Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 17 Oktober 2019 |
Lomba Inovasi
Saprahan Hari Jadi Kota Pontianak ke-248
KalbarOnline,
Pontianak – Hidangan menu makanan saprahan tersaji di atas lantai
beralaskan permadani di Gedung Pontianak Convention Center (PCC). Sebanyak 30
kelompok peserta dari kader PKK se-Kota Pontianak menampilkan hidangan saprahan
dalam Lomba Inovasi Saprahan dalam rangka Hari Jadi Kota Pontianak ke-248,
Kamis (17/10/2019).
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, menjelaskan,
saprahan merupakan satu di antara yang telah terdaftar sebagai warisan budaya
tak benda. Termasuk pula Arakan Pengantin, paceri nanas, meriam karbit dan
lainnya. Ia berharap Pontianak menjadi salah satu kota budaya yang harus terus
ditingkatkan inovasi dan kreativitasnya.
"Saya berharap dengan lomba inovasi saprahan ini
memberikan nilai edukatif bagi generasi muda untuk terus kita pertahankan
budaya ini," ujarnya.
Saat ini, lanjutnya, banyak juga rumah makan dan restoran
yang menghidangkan makan saprahan. Edi menekankan, intinya, bagaimana pada saat
makan bersama itu memiliki nilai atau filosofi dan kearifan lokal yang memberikan
nilai positif bagi semua.
"Mudah-mudahan melalui kegiatan ini bisa
menumbuhkembangkan ekonomi kreatif dan pertumbuhan ekonomi, baik dari sisi
kuliner, fashion dan kreativitasnya," ungkap dia.
Menurutnya, makan saprahan diselenggarakan untuk menerima
tamu, sebagai penghormatan kepada tamu, acara pernikahan dan sebagainya. Makan
saprahan bersama dengan duduk bersila menjadikan silaturahmi semakin akrab.
"Inilah budaya Melayu yang patut kita pertahankan dan
lestarikan," sebut Edi.
Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan mengapresiasi digelarnya
Lomba Inovasi Saprahan sebagai upaya pelestarian budaya. Ia menyebut, ada
banyak makna filosofi yang terkandung dalam saprahan. Di antaranya untuk
mempererat tali silaturahmi dan tidak ada perbedaan status sosial dalam
saprahan.
"Semuanya sama, duduk sama rendah, berdiri sama
tinggi," ucapnya.
Sebagai budaya nenek moyang, saprahan perlu dibudayakan.
Apalagi sejak ditetapkannya saprahan sebagai warisan budaya tak benda dan
budaya kearifan lokal yang dimiliki. Adanya penetrasi budaya modern masuk ke
Indonesia, kata dia, tidak menutup kemungkinan budaya-budaya kearifan lokal
akan tergerus apabila tidak dilestarikan.
"Kalau bukan kita yang melestarikannya, siapa lagi.
Saya kuatir, kalau ini tidak dilestarikan, takutnya anak cucu kita nanti tidak
tahu bagaimana budaya saprahan itu. Setidak-tidaknya kita lakukan di rumah kita
sendiri," terangnya.
Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Pontianak, Yanieta
Arbiastutie Kamtono menyebut, lomba saprahan tahun ini memasuki tahun kelima
yang digelar setiap memperingati Hari Jadi Kota Pontianak. Berbeda dari tahun
sebelumnya, saprahan tahun 2019 ini ditambah dengan unsur inovasi untuk
menggali kreativitas para kader PKK dan generasi muda dalam kreasi menu
berbahan dasar ikan.
"Penambahan ini bukan berarti TP PKK ingin mengubah
tradisi saprahan, tetapi ingin memperkaya tradisi yang sudah ada, mencoba
menyelaraskan antara tradisi dan program pemerintah salah satunya program gemar
makan ikan," jelasnya.
Ikan adalah salah satu sumber protein hewani yang paling
kaya nutrisi sehingga TP PKK menyelaraskan antara budaya saprahan dengan
gerakan memasyarakatkan makan ikan. Lomba Inovasi Saprahan merupakan salah satu
program kerja Tim Penggerak PKK Kota Pontianak yang bertujuan melestarikan
budaya daerah sebagai warisan budaya yang membanggakan bagi Kota Pontianak.
"Sasaran digelarnya lomba ini adalah agar masyarakat
lebih mengenal budaya daerahnya," pungkasnya.
Makan Saprahan merupakan adat istiadat budaya Melayu.
Berasal dari kata "Saprah" yang artinya berhampar, yakni budaya makan
bersama dengan cara duduk lesehan bersila di atas lantai secara berkelompok
yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.
Dalam makan saprahan, semua hidangan makanan disusun secara
teratur di atas kain saprah. Sedangkan peralaran dan perlengkapannya mencakup
kain saprahan, piring makan, kobokan beserta kain serbet, mangkok nasi, mangkok
lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas minuman.
Untuk menu hidangan diantaranya, nasi putih atau nasi
kebuli, semur daging, sayur dalca, sayur paceri nanas atau terong, selada, acar
telur, sambal bawang dan sebagainya. Kemudian untuk minuman yang disajikan
adalah air serbat berwarna merah. (jim)
Lomba Inovasi
Saprahan Hari Jadi Kota Pontianak ke-248
KalbarOnline,
Pontianak – Hidangan menu makanan saprahan tersaji di atas lantai
beralaskan permadani di Gedung Pontianak Convention Center (PCC). Sebanyak 30
kelompok peserta dari kader PKK se-Kota Pontianak menampilkan hidangan saprahan
dalam Lomba Inovasi Saprahan dalam rangka Hari Jadi Kota Pontianak ke-248,
Kamis (17/10/2019).
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, menjelaskan,
saprahan merupakan satu di antara yang telah terdaftar sebagai warisan budaya
tak benda. Termasuk pula Arakan Pengantin, paceri nanas, meriam karbit dan
lainnya. Ia berharap Pontianak menjadi salah satu kota budaya yang harus terus
ditingkatkan inovasi dan kreativitasnya.
"Saya berharap dengan lomba inovasi saprahan ini
memberikan nilai edukatif bagi generasi muda untuk terus kita pertahankan
budaya ini," ujarnya.
Saat ini, lanjutnya, banyak juga rumah makan dan restoran
yang menghidangkan makan saprahan. Edi menekankan, intinya, bagaimana pada saat
makan bersama itu memiliki nilai atau filosofi dan kearifan lokal yang memberikan
nilai positif bagi semua.
"Mudah-mudahan melalui kegiatan ini bisa
menumbuhkembangkan ekonomi kreatif dan pertumbuhan ekonomi, baik dari sisi
kuliner, fashion dan kreativitasnya," ungkap dia.
Menurutnya, makan saprahan diselenggarakan untuk menerima
tamu, sebagai penghormatan kepada tamu, acara pernikahan dan sebagainya. Makan
saprahan bersama dengan duduk bersila menjadikan silaturahmi semakin akrab.
"Inilah budaya Melayu yang patut kita pertahankan dan
lestarikan," sebut Edi.
Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan mengapresiasi digelarnya
Lomba Inovasi Saprahan sebagai upaya pelestarian budaya. Ia menyebut, ada
banyak makna filosofi yang terkandung dalam saprahan. Di antaranya untuk
mempererat tali silaturahmi dan tidak ada perbedaan status sosial dalam
saprahan.
"Semuanya sama, duduk sama rendah, berdiri sama
tinggi," ucapnya.
Sebagai budaya nenek moyang, saprahan perlu dibudayakan.
Apalagi sejak ditetapkannya saprahan sebagai warisan budaya tak benda dan
budaya kearifan lokal yang dimiliki. Adanya penetrasi budaya modern masuk ke
Indonesia, kata dia, tidak menutup kemungkinan budaya-budaya kearifan lokal
akan tergerus apabila tidak dilestarikan.
"Kalau bukan kita yang melestarikannya, siapa lagi.
Saya kuatir, kalau ini tidak dilestarikan, takutnya anak cucu kita nanti tidak
tahu bagaimana budaya saprahan itu. Setidak-tidaknya kita lakukan di rumah kita
sendiri," terangnya.
Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Pontianak, Yanieta
Arbiastutie Kamtono menyebut, lomba saprahan tahun ini memasuki tahun kelima
yang digelar setiap memperingati Hari Jadi Kota Pontianak. Berbeda dari tahun
sebelumnya, saprahan tahun 2019 ini ditambah dengan unsur inovasi untuk
menggali kreativitas para kader PKK dan generasi muda dalam kreasi menu
berbahan dasar ikan.
"Penambahan ini bukan berarti TP PKK ingin mengubah
tradisi saprahan, tetapi ingin memperkaya tradisi yang sudah ada, mencoba
menyelaraskan antara tradisi dan program pemerintah salah satunya program gemar
makan ikan," jelasnya.
Ikan adalah salah satu sumber protein hewani yang paling
kaya nutrisi sehingga TP PKK menyelaraskan antara budaya saprahan dengan
gerakan memasyarakatkan makan ikan. Lomba Inovasi Saprahan merupakan salah satu
program kerja Tim Penggerak PKK Kota Pontianak yang bertujuan melestarikan
budaya daerah sebagai warisan budaya yang membanggakan bagi Kota Pontianak.
"Sasaran digelarnya lomba ini adalah agar masyarakat
lebih mengenal budaya daerahnya," pungkasnya.
Makan Saprahan merupakan adat istiadat budaya Melayu.
Berasal dari kata "Saprah" yang artinya berhampar, yakni budaya makan
bersama dengan cara duduk lesehan bersila di atas lantai secara berkelompok
yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.
Dalam makan saprahan, semua hidangan makanan disusun secara
teratur di atas kain saprah. Sedangkan peralaran dan perlengkapannya mencakup
kain saprahan, piring makan, kobokan beserta kain serbet, mangkok nasi, mangkok
lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas minuman.
Untuk menu hidangan diantaranya, nasi putih atau nasi
kebuli, semur daging, sayur dalca, sayur paceri nanas atau terong, selada, acar
telur, sambal bawang dan sebagainya. Kemudian untuk minuman yang disajikan
adalah air serbat berwarna merah. (jim)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini