KalbarOnline, Pontianak – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat menggelar pemeriksaan Penyakit Tidak Menular (PTM) dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia Tahun 2022.
Pemeriksaan Penyakit Tidak Menular itu meliputi pemeriksaan hipertensi, gula darah, kolestrol yang digelar di Halaman Stadion Sultan Syarif Abdurrahman (SSA), Sabtu, 26 Maret 2022.
Kegiatan yang mengangkat tema optimalisasi penemuan kasus TBC pada masyarakat umum dalam rangka peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2022 itu turut dihadiri oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kalbar Harisson mewakili Gubernur Kalbar yang sekaligus membuka secara resmi kegiatan tersebut.
Dalam sambutannya, Harisson menyampaikan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara penyumbang kasus TBC tertinggi di dunia.
“Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. Dengan perkiraan jumlah orang yang jatuh sakit akibat TBC mencapai 845 ribu orang, dengan angka kematian sebanyak 98 ribu pertahun atau terhitung setiap satu jam ada 11 orang yang meninggal karena TBC,” kata Harisson.
“Untuk itu kita pada hari ini mengingatkan semua elemen bangsa ini agar kita benar-benar sekarang aware lagi kepada TBC,” kata Harisson.
Pemberantasan kasus TBC di Indonesia haruslah secara gencar dilakukan dengan berbagai upaya. Untuk itu, Harisson menegaskan, perlu dukungan dan kontribusi semua pihak agar dapat terealisasi.
“Pemberantasan masalah TBC ini tidak dapat terselesaikan jika hanya dibebankan kepada sektor kesehatan saja. Perlu koordinasi lintas sektor untuk menyelesaikan TBC di Indonesia, dan menempatkan TBC sebagai unsur utama di semua sektor tak terkecuali seluruh elemen masyarakat,” kata Harisson.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Hary Agung Tjahyadi turut menyampaikan bahwa peringatan Hari Tuberkulosis merupakan pengingat akan bahaya TBC terhadap kesehatan.
“Adanya Hari Tubekulosis yang diperingati setiap tanggal 24 Maret ini untuk mengingatkan kita semua bahwa penyakit TBC tetap masih ada di sekitar kita. Sehingga risiko penularan dan kesakitan dari TBC harus bisa kita tekan dengan berbagai upaya pencegahan, penemuan kasus, dan pengobatan yang adekuat,” kata Hary Agung.
Hary Agung menjelaskan, terdapat dua indikator dalam pemenuhan target bebas TBC pada 2050. Pertama, berkaitan dengan upaya penemuan kasus TBC.
“Karena orang-orang yang terkena penyakit tersebut harus ditemukan terlebih dahulu baru bisa diobati. Apabila tidak ditemukan, penderita dapat menularkan TBC secara meluas,” jelas Hary Agung.
Kedua, setelah ditemukan, dilakukanlah pengobatan yang disebut dengan success rate treatment atau keberhasilan pengobatan dengan target secara nasional sebesar 90 persen.
Turut hadir dalam acara tersebut, perwakilan Pangdam XII/Tanjungpura, Kapolda Kalbar, Kajati Kalbar, dan Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar, Asisten 1 Sekda Kalbar, Direktur RSUD Soedarso, Kepala Perangkat Daerah di lingkungan Pemprov Kalbar, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Kalbar, dan mitra program pencegah TB.
Comment