KalbarOnline.com – Tokyo berstatus darurat. Pun demikian dengan tiga prefektur di sekitarnya, yaitu Chiba, Kanagawa, dan Saitama. Kebijakan itu berlaku mulai Jumat (8/1) hingga 7 Februari mendatang. Harapannya, agar ledakan penularan Covid-19 gelombang ketiga di Jepang bisa segera terkendali.
Dibandingkan negara-negara Eropa, penularan di Tokyo mungkin tidak parah. Tapi, pemerintah Jepang mulai waswas ketika penularan harian mencapai lebih dari 6 ribu orang pada Rabu (6/1). Kemudian Kamis (7/1), di Tokyo sudah ada 2.447 kasus baru. Padahal, sehari sebelumnya hanya 1.591 kasus. Langkah tegas harus diambil agar kurva kasus Covid-19 melandai.
Berdasar simulasi yang dilakukan ilmuwan Kyoto University Hiroshi Nishiura, penularan di Tokyo bisa mencapai 3.500 orang per hari pada Februari dan 7 ribu orang per hari pada Maret. Itu jika tidak ada langkah tegas pemerintah. Nishiura menyarankan agar status darurat diberlakukan setidaknya dua bulan.
Ada sekitar 36 juta orang yang bakal terdampak status darurat. Jumlah itu sekitar 30 persen dari total penduduk di Jepang. Dengan adanya status itu, kini pemerintah daerah bisa menyerukan pembatasan pergerakan penduduk dan tempat-tempat yang membuat orang berkumpul.
Misalnya, restoran, bar, kafe, dan bioskop. Tempat-tempat tersebut diminta berhenti melayani makan di tempat maksimal pukul 20.00. Setidaknya, ada 150 ribu restoran dan bar di wilayah yang berstatus darurat.
Perusahaan juga disarankan memberlakukan kerja dari rumah. Dengan begitu, kepadatan kereta komuter bisa dipangkas hingga 70 persen. Pameran obor Olimpiade juga ditunda untuk mengurangi persebaran Covid-19.
Status darurat itu sejatinya lemah karena tidak ada hukuman bagi yang tak patuh. Karena itu, bulan ini pemerintah Jepang akan membahas RUU yang bakal memberikan denda pada perusahaan yang tak taat aturan. Di lain pihak, mereka yang patuh pada kebijakan pemerintah bakal mendapatkan insentif.
’’Memperpendek jam operasional bar dan restoran membantu menurunkan kasus Covid-19 di Osaka dan Hokkaido,’’ ujar Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga seperti dikutip Agence France-Presse.
Di dua prefektur itu, status darurat tidak diberlakukan. Para pakar kesehatan pun tidak sependapat. Mereka menyatakan bahwa saat ini persebaran Covid-19 melonjak di seluruh penjuru negeri. Bahkan, kasus di Osaka dan Hokkaido mulai merangkak naik.
’’Kita mungkin harus mempertimbangkan status darurat secara nasional,’’ tegas Presiden Asosiasi Medis Jepang Toshio Nakagawa.
Sementara itu, di AS pengawas medis Miami-Dade County tengah menyelidiki kematian dr Gregory Michael. Dia meninggal beberapa pekan setelah diinjeksi vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech. Hingga saat ini, kematiannya belum secara pasti dikaitkan dengan vaksinasi tersebut.
’’Tapi, ini adalah salah satu kemungkinan yang harus dieksplorasi,’’ ujar Direktur Operasional Pengawas Medis Miami-Dade County Darren Caprara pada CNN. Di AS ada 21 kasus anaphylaxis pada penduduk yang telah divaksin dengan Pfizer-BioNTech. Itu adalah reaksi alergi yang cukup parah. Sejak awal, vaksin Pfizer-BioNTech memang tidak disarankan untuk orang yang memiliki alergi.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment