Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Jumat, 23 Oktober 2020 |
KalbarOnline.com – Kecelakaan truk oleng, terguling, dan kehilangan kendali masih kerap terjadi. Berdasarkan data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), 80 persen kecelakaan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan niaga terjadi seketika saat ban kempes atau pecah.
Bicara soal kendaraan niaga, insiden kecelakaan dipicu berbagai hal. Antara lain kondisi muatan berlebih diluar kemampuan kendaraan dan gaya mengemudi yang kurang baik. Namun sebenarnya, penting mengetahui apa yang membuat ban bereaksi dengan kondisi tersebut, yaitu dengan memahami cara kerja tekanan angin pada ban.
Ban dapat mengalami kerusakan hingga pecah jika digunakan dengan tekanan angin yang tidak sesuai muatan beban dan kecepatan mengemudi. Selain itu, gaya mengemudi juga menjadi salah satu faktor penentu kecelakaan.
Melihat masalah tersebut, PT Hankook Tire Sales Indonesia menganjurkan pengendara kendaraan niaga untuk memperhatikan dan memeriksa tekanan angin pada ban secara berkala demi keamanan. “Pemeliharaan tekanan angin sangat berpengaruh terhadap kinerja ban, kestabilan mengemudi, kemampuan pengereman yang lebih baik, bahkan penggunaan bahan bakar yang lebih hemat,” ungkap National Sales Manager Hankook Tire Sales Indonesia Ahmad Juweni melalui informasi resminya kepada KalbarOnline.com.
Ahmad mengatakan, setidaknya ada tiga cara untuk menjaga tekanan angin atau inflasi ban. Selain mengurangi risiko kecelakaan akibat ban pecah, hal itu juga dilakukan agar menghasilkan kinerja yang optimal.
Pertama, sesuaikan tekanan angin dengan berat muatan (beban) yang diangkut. Pengemudi truk maupun manajer armada harus memastikan bahwa tekanan angin sudah sesuai dengan beban yang diangkutnya.
Usahakan untuk tidak memberikan tekanan angin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ban dengan tekanan angin terlalu tinggi dapat menyebabkan aus di bagian tengah, serta membuat ban lebih mengembang secara tidak wajar. Sehingga mudah pecah jika terkena benturan.
Selain itu, daya cengkram ban juga akan berkurang dan membuat kendaraan terasa melayang saat laju kendaraan tinggi di jalan tol. Ini yang membuat truk sulit dikendalikan dan berpotensi pada kecelakaan.
Selanjutnya, ban yang diisi dengan tekanan rendah juga akan menyebabkan keausan pada bagian sisi ban (shoulder). Ban dengan tekanan angin rendah dapat mengalami kerusakan separation (lapisan ban terlepas). Tekanan angin yang rendah membuat laju kendaraan semakin berat, sehingga membuat mesin bekerja lebih keras dan menurunkan efisiensi bahan bakar.
“Pengemudi kerap kali menyepelekan tekanan angin pada ban, padahal nyawa ban sendiri terletak dari tekanan angin yang ideal. Secara umum, jika beban muatan lebih besar dari standar, maka, tekanan angin harus ditambah dan kecepatan harus dikurangi,” jelas Ahmad.
Kedua, usahakan untuk memeriksa tekanan angin setiap dua minggu sekali atau setiap akan melakukan perjalanan. Sebaiknya pengecekan tekanan angin dilakukan saat suhu ban sedang dingin karena saat suhu panas, tekanan angin sedang meningkat sehingga pembacaan tekanan angin menjadi tidak akurat.
Selain itu, alat ukur tekanan angin (pressure gauge) perlu diperhatikan keakuratannya dengan melakukan kalibrasi secara berkala.
Ketiga, perhatikan juga kondisi telapak dan dinding samping ban. Jika ditemukan batu-batu atau benda tajam yang menyelip di antara telapak ban agar segera dilepas untuk menghindari kerusakan atau kebocoran ban. Jika ada luka pada telapak ban karena paku atau benda tajam lainnya, segera lepas ban dan perbaiki untuk menghindari kerusakan yang lebih serius.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Kecelakaan truk oleng, terguling, dan kehilangan kendali masih kerap terjadi. Berdasarkan data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), 80 persen kecelakaan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan niaga terjadi seketika saat ban kempes atau pecah.
Bicara soal kendaraan niaga, insiden kecelakaan dipicu berbagai hal. Antara lain kondisi muatan berlebih diluar kemampuan kendaraan dan gaya mengemudi yang kurang baik. Namun sebenarnya, penting mengetahui apa yang membuat ban bereaksi dengan kondisi tersebut, yaitu dengan memahami cara kerja tekanan angin pada ban.
Ban dapat mengalami kerusakan hingga pecah jika digunakan dengan tekanan angin yang tidak sesuai muatan beban dan kecepatan mengemudi. Selain itu, gaya mengemudi juga menjadi salah satu faktor penentu kecelakaan.
Melihat masalah tersebut, PT Hankook Tire Sales Indonesia menganjurkan pengendara kendaraan niaga untuk memperhatikan dan memeriksa tekanan angin pada ban secara berkala demi keamanan. “Pemeliharaan tekanan angin sangat berpengaruh terhadap kinerja ban, kestabilan mengemudi, kemampuan pengereman yang lebih baik, bahkan penggunaan bahan bakar yang lebih hemat,” ungkap National Sales Manager Hankook Tire Sales Indonesia Ahmad Juweni melalui informasi resminya kepada KalbarOnline.com.
Ahmad mengatakan, setidaknya ada tiga cara untuk menjaga tekanan angin atau inflasi ban. Selain mengurangi risiko kecelakaan akibat ban pecah, hal itu juga dilakukan agar menghasilkan kinerja yang optimal.
Pertama, sesuaikan tekanan angin dengan berat muatan (beban) yang diangkut. Pengemudi truk maupun manajer armada harus memastikan bahwa tekanan angin sudah sesuai dengan beban yang diangkutnya.
Usahakan untuk tidak memberikan tekanan angin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ban dengan tekanan angin terlalu tinggi dapat menyebabkan aus di bagian tengah, serta membuat ban lebih mengembang secara tidak wajar. Sehingga mudah pecah jika terkena benturan.
Selain itu, daya cengkram ban juga akan berkurang dan membuat kendaraan terasa melayang saat laju kendaraan tinggi di jalan tol. Ini yang membuat truk sulit dikendalikan dan berpotensi pada kecelakaan.
Selanjutnya, ban yang diisi dengan tekanan rendah juga akan menyebabkan keausan pada bagian sisi ban (shoulder). Ban dengan tekanan angin rendah dapat mengalami kerusakan separation (lapisan ban terlepas). Tekanan angin yang rendah membuat laju kendaraan semakin berat, sehingga membuat mesin bekerja lebih keras dan menurunkan efisiensi bahan bakar.
“Pengemudi kerap kali menyepelekan tekanan angin pada ban, padahal nyawa ban sendiri terletak dari tekanan angin yang ideal. Secara umum, jika beban muatan lebih besar dari standar, maka, tekanan angin harus ditambah dan kecepatan harus dikurangi,” jelas Ahmad.
Kedua, usahakan untuk memeriksa tekanan angin setiap dua minggu sekali atau setiap akan melakukan perjalanan. Sebaiknya pengecekan tekanan angin dilakukan saat suhu ban sedang dingin karena saat suhu panas, tekanan angin sedang meningkat sehingga pembacaan tekanan angin menjadi tidak akurat.
Selain itu, alat ukur tekanan angin (pressure gauge) perlu diperhatikan keakuratannya dengan melakukan kalibrasi secara berkala.
Ketiga, perhatikan juga kondisi telapak dan dinding samping ban. Jika ditemukan batu-batu atau benda tajam yang menyelip di antara telapak ban agar segera dilepas untuk menghindari kerusakan atau kebocoran ban. Jika ada luka pada telapak ban karena paku atau benda tajam lainnya, segera lepas ban dan perbaiki untuk menghindari kerusakan yang lebih serius.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini