Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : adminkalbaronline |
| Minggu, 27 Juli 2025 |
KALBARONLINE.com – Sejumlah bupati dan wali kota di berbagai daerah kembali mengizinkan sekolah-sekolah menggelar kegiatan study tour, meskipun dengan sejumlah catatan. Menanggapi hal ini, mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memberikan pandangannya yang cukup tajam.
Dikutip dari Kompas.com, Dedi menilai bahwa menjadikan siswa sebagai objek ekonomi sama saja dengan memperlakukan mereka sebagai materi yang dieksploitasi demi keuntungan semata.
“Sedangkan pendidikan itu harus terbebas dari nilai-nilai yang bersifat eksploitatif," kata Dedi dalam sebuah rekaman video.
Menurut Dedi, apabila pemerintah daerah ingin meningkatkan sektor pariwisata, maka seharusnya fokus pada pembenahan destinasi wisatanya, bukan dengan menggantungkan kunjungan pada rombongan pelajar.
Ia menekankan pentingnya penataan daerah dari aspek kebersihan dan estetika. "Tidak boleh lagi ada bangunan kumuh, dan sungai-sungai harus dijaga agar tetap bersih dan tertata dengan baik," ujarnya.
Tak hanya itu, Dedi juga menyoroti pentingnya pelestarian bangunan bersejarah dan penertiban pungutan liar.
“Kemudian juga bangunan-bangunan heritage-nya harus dijaga estetikanya dengan baik. Bebaskan berbagai pungutan liar dari parkir liar, calo tiket, atau kadang ada satu obyek itu ada dua tiket," ucapnya.
Selain itu, ia menyarankan agar pemerintah daerah menata pedagang di lokasi wisata agar menyajikan produk yang berkualitas dan tidak mematok harga seenaknya.
"Yang berikutnya adalah para pemandu wisatanya harus dikembangkan dengan baik dan membangun keamanan dalam lingkungan dengan tempat kunjungan wisatanya," tuturnya.
Dedi meyakini, apabila infrastruktur dan tata kelola destinasi wisata dibenahi dengan serius, maka kunjungan wisatawan akan meningkat dengan sendirinya—tanpa harus membebani pelajar dengan kegiatan study tour yang berpotensi eksploitatif.
“Kalau semuanya dilakukan, daerahnya tertata, bersih, para pedagangnya jujur, tidak ada pungli. Kemudian ada rasa nyaman, infrastrukturnya dibangun agar tidak terjadi kemacetan yang panjang. Jangan khawatir, wisatawan akan datang berbondong-bondong," pungkasnya. (**)
KALBARONLINE.com – Sejumlah bupati dan wali kota di berbagai daerah kembali mengizinkan sekolah-sekolah menggelar kegiatan study tour, meskipun dengan sejumlah catatan. Menanggapi hal ini, mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memberikan pandangannya yang cukup tajam.
Dikutip dari Kompas.com, Dedi menilai bahwa menjadikan siswa sebagai objek ekonomi sama saja dengan memperlakukan mereka sebagai materi yang dieksploitasi demi keuntungan semata.
“Sedangkan pendidikan itu harus terbebas dari nilai-nilai yang bersifat eksploitatif," kata Dedi dalam sebuah rekaman video.
Menurut Dedi, apabila pemerintah daerah ingin meningkatkan sektor pariwisata, maka seharusnya fokus pada pembenahan destinasi wisatanya, bukan dengan menggantungkan kunjungan pada rombongan pelajar.
Ia menekankan pentingnya penataan daerah dari aspek kebersihan dan estetika. "Tidak boleh lagi ada bangunan kumuh, dan sungai-sungai harus dijaga agar tetap bersih dan tertata dengan baik," ujarnya.
Tak hanya itu, Dedi juga menyoroti pentingnya pelestarian bangunan bersejarah dan penertiban pungutan liar.
“Kemudian juga bangunan-bangunan heritage-nya harus dijaga estetikanya dengan baik. Bebaskan berbagai pungutan liar dari parkir liar, calo tiket, atau kadang ada satu obyek itu ada dua tiket," ucapnya.
Selain itu, ia menyarankan agar pemerintah daerah menata pedagang di lokasi wisata agar menyajikan produk yang berkualitas dan tidak mematok harga seenaknya.
"Yang berikutnya adalah para pemandu wisatanya harus dikembangkan dengan baik dan membangun keamanan dalam lingkungan dengan tempat kunjungan wisatanya," tuturnya.
Dedi meyakini, apabila infrastruktur dan tata kelola destinasi wisata dibenahi dengan serius, maka kunjungan wisatawan akan meningkat dengan sendirinya—tanpa harus membebani pelajar dengan kegiatan study tour yang berpotensi eksploitatif.
“Kalau semuanya dilakukan, daerahnya tertata, bersih, para pedagangnya jujur, tidak ada pungli. Kemudian ada rasa nyaman, infrastrukturnya dibangun agar tidak terjadi kemacetan yang panjang. Jangan khawatir, wisatawan akan datang berbondong-bondong," pungkasnya. (**)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini