Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Jumat, 02 Maret 2018 |
Ketika si Kecil mencapai usia 3 tahun, ia mulai bisa banyak bicara, mengeluarkan emosinya, dan bergerak semaunya tanpa ada rasa khawatir. Orang tua juga sudah bisa menebak dan membaca suasana hati si Kecil. Selain itu, imajinasi, fantasi, dan tindak tanduknya mulai membuatnya merasa memiliki peran penting di kehidupan ini. Yuk, ketahui apa saja yang dilakukan anak pada usia 3 tahun!
Pada usia ini, si Kecil sudah mengetahui dengan benar peran manusia, benda, hewan, dan kejadian yang ada di sekitarnya, serta dapat mengubah keadaan sesuai keinginannya. Ia membuat ceritanya sendiri terhadap kejadian yang dialaminya serta menentukan kata-kata untuk membuat sesuatu itu jadi nyata.
Misalnya saja teman khayalan. Si Kecil membuat sosok teman kahayalan yang ia gunakan untuk melakukan keinginannya. Jika anak Mums memiliki teman khayalan, jangan langsung dimarahi karena dengan sendirinya anak akan melupakan hal ini. Anak 3 tahun belum memahami konsep berbohong, tetapi ia bisa kreatif merekonstruksi realita, seolah-olah itulah yang sebenarnya terjadi.
Anak usia 3 tahun biasanya tergantung pada situasi yang bisa diprediksi, misalnya kebiasaan yang diterapkan dirumah. Kebiasaan di rumah adalah bagian dari upaya si Kecil untuk mengerti dan mengontrol dunianya. Dengan menjaga kebiasaan dan aturan dari setiap kejadian, membantu si Kecil memahami dan mengetahui apa yang harus ia lakukan serta apa yang terjadi selanjutnya.
Misalnya dengan menerapkan makan di meja makan, gosok gigi sebelum tidur, dan melepas sepatu saat masuk ke rumah. Ia mengetahui peran apa yang harus ia laksanakan sebagai individu.
Lain saat usianya masih 2 tahun yang terkadang sulit untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan, anak usia 3 tahun sudah bisa dan mulai mengerti apa yang ia katakan berdasarkan apa yang ia rasakan. Ia bisa dengan mudah mengatakan tentang apa yang terlintas dipikirannya, seperti, “Aku mau kue yang Mama buat dicetak bentuk bintang.”
Selain itu ada tipe anak yang sering kali mengatakan tidak, mudah marah, keras kepala, dan mempunyai sikap yang cepat sekali berubah. Pernahkah Mums atau Dads mendengar istilah threenager?
Threenager adalah istilah untuk menggambarkan perubahan sifat anak usia 3 tahun yang bertingkah seperti remaja usia 13 tahun. Sikap ini memang tidak dialami oleh semua anak usia 3 tahun, tetapi beberapa orang tua pernah menghadapi kondisi ini.
Selain sering berkata tidak, anak juga sering berlari jika orang tua menyuruhnya melakukan aktivitas yang tidak ia sukai atau menurutnya tidak penting. Ia juga menjadi tidak sabaran, pintar bernegoisasi, dan tahu cara mengelak.
Menurut psikolog dari Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, Nessi Purnomo, pada prinsipnya anak usia 3 tahun ingin menunjukkan bahwa ia bisa melakukan banyak hal sendiri. Setelah 2 tahun merasa bergantung pada orang tua dalam melakukan apa-apa, kini saatnya ia ‘meneriakkan’ kalau ia bukan anak kecil lagi dan bisa menentukan keinginannya sendiri. Ia pun merasa bahwa pendapatnya penting didengarkan oleh orang tua.
Masalahnya, orang tua menginginkan anak mengikuti pendapat yang orang tua anjurkan, dan terkadang, keinginan anak tidak sama dengan apa yang diinginkan orang tua. Alhasil, orang tua dan anak sering kali bertolak belakang dan menjadi ribut.
Lebih baik, cobalah terapkan kebiasaan dan aturan yang sama-sama disepakati oleh Mums dan si Kecil. Dengan begitu, ketika hendak melanggarnya, ia sudah mengetahui konsekuensi apa yang akan didapatkan. (AD/AS)
Ketika si Kecil mencapai usia 3 tahun, ia mulai bisa banyak bicara, mengeluarkan emosinya, dan bergerak semaunya tanpa ada rasa khawatir. Orang tua juga sudah bisa menebak dan membaca suasana hati si Kecil. Selain itu, imajinasi, fantasi, dan tindak tanduknya mulai membuatnya merasa memiliki peran penting di kehidupan ini. Yuk, ketahui apa saja yang dilakukan anak pada usia 3 tahun!
Pada usia ini, si Kecil sudah mengetahui dengan benar peran manusia, benda, hewan, dan kejadian yang ada di sekitarnya, serta dapat mengubah keadaan sesuai keinginannya. Ia membuat ceritanya sendiri terhadap kejadian yang dialaminya serta menentukan kata-kata untuk membuat sesuatu itu jadi nyata.
Misalnya saja teman khayalan. Si Kecil membuat sosok teman kahayalan yang ia gunakan untuk melakukan keinginannya. Jika anak Mums memiliki teman khayalan, jangan langsung dimarahi karena dengan sendirinya anak akan melupakan hal ini. Anak 3 tahun belum memahami konsep berbohong, tetapi ia bisa kreatif merekonstruksi realita, seolah-olah itulah yang sebenarnya terjadi.
Anak usia 3 tahun biasanya tergantung pada situasi yang bisa diprediksi, misalnya kebiasaan yang diterapkan dirumah. Kebiasaan di rumah adalah bagian dari upaya si Kecil untuk mengerti dan mengontrol dunianya. Dengan menjaga kebiasaan dan aturan dari setiap kejadian, membantu si Kecil memahami dan mengetahui apa yang harus ia lakukan serta apa yang terjadi selanjutnya.
Misalnya dengan menerapkan makan di meja makan, gosok gigi sebelum tidur, dan melepas sepatu saat masuk ke rumah. Ia mengetahui peran apa yang harus ia laksanakan sebagai individu.
Lain saat usianya masih 2 tahun yang terkadang sulit untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan, anak usia 3 tahun sudah bisa dan mulai mengerti apa yang ia katakan berdasarkan apa yang ia rasakan. Ia bisa dengan mudah mengatakan tentang apa yang terlintas dipikirannya, seperti, “Aku mau kue yang Mama buat dicetak bentuk bintang.”
Selain itu ada tipe anak yang sering kali mengatakan tidak, mudah marah, keras kepala, dan mempunyai sikap yang cepat sekali berubah. Pernahkah Mums atau Dads mendengar istilah threenager?
Threenager adalah istilah untuk menggambarkan perubahan sifat anak usia 3 tahun yang bertingkah seperti remaja usia 13 tahun. Sikap ini memang tidak dialami oleh semua anak usia 3 tahun, tetapi beberapa orang tua pernah menghadapi kondisi ini.
Selain sering berkata tidak, anak juga sering berlari jika orang tua menyuruhnya melakukan aktivitas yang tidak ia sukai atau menurutnya tidak penting. Ia juga menjadi tidak sabaran, pintar bernegoisasi, dan tahu cara mengelak.
Menurut psikolog dari Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, Nessi Purnomo, pada prinsipnya anak usia 3 tahun ingin menunjukkan bahwa ia bisa melakukan banyak hal sendiri. Setelah 2 tahun merasa bergantung pada orang tua dalam melakukan apa-apa, kini saatnya ia ‘meneriakkan’ kalau ia bukan anak kecil lagi dan bisa menentukan keinginannya sendiri. Ia pun merasa bahwa pendapatnya penting didengarkan oleh orang tua.
Masalahnya, orang tua menginginkan anak mengikuti pendapat yang orang tua anjurkan, dan terkadang, keinginan anak tidak sama dengan apa yang diinginkan orang tua. Alhasil, orang tua dan anak sering kali bertolak belakang dan menjadi ribut.
Lebih baik, cobalah terapkan kebiasaan dan aturan yang sama-sama disepakati oleh Mums dan si Kecil. Dengan begitu, ketika hendak melanggarnya, ia sudah mengetahui konsekuensi apa yang akan didapatkan. (AD/AS)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini