Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : adminkalbaronline |
| Jumat, 21 Februari 2025 |
KALBARONLINE.com - Warga Kabupaten Ketapang mengeluhkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan BBM subsidi solar di kios pengecer saat ini yang tembus hingga Rp 12 ribu per liter, bahkan ada yang menjual Rp 15 ribu per liter.
Harga tersebut terlampau tinggi dari yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni pertalite tetap dijual dengan harga Rp 10.000 per liter, sedangkan solar subsidi tetap di harga Rp 6.800 per liter.
Kondisi ini diperburuk dengan pelayanan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang hanya melayani pembelian hingga sore hari, dan tak jarang harus berdesakan dengan para pengantre yang menggunakan jerigen dan tangki modifikasi.
"Kami sebagai masyarakat sangat kecewa rata-rata di SPBU minyak pertalite cepat habis, tetapi di kios-kios pengecer pada sepanjang jalan selalu ada dengan harga yang mahal, jadi apa yang sebenarnya terjadi," kata Yoga salah satu warga Kecamatan Delta Pawan, kepada media ini, Jumat (21/02/2025).
Yoga juga mengeluhkan pelayanan pihak SPBU di Kota Ketapang dan sekitarnya yang terkesan lebih mengutamakan sekelompok pengecer yang mengantre, sehingga masyarakat umum tidak memiliki kesempatan mendapatkan langsung BBM di SPBU.
Bagaimana tidak, sejumlah SPBU atau pun APMS yang buka sekitar pukul 08.00 WIB, biasanya hingga pukul 16.00 WIB BBM jenis pertalite dan solar sudah habis.
"Dengan kondisi begitu kita terpaksa membeli di kios harganya mahal, Rp 12 ribu per liter di dalam kota ketapang. Kalau di daerah perhuluan bisa tembus Rp 15 ribu per liter," keluhnya.
Ia berharap kondisi tersebut segera diatasi pemerintah, agar BBM jenis pertalite dan solar tidak semakin mahal dan langka.
Hal senada juga dikatakan Sarinah, ibu rumah tangga ini mengaku pernah hendak ikut mengantre di SPBU untuk membeli langsung pertalite, akan tetapi ia harus pulang dengan tangki motor kosong karena petugas SPBU mengumumkan kalau BBM jenis pertalite telah habis.
"Kami minta tolong kepada pemerintah daerah dan aparat penegak hukum betul-betul mengawasi penyaluran BBM itu agar tidak ditimbun oleh pihak yang mencari keuntungan, jangan semakin membebani masyarakat," ucapnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil penelusuran KalbarOnline.com, hampir di setiap SPBU di kota Ketapang dapat dengan mudah dijumpai aktivitas para pengecer yang antre berulang kali membeli BBM, baik menggunakan sepeda motor dengan tangki besar maupun mobil tangki siluman atau yang sudah dimodifikasi di bagian bak belakang.
Kondisi ini seakan sudah familiar di kalangan masyarakat Ketapang yang hanya bisa pasrah harus merogoh kocek lebih dalam untuk satu liter pertalite. Ironisnya, pihak SPBU seakan memberikan “lampu hijau” kepada para pengepul BBM untuk antre menghabiskan BBM.
"Iya tiap hari antre mereka. Silahkan saja mau berapa kali sehari asalkan mampu saja," ucap operator salah satu SPBU di Ketapang kepada KalbarOnline.com.
Terkait persoalan BBM tersebut, ketika dikonfirmasi media ini, Kepala Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah Ketapang belum memberikan keterangannya, baik terkait jumlah kuota maupun penyebab kenaikan harga BBM di kios pengecer. (Adi LC)
KALBARONLINE.com - Warga Kabupaten Ketapang mengeluhkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan BBM subsidi solar di kios pengecer saat ini yang tembus hingga Rp 12 ribu per liter, bahkan ada yang menjual Rp 15 ribu per liter.
Harga tersebut terlampau tinggi dari yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni pertalite tetap dijual dengan harga Rp 10.000 per liter, sedangkan solar subsidi tetap di harga Rp 6.800 per liter.
Kondisi ini diperburuk dengan pelayanan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang hanya melayani pembelian hingga sore hari, dan tak jarang harus berdesakan dengan para pengantre yang menggunakan jerigen dan tangki modifikasi.
"Kami sebagai masyarakat sangat kecewa rata-rata di SPBU minyak pertalite cepat habis, tetapi di kios-kios pengecer pada sepanjang jalan selalu ada dengan harga yang mahal, jadi apa yang sebenarnya terjadi," kata Yoga salah satu warga Kecamatan Delta Pawan, kepada media ini, Jumat (21/02/2025).
Yoga juga mengeluhkan pelayanan pihak SPBU di Kota Ketapang dan sekitarnya yang terkesan lebih mengutamakan sekelompok pengecer yang mengantre, sehingga masyarakat umum tidak memiliki kesempatan mendapatkan langsung BBM di SPBU.
Bagaimana tidak, sejumlah SPBU atau pun APMS yang buka sekitar pukul 08.00 WIB, biasanya hingga pukul 16.00 WIB BBM jenis pertalite dan solar sudah habis.
"Dengan kondisi begitu kita terpaksa membeli di kios harganya mahal, Rp 12 ribu per liter di dalam kota ketapang. Kalau di daerah perhuluan bisa tembus Rp 15 ribu per liter," keluhnya.
Ia berharap kondisi tersebut segera diatasi pemerintah, agar BBM jenis pertalite dan solar tidak semakin mahal dan langka.
Hal senada juga dikatakan Sarinah, ibu rumah tangga ini mengaku pernah hendak ikut mengantre di SPBU untuk membeli langsung pertalite, akan tetapi ia harus pulang dengan tangki motor kosong karena petugas SPBU mengumumkan kalau BBM jenis pertalite telah habis.
"Kami minta tolong kepada pemerintah daerah dan aparat penegak hukum betul-betul mengawasi penyaluran BBM itu agar tidak ditimbun oleh pihak yang mencari keuntungan, jangan semakin membebani masyarakat," ucapnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil penelusuran KalbarOnline.com, hampir di setiap SPBU di kota Ketapang dapat dengan mudah dijumpai aktivitas para pengecer yang antre berulang kali membeli BBM, baik menggunakan sepeda motor dengan tangki besar maupun mobil tangki siluman atau yang sudah dimodifikasi di bagian bak belakang.
Kondisi ini seakan sudah familiar di kalangan masyarakat Ketapang yang hanya bisa pasrah harus merogoh kocek lebih dalam untuk satu liter pertalite. Ironisnya, pihak SPBU seakan memberikan “lampu hijau” kepada para pengepul BBM untuk antre menghabiskan BBM.
"Iya tiap hari antre mereka. Silahkan saja mau berapa kali sehari asalkan mampu saja," ucap operator salah satu SPBU di Ketapang kepada KalbarOnline.com.
Terkait persoalan BBM tersebut, ketika dikonfirmasi media ini, Kepala Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah Ketapang belum memberikan keterangannya, baik terkait jumlah kuota maupun penyebab kenaikan harga BBM di kios pengecer. (Adi LC)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini