Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 24 Desember 2020 |
KalbarOnline.com – Dua orang pria Muslim keturunan Amerika-Sudan masih tidak menerima insiden ‘memalukan’ yang menimpa mereka saat hendak menggunakan salah satu jasa maskapai penerbangan, beberapa waktu lalu.
Insiden itu memang terjadi awal 2020 ini. Tetapi bagi Abobakar dan Mohamed, mereka harus menunggu hampir satu tahun lamanya hanya untuk sekadar minta maaf, setelah dilarang naik pesawat hanya karena mengirim pesan dalam Bahasa Arab. Kedua pria Muslim itu pun menceritakan kisah mereka, saat konfrensi pers beberapa hari lalu.
“Saat kami melakukan perjalanan hari itu, kami tidak diperlakukan seperti penumpang lainnya. Itu benar-benar membuat saya merasa putus asa,” kata Abobakar seperti dilansir dari alaraby.co.uk, Kamis (24/12/2020).
“Bayangkan Anda tidak bersalah, lalu tiba-tiba Anda dituduh melakukan tindak pidana,” lanjut Abobakar.
Diketahui, mereka hendak berangkat dari Seattle ke San Francisco pada 17 Februari 2020. Kedua penumpang itu bepergian dengan kelas satu dan sedang dalam perjalanan bisnis.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Council on American-Islamic Relations (CAIR) yang mewakili kedua pria tersebut, Abobakar bertukar beberapa pesan teks dengan seorang teman dalam bahasa Arab sambil menunggu penerbangan lepas landas.
Penumpang lain melihat teks-teks ini dan melaporkannya ke pramugari sebagai sesuatu yang mencurigakan. “Meskipun penumpang tidak bisa berbahasa Arab dan hanya dapat mengidentifikasi beberapa emoji dan angka,” jelasnya.
Kedua pria itu kemudian diminta untuk turun dari pesawat dan diinterogasi selama sekitar dua jam, kata mereka pada konferensi pers hari Senin lalu.
Abobakar mengatakan bahwa dia diminta untuk menyerahkan teleponnya dan para pejabat memeriksa pesan teks yang dipermasalahkan serta konten lain di teleponnya, termasuk foto-fotonya.
Lantas, pesan teks diterjemahkan oleh perwakilan Alaska Airlines. Dan mereka diinterogasi oleh petugas polisi Seattle, TSA dan FBI. Meski SMS dianggap tidak berbahaya oleh polisi, penumpang yang tersisa juga terpaksa turun dari pesawat agar maskapai bisa melakukan pemeriksaan keamanan kargo.
“Setelah ditentukan bahwa sama sekali tidak ada ancaman keamanan, Alaska Airlines memilih untuk mengambil beberapa langkah yang memalukan dan menyedihkan terhadap Abobakar dan Mohamed,” tulis CAIR dalam siaran pers.
“‘Terbang dengan kebedaraan Muslim sekarang telah menjadi fenomena kecurigaan dan penghinaan yang diakui secara global, dan fenomena ini harus dihentikan,” kata Imraan Siddiqi, Direktur Eksekutif CAIR cabang negara bagian Washington.
“Kami meminta Alaska Airlines untuk menangani penganiayaan orang-orang ini untuk selamanya,” imbuhnya.
Alaska Airlines menanggapi insiden itu dengan meminta maaf kepada penumpang atas pengalaman mereka. “Alaska Airlines dengan tegas melarang diskriminasi yang melanggar hukum, dan kami menanggapi keluhan tersebut dengan sangat serius,” kata pihak Alaska.
“Kami telah meluncurkan penyelidikan internal atas insiden tersebut untuk menentukan apakah ada salah langkah di pihak kami, dan berhubungan dengan CAIR dan kedua tamu tersebut,” tutup bunyi pernyataan pihak Alaska. [ind]
KalbarOnline.com – Dua orang pria Muslim keturunan Amerika-Sudan masih tidak menerima insiden ‘memalukan’ yang menimpa mereka saat hendak menggunakan salah satu jasa maskapai penerbangan, beberapa waktu lalu.
Insiden itu memang terjadi awal 2020 ini. Tetapi bagi Abobakar dan Mohamed, mereka harus menunggu hampir satu tahun lamanya hanya untuk sekadar minta maaf, setelah dilarang naik pesawat hanya karena mengirim pesan dalam Bahasa Arab. Kedua pria Muslim itu pun menceritakan kisah mereka, saat konfrensi pers beberapa hari lalu.
“Saat kami melakukan perjalanan hari itu, kami tidak diperlakukan seperti penumpang lainnya. Itu benar-benar membuat saya merasa putus asa,” kata Abobakar seperti dilansir dari alaraby.co.uk, Kamis (24/12/2020).
“Bayangkan Anda tidak bersalah, lalu tiba-tiba Anda dituduh melakukan tindak pidana,” lanjut Abobakar.
Diketahui, mereka hendak berangkat dari Seattle ke San Francisco pada 17 Februari 2020. Kedua penumpang itu bepergian dengan kelas satu dan sedang dalam perjalanan bisnis.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Council on American-Islamic Relations (CAIR) yang mewakili kedua pria tersebut, Abobakar bertukar beberapa pesan teks dengan seorang teman dalam bahasa Arab sambil menunggu penerbangan lepas landas.
Penumpang lain melihat teks-teks ini dan melaporkannya ke pramugari sebagai sesuatu yang mencurigakan. “Meskipun penumpang tidak bisa berbahasa Arab dan hanya dapat mengidentifikasi beberapa emoji dan angka,” jelasnya.
Kedua pria itu kemudian diminta untuk turun dari pesawat dan diinterogasi selama sekitar dua jam, kata mereka pada konferensi pers hari Senin lalu.
Abobakar mengatakan bahwa dia diminta untuk menyerahkan teleponnya dan para pejabat memeriksa pesan teks yang dipermasalahkan serta konten lain di teleponnya, termasuk foto-fotonya.
Lantas, pesan teks diterjemahkan oleh perwakilan Alaska Airlines. Dan mereka diinterogasi oleh petugas polisi Seattle, TSA dan FBI. Meski SMS dianggap tidak berbahaya oleh polisi, penumpang yang tersisa juga terpaksa turun dari pesawat agar maskapai bisa melakukan pemeriksaan keamanan kargo.
“Setelah ditentukan bahwa sama sekali tidak ada ancaman keamanan, Alaska Airlines memilih untuk mengambil beberapa langkah yang memalukan dan menyedihkan terhadap Abobakar dan Mohamed,” tulis CAIR dalam siaran pers.
“‘Terbang dengan kebedaraan Muslim sekarang telah menjadi fenomena kecurigaan dan penghinaan yang diakui secara global, dan fenomena ini harus dihentikan,” kata Imraan Siddiqi, Direktur Eksekutif CAIR cabang negara bagian Washington.
“Kami meminta Alaska Airlines untuk menangani penganiayaan orang-orang ini untuk selamanya,” imbuhnya.
Alaska Airlines menanggapi insiden itu dengan meminta maaf kepada penumpang atas pengalaman mereka. “Alaska Airlines dengan tegas melarang diskriminasi yang melanggar hukum, dan kami menanggapi keluhan tersebut dengan sangat serius,” kata pihak Alaska.
“Kami telah meluncurkan penyelidikan internal atas insiden tersebut untuk menentukan apakah ada salah langkah di pihak kami, dan berhubungan dengan CAIR dan kedua tamu tersebut,” tutup bunyi pernyataan pihak Alaska. [ind]
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini