Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 21 Januari 2019 |
KalbarOnline,
Mempawah – Tundang merupakan akronim atau
kependekan dari ‘pantun dan gendang’ yang merupakan kesenian tradisional asli Kalimantan
Barat. Tak ada catatan khusus dari mana asal-muasal munculnya Tundang, apakah
dari Melayu kepulauan atau Melayu pesisir.
Namun dari berbagai literasi yang berhasil
KalbarOnline himpun, tundang merupakan karya seni yang pertama
kali pada tahun 1992 oleh Eddy Ibrahim yang merupakan pimpinan grup Tundang
Mayang Sanggar Pusaka yang bermarkas di Desa Sungai Burung, Kecamatan
Segedong, Kabupaten Mempawah.
Di Kabupaten Mempawah sendiri hanya ada 3
sanggar yang mengasuh kesenian Tundang ini.
Tundang Mayang Sanggar Pusaka pimpinan Eddy
Ibrahim, Tundang Musdatun pimpinan Basuni yang berada di Desa Sungai Burung, Kecamatan
Segedong serta Tundang Sanggar Bintang Akilah, Desa Parit Bugis, Kecamatan Segedong
yang dipimpin Abdul Gani Mahdi.
Kesenian Tundang sejatinya merupakan seni
yang disampaikan lewat lisan dalam bentuk pantun diiringi dengan gendang dan
alat musik lainnya seperti beduk, biola, gong dan gentongan.
Kesenian tundang ini pada dasarnya memang harus
menggunakan alat musik tradisional dan pada saat penampilan, pantun yang diiramakan
menjadi sebuah lirik lagu atau syair biasanya sesuai dengan keadaan ataupun
suasana di sekitar.
Satu diantara 3 sanggar Tundang tersebut,
KalbarOnline berkesempatan mendatangi Tundang Sanggar Bintang Akilah yang berada
di Desa Parit Bugis, Kecamatan Segedong. Sanggar ini diketahui sampai sekarang masih
dalam pengembangan Dinas Pariwisata Kabupaten Mempawah.
Pimpinan Tundang Sanggar Bintang Akilah,
Abdul Gani Mahdi mengatakan bahwa lagu yang dinyanyikan boleh berupa suasana
ataupun kondisi dimana saat tampil.
“Jadi kalau mau tampil di suatu tempat
ataupun acara, kita boleh berpantun seperti dimana bumi dipijak disitulah langit
dijunjung,” ujar Gani dengan logat Melayunya yang sangat kental.
Tundang Sanggar Bintang Akilah sendiri
berdiri sejak tahun 2007, namun sebelum mendapatkan Sanggar secara resmi, Tundang
Bintang Akilah sudah terbentuk sebelumnya yaitu pada tahun 2001.
“Sebenarnye Tundang ini sudah saya dirikan
pada tahun 2001,tapi belum dapat sanggar secara resmi. Setelah enam tahun berdirinya
Tundang ini, barulah di tahun 2007 Sanggar diresmikan dan bernama Sanggar Bintang
Akilah,” jelasnya.
Pemberian nama Bintang Akilah sendiri, dikatakan
Gani, sarat akan makna. Akilah sendiri yang merupakan singkatan dari ‘amanahku
indah lambang anugerah’, sedangkan bintang sendiri bermakna cahaya yang indah.
Sehinga makna dari Bintang Akilah dapat disimpulkan
sebagai amanahku indah lambang anugerah yang bercahaya seperti bintang yang tak
pernah padam.
“Bintang Akilah itu sebenarnya ada maknanya,
amanahku indah lambang anugerah. Sehingga saya berharap generasi muda agar
selalu memegang amanah sebagai lambang anugerah serta bercahaya seperti bintang,”
pungkasnya.
Kesenian ini juga mendapat dukungan dari
Pemerintah Desa setempat. Kepala Desa Parit Bugis, Husein M. Nasir menyatakan
sangat mendukung penuh semua kegiatan kesenian yang ada di desanya satu
diantaranya adalah kesenian Tundang ini.
Hal tersebut diakui pula oleh pimpinan Tundang
Sanggar Bintang Akilah, Gani. Dirinya tak lupa mengucapkan terima kasihnya kepada
Kades Parit Bugis.
Dukungan dari Pemerintah Desa, diungkap
Gani, diberikan melalui bantuan finansial terhadap seluruh kesenian yang ada di
Desa Parit Bugis.
Beruntungnya kesenian tradisional ini
mendapat perhatian pemerintah dengan harapan kesenian asli Kalbar ini tak
hilang ditelan zaman. (Fai)
KalbarOnline,
Mempawah – Tundang merupakan akronim atau
kependekan dari ‘pantun dan gendang’ yang merupakan kesenian tradisional asli Kalimantan
Barat. Tak ada catatan khusus dari mana asal-muasal munculnya Tundang, apakah
dari Melayu kepulauan atau Melayu pesisir.
Namun dari berbagai literasi yang berhasil
KalbarOnline himpun, tundang merupakan karya seni yang pertama
kali pada tahun 1992 oleh Eddy Ibrahim yang merupakan pimpinan grup Tundang
Mayang Sanggar Pusaka yang bermarkas di Desa Sungai Burung, Kecamatan
Segedong, Kabupaten Mempawah.
Di Kabupaten Mempawah sendiri hanya ada 3
sanggar yang mengasuh kesenian Tundang ini.
Tundang Mayang Sanggar Pusaka pimpinan Eddy
Ibrahim, Tundang Musdatun pimpinan Basuni yang berada di Desa Sungai Burung, Kecamatan
Segedong serta Tundang Sanggar Bintang Akilah, Desa Parit Bugis, Kecamatan Segedong
yang dipimpin Abdul Gani Mahdi.
Kesenian Tundang sejatinya merupakan seni
yang disampaikan lewat lisan dalam bentuk pantun diiringi dengan gendang dan
alat musik lainnya seperti beduk, biola, gong dan gentongan.
Kesenian tundang ini pada dasarnya memang harus
menggunakan alat musik tradisional dan pada saat penampilan, pantun yang diiramakan
menjadi sebuah lirik lagu atau syair biasanya sesuai dengan keadaan ataupun
suasana di sekitar.
Satu diantara 3 sanggar Tundang tersebut,
KalbarOnline berkesempatan mendatangi Tundang Sanggar Bintang Akilah yang berada
di Desa Parit Bugis, Kecamatan Segedong. Sanggar ini diketahui sampai sekarang masih
dalam pengembangan Dinas Pariwisata Kabupaten Mempawah.
Pimpinan Tundang Sanggar Bintang Akilah,
Abdul Gani Mahdi mengatakan bahwa lagu yang dinyanyikan boleh berupa suasana
ataupun kondisi dimana saat tampil.
“Jadi kalau mau tampil di suatu tempat
ataupun acara, kita boleh berpantun seperti dimana bumi dipijak disitulah langit
dijunjung,” ujar Gani dengan logat Melayunya yang sangat kental.
Tundang Sanggar Bintang Akilah sendiri
berdiri sejak tahun 2007, namun sebelum mendapatkan Sanggar secara resmi, Tundang
Bintang Akilah sudah terbentuk sebelumnya yaitu pada tahun 2001.
“Sebenarnye Tundang ini sudah saya dirikan
pada tahun 2001,tapi belum dapat sanggar secara resmi. Setelah enam tahun berdirinya
Tundang ini, barulah di tahun 2007 Sanggar diresmikan dan bernama Sanggar Bintang
Akilah,” jelasnya.
Pemberian nama Bintang Akilah sendiri, dikatakan
Gani, sarat akan makna. Akilah sendiri yang merupakan singkatan dari ‘amanahku
indah lambang anugerah’, sedangkan bintang sendiri bermakna cahaya yang indah.
Sehinga makna dari Bintang Akilah dapat disimpulkan
sebagai amanahku indah lambang anugerah yang bercahaya seperti bintang yang tak
pernah padam.
“Bintang Akilah itu sebenarnya ada maknanya,
amanahku indah lambang anugerah. Sehingga saya berharap generasi muda agar
selalu memegang amanah sebagai lambang anugerah serta bercahaya seperti bintang,”
pungkasnya.
Kesenian ini juga mendapat dukungan dari
Pemerintah Desa setempat. Kepala Desa Parit Bugis, Husein M. Nasir menyatakan
sangat mendukung penuh semua kegiatan kesenian yang ada di desanya satu
diantaranya adalah kesenian Tundang ini.
Hal tersebut diakui pula oleh pimpinan Tundang
Sanggar Bintang Akilah, Gani. Dirinya tak lupa mengucapkan terima kasihnya kepada
Kades Parit Bugis.
Dukungan dari Pemerintah Desa, diungkap
Gani, diberikan melalui bantuan finansial terhadap seluruh kesenian yang ada di
Desa Parit Bugis.
Beruntungnya kesenian tradisional ini
mendapat perhatian pemerintah dengan harapan kesenian asli Kalbar ini tak
hilang ditelan zaman. (Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini