Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 17 Oktober 2019 |
KalbarOnline,
Pontianak – Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Pontianak, Yanieta
Arbiastutie Kamtono mengklaim bahwa festival saprahan tahun 2019 berbeda dari
pelaksanaan festival saprahan dari tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu disampaikan istri Wali Kota Pontianak itu saat
menyampaikan laporannya terkait Lomba Inovasi Saprahan dalam rangka Hari Jadi
Kota Pontianak ke-248, Kamis (17/10/2019).
Lomba Inovasi Saprahan peringatan Harjad Pontianak ke-248 yang
merupakan tahun kelima diselenggarakan ini, kata dia, ditambah dengan unsur inovasi
untuk menggali kreativitas para kader PKK dan generasi muda dengan kreasi menu
berbahan utama ikan yang dapat dinikmati dengan menu saprahan pada umumnya.
“Pelaksanaan kali ini berbeda dari tahun sebelumnya, di mana
panitia menambahkan unsur inovasi untuk menggali kreatifitas kader PKK dan
generasi muda dengan kreasi menu berbahan utama ikan yang dapat dinikmati
dengan menu saprahan,” ujarnya.
Yanieta menegaskan, penambahan tersebut bukan berarti pihaknya
ingin mengubah tradisi saprahan yang mengakar kuat dengan masyarakat Kota Pontianak.
Hal itu dilakukan pihaknya guna memperkaya tradisi sekaligus menyelaraskan
antara tradisi dengan program pemerintah.
“Kami hanya ingin memperkaya tradisi yang sudah ada dan
menyelaraskan antara tradisi dengan program pemerintah. Di mana pemerintah saat
ini sedang gencar melakukan gerakan penurunan angka stunting, salah satu cara
yang dianggap paling ampuh yakni dengan menyediakan nutrisi yang cukup dan
berimbang bagi ibu-ibu hamil dan balita,” tukasnya.
“Di mana ikan merupakan salah satu sumber protein hewani
yang paling kaya nutrisi, sehingga menjadi salah satu pilihan cerdas yang
diyakini dapat mempercepat proses tersebut. Untuk itu, PKK Pontianak memutuskan
untuk menyelaraskan tradisi dan program pemerintah antara saprahan dan gerakan
memasyarakatkan makan ikan sehingga lahirlah Lomba Inovasi Saprahan tahun 2019
ini,” timpalnya.
Dirinya juga menegaskan bahwa tujuan digelarnya Lomba
Inovasi Saprahan ini untuk melestarikan budaya daerah sebagai warisan budaya
yang membanggakan bagi Kota Pontianak yang menyasar generasi muda dan kader PKK
sehingga diharapkan dapat lebih mengenal budaya daerah.
“Sasaran digelarnya lomba ini adalah agar masyarakat lebih
mengenal budaya daerahnya,” pungkasnya.
Seperti diketahui Makan Saprahan merupakan adat istiadat
budaya Melayu. Berasal dari kata "Saprah" yang artinya berhampar,
yakni budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan bersila di atas lantai
secara berkelompok yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.
Dalam makan saprahan, semua hidangan makanan disusun secara
teratur di atas kain saprah. Sedangkan peralaran dan perlengkapannya mencakup
kain saprahan, piring makan, kobokan beserta kain serbet, mangkok nasi, mangkok
lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas minuman.
Untuk menu hidangan diantaranya, nasi putih atau nasi
kebuli, semur daging, sayur dalca, sayur paceri nanas atau terong, selada, acar
telur, sambal bawang dan sebagainya. Kemudian untuk minuman yang disajikan
adalah air serbat berwarna merah. (Fai)
KalbarOnline,
Pontianak – Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Pontianak, Yanieta
Arbiastutie Kamtono mengklaim bahwa festival saprahan tahun 2019 berbeda dari
pelaksanaan festival saprahan dari tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu disampaikan istri Wali Kota Pontianak itu saat
menyampaikan laporannya terkait Lomba Inovasi Saprahan dalam rangka Hari Jadi
Kota Pontianak ke-248, Kamis (17/10/2019).
Lomba Inovasi Saprahan peringatan Harjad Pontianak ke-248 yang
merupakan tahun kelima diselenggarakan ini, kata dia, ditambah dengan unsur inovasi
untuk menggali kreativitas para kader PKK dan generasi muda dengan kreasi menu
berbahan utama ikan yang dapat dinikmati dengan menu saprahan pada umumnya.
“Pelaksanaan kali ini berbeda dari tahun sebelumnya, di mana
panitia menambahkan unsur inovasi untuk menggali kreatifitas kader PKK dan
generasi muda dengan kreasi menu berbahan utama ikan yang dapat dinikmati
dengan menu saprahan,” ujarnya.
Yanieta menegaskan, penambahan tersebut bukan berarti pihaknya
ingin mengubah tradisi saprahan yang mengakar kuat dengan masyarakat Kota Pontianak.
Hal itu dilakukan pihaknya guna memperkaya tradisi sekaligus menyelaraskan
antara tradisi dengan program pemerintah.
“Kami hanya ingin memperkaya tradisi yang sudah ada dan
menyelaraskan antara tradisi dengan program pemerintah. Di mana pemerintah saat
ini sedang gencar melakukan gerakan penurunan angka stunting, salah satu cara
yang dianggap paling ampuh yakni dengan menyediakan nutrisi yang cukup dan
berimbang bagi ibu-ibu hamil dan balita,” tukasnya.
“Di mana ikan merupakan salah satu sumber protein hewani
yang paling kaya nutrisi, sehingga menjadi salah satu pilihan cerdas yang
diyakini dapat mempercepat proses tersebut. Untuk itu, PKK Pontianak memutuskan
untuk menyelaraskan tradisi dan program pemerintah antara saprahan dan gerakan
memasyarakatkan makan ikan sehingga lahirlah Lomba Inovasi Saprahan tahun 2019
ini,” timpalnya.
Dirinya juga menegaskan bahwa tujuan digelarnya Lomba
Inovasi Saprahan ini untuk melestarikan budaya daerah sebagai warisan budaya
yang membanggakan bagi Kota Pontianak yang menyasar generasi muda dan kader PKK
sehingga diharapkan dapat lebih mengenal budaya daerah.
“Sasaran digelarnya lomba ini adalah agar masyarakat lebih
mengenal budaya daerahnya,” pungkasnya.
Seperti diketahui Makan Saprahan merupakan adat istiadat
budaya Melayu. Berasal dari kata "Saprah" yang artinya berhampar,
yakni budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan bersila di atas lantai
secara berkelompok yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.
Dalam makan saprahan, semua hidangan makanan disusun secara
teratur di atas kain saprah. Sedangkan peralaran dan perlengkapannya mencakup
kain saprahan, piring makan, kobokan beserta kain serbet, mangkok nasi, mangkok
lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas minuman.
Untuk menu hidangan diantaranya, nasi putih atau nasi
kebuli, semur daging, sayur dalca, sayur paceri nanas atau terong, selada, acar
telur, sambal bawang dan sebagainya. Kemudian untuk minuman yang disajikan
adalah air serbat berwarna merah. (Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini