Hadiri Kongres Hikmahbudi, Sutarmidji Tekankan Pentingnya Jaga Persatuan

KalbarOnline, Kubu Raya – Gubernur Kalbar, Sutarmidji dan Kepala Staf Kepresidenan RI, Jenderal (Purn) Moeldoko hadir dalam pembukaan Kongres X Himpunan Mahasiswa Budhis Indonesia (Hikmahbudi) yang digelar di Vihara Maitreya, Jalan Ahmad Yani II, Kubu Raya, Sabtu (18/11/2018).

Tampak hadir pula, Kapolda Kalbar, Irjen Pol Didi Haryono. Juga diikuti peserta kongres sekitar 1500 orang.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Dalam kesempatan tersebut, Sutarmidji mengucapkan selamat atas terselenggara kongres Hikmahbudi.

Orang nomor satu di Bumi Tanjungpura ini juga berharap kongres ini dapat menghasilkan serta memilih pengurus yang bisa mengimplementasikan tema yang diusung dalam kongres yakni ‘Keadilan Sosial untuk Keutuhan Bangsa’.

“Saya harap mahasiswa-mahasiswa Budhis bisa bersinergi dengan pemerintah untuk percepatan pembagunan NKRI,” ujar Sutarmidji.

Sutarmidji juga menekankan pentingnya menjaga persatuan di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang terdiri atas beragam suku dan agama.

Baca Juga :  Resmikan BUMDes Tanjung Intan, Bupati: Buka Peluang Potensi Daerah Melalui BUMDes

Menurutnya, tidak ada seorang pun bisa memilih untuk terlahir sebagai siapa dan di negara mana, karena itu sebagai warga Indonesia menjaga persatuan dan kesatuan bangsa adalah wajib.

“Kita terlahir dan terpilih sebagai warga negara Republik Indonesia, dengan perbedaan itu kita harus menjaga keberagamanan, tetap dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tukasnya.

“Saya Islam, saya muslim, tapi agama saya mengajarkan kalau beda agama sudah diatur dalam surah Al-Kafirun, ‘Lakum dinukum waliadin’. Untukmu agamamu dan untukku agamaku,” demikian kata Sutarmidji mengutip Surah Al-Kafirun.

Mantan Wali Kota Pontianak dua periode ini juga menuturkan bahwa perbedaan etnis, suku dan agama di dalam Al-Quran sudah diatur.

“Kujadikan kau bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Silaturahim bukan berkelahi,” tegasnya.

Selain itu, Ketua Ikatan Alumni Universitas Tanjungpura juga menjelaskan konsep kontitusi Madinah yang menurutnya sangat mengambarkan kondisi Indonesia.

Baca Juga :  Pagelaran Adat dan Budaya 6 Etnis Resmi Dibuka

Kontitusi Madinah adalah sebuah kesepakatan yang dibuat di masa Nabi Muhammad yang isinya tertera bahwa warga Madinah berkewajiban mempertahankan kota apabila sewaktu-waktu diserang oleh pihak luar.

“Kontitusi Madinah di masa Rasulullah memimpin itu kondisinya persis seperti Indonesia. Artinya disana diatur dalam kontitusi Madinah kalau Madinah terancam diserang seluruh pemeluk agama apapun, etnis apapun yang saat itu tinggal di Madinah wajib mempertahankan Madinah. Jadi tidak menyatakan hanya umat Islam, tapi seluruh etnis, seluruh pemeluk agama wajib mempertahankan Madinah. Itulah kita Indonesia sekarang ini. Kita harus menjaga keutuhan itu dengan menciptakan keadilan,” pungkasnya. (*/Fai)

Comment