen itu lagi beberapa tahun terakhir, dengan harapan saya bisa mengkonsumsi sumber vitamin D dari makanan.
Sebenarnya kita memang termasuk dengan orang-orang yang memiliki faktor risiko tinggi untuk mengalami kekurangan vitamin D. Risiko kekurangan vitamin D didapatkan tinggi pada orang dengan kulit lebih gelap, dengan kebiasaan sering menggunakan tabir surya (sunscreen).
Faktor risiko lainnya adalah kebiasaan jarang mengkonsumsi susu, jenis kelamin wanita, usia tua, obesitas, dan adanya kebiasaan menonton TV, komputer, dan menggunakan video game lebih dari 4 jam.
Orang dengan gangguan malabsorbsi lemak dan yang pernah menjalani operasi bypass lambung juga memiliki risiko ini. Kita di Indonesia, cenderung menghindari paparan sinar matahari dan beraktivitas di dalam ruangan. Apalagi ditambah dengan maraknya polusi udara yang semakin mendorong kita untuk menghindari aktivitas di luar rumah.
Oleh karena itu kita memiliki risiko mengalami defisiensi vitamin D, dan mungkin saja baru terlihat ketika kita melakukan pemeriksaan laboratorium dan tidak menunjukkan gejala.
Baca juga: Kekurangan Vitamin D Bikin Wanita Sulit Hamil?
Mengapa kita membutuhkan paparan sinar matahari sebagai sumber vitamin D?
Paparan sinar matahari berperan dalam pembentukan D3, atau yang disebut dengan cholecalciferol, yang didapat dari konversi di lapisan permukaan kulit kita sebagai akibat dari paparan UVB. Sumber vitamin D3 ini merupakan vitamin D yang natural atau alami.
Selain vitamin D3, kita mengenal vitamin D2, atau ergocalciferol, yang berasal dari jamur yang juga terpapar sinar matahari, dan bahan sintetis yang biasa digunakan sebagai bahan fortifikasi makanan. Setelah teserap tubuh, salah satu jalur metabolism vitamin D ini akan menghasilkan (25[OH]D) atau 25-hydroxyvitamin D. (25[OH]D) ini merupakan vitamin D yang diukur dalam pemeriksaan darah.
Bagaimana dengan sumber vitamin D lainnya?
Sumber vitamin D paling besar adalah paparan sinar matahari dari jam 10 siang sampai dengan jam 3 sore. Dikatakan bahwa sumber vitamin D yang berasal dari matahari bertahan lebih lama di tubuh kita.
Vitamin D juga bisa berasal dari sumber makanan, antara lain ikan yang berlemak seperti salmon, tuna, ikan herring, dan sarden. Susu dan keju juga bisa menjadi sumber vitamin D.
Jamur, seperti portobello dan shitake bisa menjadi sumber vitamin D untuk teman-teman yang vegetarian. Makanan yang terfortifikasi seperti sereal sarapan, susu sapi, dan jus buah juga mengandung vitamin D.
Baca juga: Mengenal Vitamin dan Mineral yang Paling Dibutuhkan Tubuh
Apa fungsi vitamin D di dalam tubuh?
Vitamin D membantu pengerapan kalsium dan fosfor di usus, yang merupakan nutrient penting untuk metabolism tubuh. Kekurangan vitamin D ini berhubungan dengan adanya hipertensi, diabetes melitus,dan kejadian osteoporosis.
Vitamin D juga dikatakan menurunkan risiko penyakit jantung dan menurunkan proliferasi sel kanker. Vitamin D juga memiliki peran secara psikologis, yaitu menurunkan risiko terjadinya depresi.
Oleh karena pentingnya vitamin D di dalam tubuh kita, kita diharapkan memiliki paparan sumber vitamin D yang cukup. Skrining pemeriksaan vitamin D boleh dilakukan pada orang yang memiliki faktor risiko kekurangan vitamin D, dan menggunakan suplemen vitamin D disarankan untuk orang yang mengalami kekurangan vitamin D. Dosis penggunaan vitamin D sebaiknya dikonsultasikan dulu ke dokter.
Baca juga: Seberapa Banyak Vitamin D yang Kamu Butuhkan?
Comment