KalbarOnline.com–United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) atau Dana Penduduk Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan terdapat estimasi hingga 15 juta kehamilan tidak diinginkan secara global akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini.
”Estimasi berdasar skenario durasi lockdown dan gangguan layanan kesehatan,” kata Assistant Representative UNFPA Melania Hidayat saat diskusi daring dengan tema Perayaan Hari Kontrasepsi Sedunia 2020 yang dipantau di Jakarta, Kamis (24/9).
Melania mengatakan jika dengan destruksi tinggi lockdown hingga 12 bulan, ada 51 juta perempuan tidak dapat menggunakan kontrasepsi modern dan terjadi 15 juta kehamilan tidak diinginkan. Hal tersebut diperkirakan berdasar studi yang dilakukan UNFPA bersama sejumlah lembaga di 114 negara sehingga diperoleh analisis sejauh mana pandemi berpengaruh pada kesehatan reproduksi.
Secara umum, studi dilakukan dengan berbagai skenario lockdown yakni tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan, hingga 12 bulan. Selain itu, juga terdapat skenario terkait gangguan layanan kesehatan baik itu ringan, sedang, ataupun tinggi.
”Sekecil apapun skenarionya memiliki dampak cukup besar sehingga hal yang diperkirakan itu harus dicegah agar tidak terjadi,” ujar Melania seperti dilansir dari Antara.
Contohnya saja dengan gangguan layanan kesehatan ringan serta durasi lockdown hanya tiga bulan, diperkirakan terdapat sekitar 13 juta perempuan yang tidak dapat menggunakan alat kontrasepsi modern dan berdampak pada 325.000 kehamilan tidak diinginkan. Padahal secara global diperkirakan 450 juta perempuan di 114 negara dengan pendapatan rendah dan menengah menggunakan kontrasepsi.
Di sisi lain terdapat pula studi khusus di wilayah Asia Pasifik, bahkan dengan skenario terburuk diperkirakan terdapat 20,7 juta kehamilan yang tidak diinginkan. Sementara dengan skenario terbaik tetap bisa mencapai 11,4 juta kehamilan. Lebih jauh, dia mengatakan, kehamilan tidak diinginkan itu juga dapat berimbas negatif pada meningkatnya kematian dan kesakitan ibu.
Menurut Melania, dengan asumsi adanya hambatan pada persalinan oleh tenaga kesehatan, persalinan di fasilitas kesehatan dan akses terhadap layanan kontrasepsi diperkirakan 10 kematian ibu per jam di Asia Pasifik. Sehingga terdapat estimasi kematian ibu pada 2020 sebanyak 103.000 jiwa dengan skenario terbaik dan 173.000 kematian dengan skenario terburuk.
”Itu perkirakan secara global dan regional Asia Pasifik. Khusus Indonesia saat ini UNFPA sedang melakukan hal serupa untuk permodelan situasi di tanah air dan hasilnya mungkin dalam beberapa waktu ke depan,” tutur Melania.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment