Hari Ketiga di Lombok, Dekranasda Sekadau Kunjungi Pengrajin Tenun Songket Sukarara

Perjalanan Belajar Industri Kerajinan ke Lombok

KalbarOnline, Sekadau – Usai mengunjungi pengrajin anyaman bambu dan anyaman rotan (Wahana Bambu Wilis) yang berada di di Desa Dasan Bare, Gunung Sari, Lombok Barat, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Sekadau yang dimpin langsung oleh Ketua dan Wakil Ketua Dekranasda, Ny Kristina Rupinus, S.Pd, M.Si dan Ny Heri Supriyanti, A.Md, pada hari ketiga di Lombok, mengunjungi pengrajin tenun songket di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggot, Lombok Tengah, Jumat (27/10) pekan lalu.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Dalam kunjungannya ke pengrajin tenun songket Sukarara, rombongan Dekranasda Sekadau juga didampingi dewan pembina pengrajin songket Sukarara yang juga sebagai pemandu, M Sareh Erwin.

Sareh Erwin mengatakan bahwa Desa Sukarara merupakan desa pengrajin tenun songket terbesar di Lombok, bahkan sampai menembus pasar eksport. Hampir dari setiap rumah di Desa Sukarara memiliki alat menenun. Berbagai motif dihasilkan dan memiliki makna sendiri dari setiap motif.

Sareh Erwin menjelaskan bahwa kain tenun yang dihasilkan di Desa Sukarara adalah kain tenun dengan benang emas yang biasa disebut Kain Songket. Kain Songket ini merupakan kain tenunan yang dibuat dengan berbagai teknik, mulai dari teknik menambah benang pakan dan teknik membuat hiasan dengan menyisipkan benang perak, emas atau benang warna di atas benang lungsi.

Baca Juga :  Buka Turnamen Imlek Cup 2020, Ini Pesan Bupati Rupinus

Menurutnya sebagian besar wanita di Desa Sukarara bekerja sebagai penenun untuk menjaga dan melestarikan budaya dan tenun tradisional yang diwarisi oleh nenek moyang mereka.

Selain itu, menurut tradisi, lanjutnya, menenun sudah menjadi hal yang wajib bagi wanita di Desa Sukarara. Mereka tidak boleh menikah sebelum pandai menenun. Pekerjaan menenun ini biasanya dilakukan di teras depan toko atau rumah. Pemandangan ini tidak hanya dijumpai di toko yang saya kunjungi ini saja, tetapi hampir sepanjang jalan di Desa Sukarara.

Ia juga mengatakan bahwa sebagian besar kaum wanita di Desa Sukarara memilih menjadi seorang penenun, karena memang sejak kecil mereka sudah diajarkan oleh para orang tua mereka cara menenun, sehingga tetap dilestarikan sampai saat ini.

“Desa ini memiliki keunikan yaitu para kaum wanita yang akan menikah diwajibkan untuk memberikan kain tenun yang harus dibuat sendiri kepada calon suami,” ujarnya.

Ketua dan Wakil Ketua Dekranasda Sekadau dan rombongan dalam kesempatan itu berdialog langsung dengan para pengrajin tenun songket. Tidak hanya itu, rombongan Dekranasda Kabupaten Sekadau juga berkesempatan melihat langsung aktivitas tenun yang dilakukan oleh para pengrajin tenun songket di Desa Sukarara.

Baca Juga :  Bupati Rupinus : Harus Amanah, Taat Pancasila dan UUD 1945 Serta Patuh Hukum

Selain berdialog dan melihat aktivitas para pengrajin tenun songket, rombongan Dekranasda Sekadau juga diajak oleh instruktur yang juga dewan pembina pengrajin songket untuk melihat proses pewarnaan tenun yang dilakukan oleh para pengrajin songket.

Ketua Dekranasda Sekadau, Kristina mengatakan bahwa tujuannya mengunjungi pengrajin tenun songket di Sukarara adalah untuk melihat langsung proses dari pembuatan kain tenun yang dilakukan oleh para pengrajin.

“Kita dapat melihat langsung proses dari pembuatan kain tenun termasuk juga proses pewarnaan. Makanya dalam kunjungan ini kita juga membawa langsung pengrajin tenunnya, kita punya potensi untuk mengembangkan kerajinan tenun bahkan kita juga sudah punya kelompok pengrajin tenun, untuk itu kita ingin pengrajin ini melihat langsung dan belajar mengenai proses tenun sampai pada proses pewarnaan. Kita ingin memberikan motivasi kepada pengrajin kita untuk bisa mengembangkan dan menekuni usaha pengrajin tenun ini. Kita yakin jika usaha ini ditekuni dengan baik dan ulet pasti akan membawa hasil yang lebih baik dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga,” tekadnya. (Mus/Hms)

Comment