Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Selasa, 07 Mei 2019 |
KalbarOnline,
Pontianak – Kemajuan teknologi sudah sepatutnya memberikan manfaat bagi
penggunanya. Namun hati-hati jika belajar ilmu agama melalui perangkat
teknologi semisal gadget dengan fasilitas jaringan internet.
Hal itu diungkapkan Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono
sebagaimana yang dialami oleh temannya.
Ia menceritakan, dahulu temannya adalah seorang pengusaha
sukses, namun sejak dia belajar agama melalui dunia maya, semua usaha yang
dijalankannya ditutup.
“Saya tanya kepada istrinya kenapa bisa demikian, menurut
istrinya sejak sang suami belajar agama melalui internet,” tuturnya saat
memberikan sambutan Safari Ramadhan usai Sholat Subuh berjamaah di Masjid Al Falah
Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, Senin (6/5/2019).
Memang kalau dilihat secara kasat mata, lanjut Edi, kesannya
dia alim. Tetapi kenyataannya pikirannya kacau, tidak menghiraukan sekitarnya,
tidak mau bertemu orang, terkadang tertawa sendiri dan sikapnya berubah, tidak
seperti biasa.
Apa yang dialami temannya, dinilai Edi lantaran dia belajar
agama lewat internet mengenai segala hal yang sebenarnya dia belum siap untuk
menerima ajaran itu. Berbeda halnya jika belajar agama berhadapan dan
berinteraksi langsung dengan guru maupun ustadz.
“Sebab ada dialog antara yang mengajar dengan yang diajari.
Kemudian guru atau ustadz yang mengajari melihat situasi dan kondisi kita,”
ungkapnya.
Menurutnya, belajar agama lewat internet sah-sah saja
sepanjang yang dipelajari itu benar dan sesuai ajaran agama. Namun perlu
diingat pula bahwa belum tentu yang dipelajari itu hal-hal yang benar dan
sesuai dengan ajaran agama. Bukan tidak mungkin, ada hal-hal yang sengaja
dibuat untuk tujuan tertentu. Di balik itu terselip unsur-unsur yang justru
merusak dan tidak sesuai ajaran agama.
“Untuk itu kita harus cerdas menyikapi ilmu-ilmu yang ada
dalam internet,” tandasnya. (jim/humpro)
KalbarOnline,
Pontianak – Kemajuan teknologi sudah sepatutnya memberikan manfaat bagi
penggunanya. Namun hati-hati jika belajar ilmu agama melalui perangkat
teknologi semisal gadget dengan fasilitas jaringan internet.
Hal itu diungkapkan Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono
sebagaimana yang dialami oleh temannya.
Ia menceritakan, dahulu temannya adalah seorang pengusaha
sukses, namun sejak dia belajar agama melalui dunia maya, semua usaha yang
dijalankannya ditutup.
“Saya tanya kepada istrinya kenapa bisa demikian, menurut
istrinya sejak sang suami belajar agama melalui internet,” tuturnya saat
memberikan sambutan Safari Ramadhan usai Sholat Subuh berjamaah di Masjid Al Falah
Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, Senin (6/5/2019).
Memang kalau dilihat secara kasat mata, lanjut Edi, kesannya
dia alim. Tetapi kenyataannya pikirannya kacau, tidak menghiraukan sekitarnya,
tidak mau bertemu orang, terkadang tertawa sendiri dan sikapnya berubah, tidak
seperti biasa.
Apa yang dialami temannya, dinilai Edi lantaran dia belajar
agama lewat internet mengenai segala hal yang sebenarnya dia belum siap untuk
menerima ajaran itu. Berbeda halnya jika belajar agama berhadapan dan
berinteraksi langsung dengan guru maupun ustadz.
“Sebab ada dialog antara yang mengajar dengan yang diajari.
Kemudian guru atau ustadz yang mengajari melihat situasi dan kondisi kita,”
ungkapnya.
Menurutnya, belajar agama lewat internet sah-sah saja
sepanjang yang dipelajari itu benar dan sesuai ajaran agama. Namun perlu
diingat pula bahwa belum tentu yang dipelajari itu hal-hal yang benar dan
sesuai dengan ajaran agama. Bukan tidak mungkin, ada hal-hal yang sengaja
dibuat untuk tujuan tertentu. Di balik itu terselip unsur-unsur yang justru
merusak dan tidak sesuai ajaran agama.
“Untuk itu kita harus cerdas menyikapi ilmu-ilmu yang ada
dalam internet,” tandasnya. (jim/humpro)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini