Kolom    

Bingkai Pancasila dan Nasionalime Buta

Oleh : Jauhari Fatria
Sabtu, 17 November 2018
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline, Opini –

Sebagai ‘Nation State’, Pancasila tidak boleh aman dari Ideologi yang

bertentangan dengannya. Kerena dengan cara itu, ideologi Pancasila akan dapat

bertahan dalam iklim negara yang menganut sistem demokrasi yang diisi oleh

banyak kultur dan agama serta pemahaman yang berbeda-beda.

Pancasila secara geneologis terlahir sebagai suatu

Histirocal-political gentlemen oleh para founding father kita dan memikili

delapan bingkai yang membuatanya bermakna bagi “Nation State” Indonesia dan

karena itu , patut menjadi basis atau fundemental sistem hukum dan demokrasi.

Terkait dengan nasionalisme di era postmodern sekarang,

sangatlah berbeda dengan semangat nasionalisme sebelum Indonesia di merdeka-kan

dari tangan para penjajah, pada 17 Agustus 1945. Semangat nasionalisme raykat

pada waktu itu, tumbuh dan berkembang karena kebenciannya terhadap kaum

penjajah.

Namun sekarang sikap memperilakukan nasionalisme lari jauh

dari esensi yang sebenarnya, nasionalisme tidak lagi dijadikan sebagai semangat

membela NKRI namun berbalik sebagai kekuatan menepuk dada serta dijadikan bahan

kesombongan antar golongan dan akibatnya timbulah aksi-aksi nasionalisme ala rambonisme.

Di sisi lain nasionalisme tumbuh berkembang jika esensi

dasar NKRI (Pancasila) diganggu keleluasaannya membingkai perbedaan, memang ada

betulnya. Sama halnya ketika terjadi suatu 

ketidakadilan hukum yang tidak berpihak pada rakyat kecil, barulah masyarakat

akan mempertentangkan keadilan tersebut.

Dengan kata sederhana, bahwa tidak mungkin ada asap jikalau

tidak ada api, tidak mungkin ada aksi jikalau tidak ada reaksi.

Semua itu disebabkan ada masalah dan masalah akan sangat bermanfaat

buat proses pendewasaan diri, khususnya yang berkaitan dengan pertentangan

sosial yang terjadi seperti sekarang ini.

Sebagai contoh; mungkin saja orang tidak pernah tahu apa

makna dan arti Pancasila dalam NKRI ini, jika dua golongan antara HTI dan

Banser tidak seperti Tom and Jerry, atau mungkin orang tidak akan pernah tahu

apa itu hukum jika sang Polisi tidak memproses masalahnya.

Maka itulah sebabnya kenapa masalah menjadi penting dan

tidak boleh kita nafikan, apalagi mencoba menghindarinya.

Masalah merupakan esensi dasar dari tersedianya surga dan

neraka, jikalau hal ini kita diharuskan kembali membahas persoalan sejarah

penciptaan manusia dan kenapa manusia berada di Bumi. Namun bukan berarti

manusia diharuskan memperbanyak masalah untuk menuai solusi.

Tetapi hal ini hanyalah sebagai tekat untuk mengingatkan

kita, bahwa kita pada dasarnya hadir  di bumi

dengan masalah.

Berpancasila tidak berarti kita diharuskan ‘menepuk dada bahwa

saya yang paling pancasialis atau paling NKRI’ begitulah ungkapan yang

disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam tulisannya yang beredar di

media sosial; Haeder Nashir, 2018.

Hal itu disampaikan olehnya karena menanggapi beberapa masalah

yang terjadi sekarang, yang berkaitan melencengnya pemahaman Pancasila yang

terjadi didalam masyarakat saat ini.

Nasionalisme atau berpancasilais dengan pemahaman yang

sangat minim, memang akan mengakibatkan sesuatu tindakan brutal. Hal ini juga

disebabkan minimnya sosialisasi tentang pemahaman kebangsaan oleh negara itu

sendiri ataupun sudah dilakukan, namun hal itu tidak dihiraukan lagi oleh

masyarakat karena mungkin saja telah disusupi oleh berbagai faktor, sehingga

menimbulkan suatu ketidakpercayaan masyarakat pada para penguasa dan akibatnya Pancasila

yang dijadikan korban sebagai senjata keuntungan politik, bagi pihak-pihak

tertentu yang sengaja membuat kebutaan bagi para pengikutnya dalam memahami esensi

pancasila serta nasionalisme itu sendiri.

Pancasila dan nasionalisme menjadi tidak wajar jikalau hanya

diperuntungkan bagi segelintir orang yang sarat akan kepentingan semata,

apalagi kalau sudah disusupi oleh kredo pilitik ‘dekatlah dengan penguasa’ maka

nasionalisme dan sikap pancasilaismu akan terjamin.

Namun hebatnya ormas sekarang, menjadikan kedekatan mereka

dengan penguasa sebagai tiket untuk berlaku brutal untuk mencap berbagai pihak ‘aku

NKRI sedangkan mereka tidak’.

Hal inilah yang 

penulis sebut sebagai bingkai pancasila dan nasinalisme buta. Ini

merupakan ancaman serius bagi negara yang menganut sistem demokrasi murni. Karena

negara demokrasi tidak boleh ada yang namanya karakter monarki tersembunyi

terjadi didalamnya.

Fakta pancasilais dan sikap NKRI saat ini, seakan-akan

dijadikan lisensi bagi penguasa. Karena mungkin saja hal ini kita diharuskan membuktikan

nasiolisme, NKRI-an serta sikap pancasilais kita, sebagaimana organisasi ‘Fundementalis

Pancasila’ yang berlaku bak manusia minim pengatahuan, mengedepankan perilaku

yang tak senono, dengan berani mengatakan NKRI harga mati.

Akhir kata buktikan anda NKRI dan nasionalisme tetapi tidak dengan

cara buta.

Penulis : Hikmah,

S.H. (Mahasiswa Magister Ilmu Hukum, Konsentrasi Pembaharuan Hukum Pidana,

Universitas Diponegoro Semarang)

Artikel Selanjutnya
Deklarasi Bersama Relawan Prabowo-Sandi: Wujud Partisipasi Publik Dambakan Indonesia Adil dan Makmur
Sabtu, 17 November 2018
Artikel Sebelumnya
Hadiri Kongres Hikmahbudi, Sutarmidji Tekankan Pentingnya Jaga Persatuan
Sabtu, 17 November 2018

Berita terkait