Din Syamsuddin Kirim Surat Terbuka untuk Jokowi, Begini Isi Lengkapnya

KalbarOnline.com – Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Prof Din Syamsuddin mengirim surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Surat terbuka itu berjudul: Mari Ciptakan Kehidupan Nasional yang Tidak Gaduh dari Diri Sendiri.

Berikut isi lengkap surat terbuka Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2005-2010 dan 2010-2015 itu, seperti dilansir dari pwmu online:

IKLANSUMPAHPEMUDA

Kepada Yang Mulia
Bapak Ir Joko Widodo
Presiden Republik Indonesia

Assalamu’alaiku Wr. Wb.

Yang Mulia Bapak Presiden Ir. Joko Widodo.

Semula kami berpikir tidak ingin mengirim surat ini khawatir akan (dianggap) menciptakan kegaduhan.

Namun, lewat istikharah, kami tergerak untuk menulisnya khawatir imbauan Bapak Presiden agar rakyat tidak menciptakan kegaduhan akan menjadi self fullfilling prophecy atau hal yang justru akan menciptakan kegaduhan itu sendiri.

Baca Juga :  Ada Laporan Dana Bansos Disunat Rp100 Ribu, KPK akan Telusuri

Pada hemat kami, hitam-putih atau baik-buruknya seperti gaduh tidak gaduhnya kehidupan sesuatu bangsa sangat tergantung kepada pemimpin bangsa itu sendiri. Pemimpin, sebagai pemangku amanat, adalah yang paling bertanggung jawab atas kepemimpinannya. (Hadits Nabi: Setiap pemimpin bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya).

Maka besar harapan kami agar Bapak Presiden melakukan langkah-langkah nyata untuk menciptakan suasana kehidupan yang damai, adem, dan tenteram dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Untuk itu kiranya perlu dicari faktor-faktor penyebab kegaduhan, sekaligus menjadi faktor-faktor pendorong ketakgaduhan. Para ahli bersepakat faktor-faktor itu terkait dengan kejujuran, keadilan, dan kesejahteraan. Jika ketiga hal demikian tersedia, maka kedamaian, ketenangan, dan ketenteraman akan menjelma.

Baca Juga :  Ridwan Kamil Sebut 4 Kegiatan yang Bikin Penyebaran Virus Corona di Jabar Meningkat

Yang Mulia Bapak Presiden.

Tentu Bapak memiliki pengalaman kepemimpinan yang panjang, baik sebagai Wali Kota, Gubernur, dan satu periode sebagai Presiden, serta para penasihat yang andal dan mumpuni di sekitar.

Maka tanpa bermaksud menggarami lautan atau mengajar bebek berenang, izinkan saya dengan permohonan maaf, demi menunaikan kewajiban keagamaan untuk ber-tawashi dengan kebenaran dan kesabaran (tawashaw bi al-haqq wa tawashaw bi al- shabr), mewasiatkan saran-saran untuk mencegah kegaduhan dalam kehidupan bangsa:

Comment