KalbarOnline.com – Tiongkok semakin percaya diri untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok kelas menengah dan memberantas kemiskinan. Misi penting Presiden Xi Jinping selama 15 tahun ke depan fokus menggenjot kelompok berpenghasilan menengah.
Partai Komunis Tiongkok menentukan target dalam visi 2035. Targetnya secara signifikan memperluas kelompok pendapatan menengah. Meningkatkan jumlah masyarakat berpenghasilan menengah juga akan membantu pemerintah menerapkan strategi ekonomi yang berfokus pada pengembangan pasar domestik untuk mengimbangi ketidakpastian eksternal.
Secara resmi, dilansir dari South China Morning Post, Rabu (2/12), sekitar 400 juta orang Tionghoa dikategorikan sebagai berpenghasilan menengah. Secara umum didefinisikan oleh Biro Statistik Nasional sebagai sebuah keluarga dengan tiga orang berpenghasilan antara 100 ribu yuan (USD 15.200) hingga 500 ribu yuan per tahun atau setara Rp 210 juta per tahun. Artinya rata-rata per bulan, masyarakat kelas menengah di Tiongkok mendapatkan penghasilan Rp 17,5 jutaan meskipun definisi tersebut tidak selalu konsisten.
- Baca juga: Provokasi Diplomat di Twitter, Hubungan Australia-Tiongkok Memanas
Jumlah itu mewakili kurang dari sepertiga total populasi Tiongkok. Jepang menghitung dua pertiga dari populasinya sebagai berpenghasilan menengah dan AS sekitar setengahnya. Jika Tiongkok ingin meningkatkan populasi berpenghasilan menengahnya menjadi hampir 60 persen, sekitar 800 juta orang akan masuk ke dalam kategori tersebut.
Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He, asisten ekonomi Xi, menulis di People’s Daily. Menurutnya ekspansi kelompok berpenghasilan menengah memiliki peran mendasar dalam membentuk pasar domestik yang kuat. Dan karenanya Tiongkok harus memperluas kelompok berpenghasilan menengah dan berusaha untuk membuat pendapatan per kapita tumbuh lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.
Setelah empat dekade berkembang pesat, produk domestik bruto (PDB) per kapita Tiongkok mencapai USD 10 ribu pada tahun 2020, tetapi kekayaan tidak didistribusikan secara merata. Namun, masih ada ketimpangan pendapatan masyarakatnya.
Seorang peneliti di Institut Paulson di Chicago, Song Houze, mengatakan peningkatan jumlah orang berpenghasilan menengah akan menjadi langkah alami setelah pemerintah menghapus kemiskinan absolut. Kemiskinan di Tiongkok adalah mendapatkan pendapatan tahunan per kapita di bawah 4.000 yuan atau setara Rp 8 jutaan per tahun. Artinya rata-rata mendapat Rp 700 ribu per bulan.
“Kelompok besar berpenghasilan rendah di Tiongkok memiliki potensi besar untuk meningkatkan konsumsi domestik,” kata Song.
Tiongkok mengumumkan pekan lalu bahwa 832 kabupaten miskin yang tersisa telah dientaskan dari kemiskinan. Hal itu menunjukkan bahwa Xi Jinping memenuhi target 5 tahun lalu untuk memberantas kemiskinan.
Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan pada bulan Mei bahwa negara itu masih memiliki 600 juta orang berpenghasilan 1.000 yuan atau Rp 2 juta dalam sebulan. Dan mereka rentan terhadap dampak ekonomi dari pandemi.
“Menyiapkan rencana untuk memperluas kelompok berpenghasilan menengah diperlukan untuk pembangunan ekonomi dan stabilitas sosial,” tutup rekan peneliti, Chen Xudong.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment