Vaksinasi Nasional Covid-19 Dimulai dari Presiden Jokowi

KalbarOnline.com – Babak baru perang melawan Covid-19 di Indonesia akhirnya benar-benar dimulai. Itu ditandai dengan suntikan vaksin perdana yang diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara kemarin (13/1). Suntikan tersebut juga menjadi gong penanda dimulainya program vaksinasi secara nasional.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Kemarin pukul 09.30 Jokowi berjalan menuju tempat vaksinasi Covid-19. Jokowi yang mengenakan kemeja putih mendatangi meja 1, meja 2, lalu disuntik vaksin di meja 3.

Petugas kesehatan memperlakukan Jokowi sesuai dengan prosedur vaksinasi yang berjalan nanti. Jokowi harus mendapatkan tiket vaksin dan melalui meja-meja sesuai dengan tahapannya.

Prof dr Abdul Muthalib SpPD-KHOM ditunjuk sebagai dokter yang menyuntik vaksin kepada Jokowi. Tangannya terlihat gemetar saat menyuntik lengan kiri Jokowi. Meski begitu, vaksinasi berjalan lancar dan singkat. ”Nggak terasa sama sekali,” jawab Jokowi ketika ditanya bagaimana rasanya. Selesai divaksin, Jokowi memperoleh buku kecil. Buku itu menjadi semacam pengingat untuk vaksinasi kedua yang dilakukan 14 hari setelah vaksin pertama.

Setelah divaksin, Jokowi kembali masuk ke Istana Merdeka dan melakukan aktivitas seperti biasa. Hasil pemantauan tim dokter selama 30 menit pertama, tidak ada kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang dialami Jokowi. ”Syukur alhamdulillah pagi tadi (kemarin pagi, Red) sudah terlaksana dan vaksinasi berjalan baik,” ujar Jokowi.

Dia menceritakan, rasa pegal sempat terasa sekitar dua jam setelah dirinya disuntik. Namun, rasa itu tidak sampai mengganggunya. Jokowi berharap seluruh rakyat bersedia divaksin. Sebab, vaksinasi menjadi salah satu upaya untuk bebas dari pandemi. Selain itu, dia berpesan agar masyarakat bersabar karena vaksinasi dilakukan bertahap. ”Vaksin ini gratis dan ingat tetap lakukan protokol kesehatan,” tuturnya.

Mantan gubernur DKI Jakarta itu juga mengomentari Prof Abdul Muthalib SpPD yang gemetar saat menyuntikkan vaksin. ”Saya juga melihat,” katanya. Menurut Jokowi, Prof Abdul Muthalib SpPD gemetar lantaran takut. Apalagi, ini adalah vaksin pertama dan langsung diberikan kepada presiden.

Dalam keterangan persnya, Prof Abdul Muthalib SpPD juga menjelaskan alasannya. Menurut dia, tangannya gemetar karena menyuntik orang pertama yang mendapatkan vaksin Covid-19 di Indonesia. ”Tapi, itu tidak jadi halangan bagi saya. Saat menyuntik, tidak gemetar lagi,” ucapnya. Bahkan, pasca penyuntikan, tidak ada pendarahan sama sekali di bekas suntikannya.

Baca juga: Nyuntik Vaksin Covid-19 ke Jokowi, Prof Abdul Ngaku Gemetaran

Penyuntikan dibagi tiga sesi. Sesi pertama diikuti oleh Jokowi, dr Daeng M. Faqih (Ketua IDI), Amirsyah Tambunan (Sekjen MUI/Muhammadiyah), Kiai Ishom (PB NU), Panglima TNI Hadi Tjahjanto, Kapolri Idham Azis, dan Raffi Ahmad (presenter, perwakilan anak muda). Lalu, sesi kedua diikuti Budi G. Sadikin (Menkes), Prof Dr Unifah Rosyidi (PGRI), Ronald Tapilatu (PGI), Agustinus Heri (KWI), I Nyoman Suarthanu (PHDI), Partono Bhikkhu N. M. (Permabudhi), dan Peter Lesmana (Matakin). Sedangkan sesi ketiga diikuti Penny Kusumastuti (kepala BPOM), Rosan Perkasa (perwakilan pengusaha), Ade Zubaedah (Sekjen Ikatan Bidan Indonesia), Nur Fauzah (perawat), Lusy Noviani (apoteker), Agustini Setiyorini (buruh), dan Narti (pedagang).

Baca Juga :  Lasarus Sebut Geobag Tak Selesaikan Masalah Banjir di Sintang

Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan mengungkapkan, tidak ada keluhan atau kondisi yang aneh-aneh setelah divaksin. ’’Sudah terbiasa mengikuti imunisasi. Jadi, saya anggap biasa saja,’’ kata tokoh Muhammadiyah tersebut.

Bedanya, kali ini vaksin dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Jadi, ada nuansa berbeda jika dibandingkan dengan vaksinasi-vaksinasi lainnya. Sebelum menerima suntikan vaksin, Amirsyah diberi enam pertanyaan. Semuanya terkait dengan riwayat kesehatannya. Apakah sebelumnya pernah positif Covid-19, sakit ginjal atau jantung, dan penyakit kronis lainnya. Pria 57 tahun itu bersyukur karena kondisi badannya sehat saat divaksin.

Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi juga ikut dalam program vaksinasi perdana kemarin. Saat dihubungi kemarin sore, dia menyatakan tidak merasakan reaksi apa pun. ”Nggak ada rasane opo-opo ki. Kalau disuntik kan masih ada ya. Ini nggak ngilu. Kan tangan kiri yang divaksin, saya pegang HP biasa aja,” ungkapnya.

Baca juga: Pemerintah Satukan Data Peserta Vaksinasi

Setelah dia divaksin, tidak ada pesan khusus yang disampaikan dokter. Unifah hanya sempat menjalani proses observasi selama 30–60 menit. Karena tidak ada gejala apa pun, dia diperbolehkan pulang. Dia hanya diberi tahu bahwa penyuntikan kedua akan dilaksanakan pada 27 Januari. ”Cuma dibilang, kalau ada apa-apa, bisa hubungi ini. Sangat komunikatif dan tetap diawasi setelah vaksin,” jelas perempuan yang akrab disapa Uni tersebut.

Uni pun mengajak semua pihak, terutama guru-guru, orang tua, anak-anak, dan mahasiswa, untuk mau divaksin. Tidak perlu takut. Sebab, vaksin jenis apa pun pasti sudah melewati riset. Selain itu, vaksin telah melewati proses uji oleh BPOM. MUI juga sudah menyatakan bahwa vaksin bikinan Sinovac itu halal dan suci. ”Ini kan ikhtiar bersama untuk melawan pandemi. Kalau kebiasaan curiga, ya gak ada habisnya,” ujarnya.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih menyatakan, unsur profesi kesehatan mendukung vaksinasi itu. Buktinya, kata dia, tiga unsur profesi kesehatan datang. ’’Dari IDI ada saya. Kemudian, unsur perawat dan unsur bidan,’’ katanya. Dengan keterwakilan itu, Daeng berharap semua tenaga kesehatan bersedia divaksin. ’’Prioritas tenaga kesehatan itu karena rentan banget. Setiap hari melayani pasien Covid-19,’’ imbuhnya.

Baca Juga :  Vaksin Covid-19 Arcturus dari Peneliti Singapura-AS Diklaim Efektif

Setelah vaksinasi pertama itu, selanjutnya giliran tenaga kesehatan yang menerima vaksin. Ada 1,48 juta tenaga kesehatan yang akan menerima vaksin. Namun, vaksinasi dilakukan bertahap. Saat ini ada 1,2 juta dosis vaksin dari Sinovac yang dikirimkan ke 91 kabupaten/kota di Indonesia. SMS blast dari PEDULICOVID sudah dikirimkan ke 500 ribu nomor tenaga kesehatan. ’’Malam ini (semalam, Red) akan dilakukan evaluasi berapa yang sudah registrasi,’’ ujar Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anas Ma’ruf kemarin. Hingga pukul 17.30 kemarin, baru 71 ribu nakes yang membalas SMS tersebut. Namun, data tersebut dipastikan terus bertambah.

RI Jadi Cochair Covax AMC EG

Kabar menggembirakan datang dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi. Dia menyampaikan bahwa Indonesia terpilih sebagai salah satu cochair Covax Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group (EG) kemarin (13/1). Kabar tersebut diperoleh Retno secara langsung dari GAVI dan Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB, WTO, serta organisasi internasional lainnya di Jenewa, Swiss.

Covax AMC EG merupakan forum antara negara AMC dan negara-negara donor untuk pengadaan serta distribusi vaksin. Covax Facility memiliki target pengadaan vaksin bagi maksimal 20 persen dari populasi setiap negara AMC. Mereka juga mendukung kesiapan negara AMC untuk melakukan rencana vaksinasi nasional.

Pemilihan cochair tersebut diselenggarakan secara virtual (e-voting) di Jenewa, Swiss, dengan tenggat pemilihan sampai 8 Januari. Hasilnya diumumkan pada 12 Januari malam waktu Jenewa. E-voting itu dilakukan untuk memilih dua cochair dari lima kandidat. Indonesia memperoleh suara terbanyak, disusul Ethiopia.

’’Alhamdulillah, Indonesia mendapatkan suara terbanyak, yaitu 41 persen dari suara masuk,’’ tuturnya dalam press brifing virtual Kemenlu kemarin (13/1). Terpilihnya Indonesia sebagai cochair Covax AMC EG, menurut Retno, merupakan wujud kepercayaan dunia internasional, terutama negara-negara berkembang. Namun, di sisi lain, ada tanggung jawab besar untuk mewujudkan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment