Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : adminkalbaronline |
| Selasa, 02 Mei 2023 |
KalbarOnline, Jakarta - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) secara rutin diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya di Indonesia. Namun banyak diantaranya kita yang mungkin sedikit lupa, bagaimana awal mula Hardiknas tersebut dicetuskan dan siapa sosok tokoh kunci di balik peringatan ini.
Sekedar mengingatkan kembali, kalau sejarah ditetapkannya Hardiknas tidak lepas dari sosok Ki Hadjar Dewantara. Beliau adalah tokoh pelopor pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Melansir dari laman Kemendikbud, penetapan peringatan Hardiknas pada tanggal 2 Mei sendiri diambil dari tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar lahir pada tanggal 2 Mei tahun 1889 di Yogyakarta, dengan nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat.
Penetapan Hardiknas tersebut pun secara resmi telah tertuang pada Surat Keputusan Presiden RI Nomor 305 Tahun 1959, yang menyebutkan bahwa hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Bapak Pendidikan Nasional
Ki Hadjar lahir dari kalangan keluarga ningrat di Yogyakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia pun mengenyam pendidikan di STOVIA, sebuah sekolah dokter pada zaman Hindia Belanda.
Namun karena sakit, akhirnya ia tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di sana. Gagal menjadi dokter, Ki Hadjar kemudian menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar seperti De Express, Utusan Hindia dan Kaum Muda.
Selama masa kolonialisme, Ki Hadjar dikenal berani dalam menentang berbagai kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Khususnya kebijakan yang hanya membolehkan anak-anak keturunan Belanda dan kaum priyayi yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Karena kritikan dan perlawanannya ini, akhirnya Ki Hadjar pun diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangungkusumo. Ketiga tokoh inilah yang dikenal sebagai "Tiga Serangkai".
Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hadjar pun mendirikan lembaga pendidikan Tamansiswa (Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa). Dan setelah Indonesia merdeka, Ki Hadjar pun diangkat menjadi Menteri Pendidikan.
Karya-karya Ki Hadjar kemudian menjadi landasan dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. Salah satu semboyannya yang paling terkenal adalah "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" yang artinya "Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan". Semboyan tersebut akhirnya menjadi slogan pendidikan yang digunakan hingga saat ini.
Atas semua jasa-jasanya tersebut, Ki Hadjar juga dianugerahkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional.
Demikian sekelumit sejarah singkat untuk menyegarkan kembali ingatan kita tentang sosok Ki Hadjar Dewantara dan Hardiknas. (Jau)
KalbarOnline, Jakarta - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) secara rutin diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya di Indonesia. Namun banyak diantaranya kita yang mungkin sedikit lupa, bagaimana awal mula Hardiknas tersebut dicetuskan dan siapa sosok tokoh kunci di balik peringatan ini.
Sekedar mengingatkan kembali, kalau sejarah ditetapkannya Hardiknas tidak lepas dari sosok Ki Hadjar Dewantara. Beliau adalah tokoh pelopor pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Melansir dari laman Kemendikbud, penetapan peringatan Hardiknas pada tanggal 2 Mei sendiri diambil dari tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar lahir pada tanggal 2 Mei tahun 1889 di Yogyakarta, dengan nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat.
Penetapan Hardiknas tersebut pun secara resmi telah tertuang pada Surat Keputusan Presiden RI Nomor 305 Tahun 1959, yang menyebutkan bahwa hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Bapak Pendidikan Nasional
Ki Hadjar lahir dari kalangan keluarga ningrat di Yogyakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia pun mengenyam pendidikan di STOVIA, sebuah sekolah dokter pada zaman Hindia Belanda.
Namun karena sakit, akhirnya ia tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di sana. Gagal menjadi dokter, Ki Hadjar kemudian menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar seperti De Express, Utusan Hindia dan Kaum Muda.
Selama masa kolonialisme, Ki Hadjar dikenal berani dalam menentang berbagai kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Khususnya kebijakan yang hanya membolehkan anak-anak keturunan Belanda dan kaum priyayi yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Karena kritikan dan perlawanannya ini, akhirnya Ki Hadjar pun diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangungkusumo. Ketiga tokoh inilah yang dikenal sebagai "Tiga Serangkai".
Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hadjar pun mendirikan lembaga pendidikan Tamansiswa (Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa). Dan setelah Indonesia merdeka, Ki Hadjar pun diangkat menjadi Menteri Pendidikan.
Karya-karya Ki Hadjar kemudian menjadi landasan dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. Salah satu semboyannya yang paling terkenal adalah "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" yang artinya "Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan". Semboyan tersebut akhirnya menjadi slogan pendidikan yang digunakan hingga saat ini.
Atas semua jasa-jasanya tersebut, Ki Hadjar juga dianugerahkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional.
Demikian sekelumit sejarah singkat untuk menyegarkan kembali ingatan kita tentang sosok Ki Hadjar Dewantara dan Hardiknas. (Jau)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini