Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Jumat, 25 Oktober 2019 |
KalbarOnline, Sintang
– Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang menggelar Seminar
Internasional Tekstil dilaksanakan di Gedung Pancasila Sintang. Seminar
Internasional tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Jadi Museum
Kapuas Raya dan Hari Museum Indonesia, Kamis (24/10/2019).
Seminar tersebut mengusung tema ‘Peran dan fungsi tekstil
atau tenun ikat dalam berbagai kelompok masyarakat’ yang dihadiri sejumlah
pembicara dari berbagai negara untuk mengisi seminar International tekstil
tersebut di antaranya Itie Van Hout (Belanda), Mohd Ardhih Bin Pidih
(Sabah-Malaysia), Joanna Datuk Kitingan (Sabah-Malaysia) dan Sugiman Karyareja
(Indonesia).
Dalam kegiatan seminar juga dihadiri penenun dari berbagai
daerah/kabupaten yang ada di Kalimantan Barat. Seperti dari Kabupaten Melawi,
Kabupaten Kayong Utara dan tentunya Kabupaten Sintang serta kabupaten lainnya.
Inti yang dibahas dalam kegiatan seminar adalah proses
menenun yang di mana bahannya menggunakan dan memanfaatkan bahan - bahan alami
dari alam. Dari bahan baku mentah, bahan pertama sampai dengan bahan tersebut
diolah dan menjadi kain tenun yang bermotif sesuai yang diinginkan. Atau lebih
kepada ciri khas suatu daerah di mana tempat kain tenun itu dibuat.
Di Kabupaten Sintang sendiri, proses pembuatan kain tenun
masih terus dilakukan. Terutama oleh para ibu-ibu yang bertempat tinggal di Rumah
Betang Ensaid Panjang. Di mana kegiatan menenun adalah termasuk dalam suatu
ciri khas yang dilakukan nenek moyang pada jaman dahulu.
Kain hasil dari tenunan biasanya dipakai untuk upacara - upacara
adat, untuk menerima tamu yang biasanya dibuat syal dan dikalungkan kepada tamu
- tamu undangan yang penting, yang memiliki pangkat, jabatan, atau wewenang
tinggi di suatu daerah.
Itie Van Hout pembicara asal Belanda mengatakan bahwa di negara
Indonesia memiliki banyak sekali kekayaan alam dan kerajinan tangan. Di mana
rata - rata di setiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri.
“Kali ini kita melakukan Seminar Internasional Tekstil yang
dilakukan di Kabupaten Sintang. Di sini kita fokuskan tentang menenun. Tentang
bagaimana proses menenun dari proses bahan mentah sampai bahan itu jadi kain
tenun siap pakai. Kemudian diolah lagi menjadi rompi, baju, rok, atau pakaian
adat,” kata Itie Van Hout.
“Saya sangat tertarik sekali dengan hasil tenunan yang ada
di Kabupaten Sintang. Di mana alat yang di gunakan untuk menenun juga masih menggunakan
peralatan sederhana yang turun-temurun dari nenek moyang mereka. Tetapi
hasilnya sungguh luar biasa maksimal sekali. Sangat bagus. Tidak kalah rapi
dari kain-kain yang dibuat orang menggunakan mesin,” timpalnya.
Sementara itu Sugiman Karyareja seorang pembicara asal
Indonesia mengatakan bahwa pada zaman dahulu, proses pembuatan kain tenun
dilakukan secara alami. Bahan yang digunakan didapatkan semua dari alam. Dari
hutan - hutan yang ada di daerah sekitar tempat tinggal para penenun.
“Pembuatan kain tenun itu sendiri awalnya dengan menanam
kapas, memanen, membuatnya menjadi benang. Memberi warna pada benang dengan
bahan alami yang diolah dari alam. Apabila benang sudah siap barulah dilakukan
proses penenunan,” kata Sugiman Karyareja.
“Untuk pewarna bahan alami sendiri, biasanya kunyit
digunakan sebagai warna kuning. Di mana biasanya dilakukan proses kunyit diparut,
kemudian direbus. Selanjutnya kain tenun atau benang dicelupkan ke dalam air
hasil rebusan kunyit,” tambahnya.
“Masih banyak lagi bahan alami lainnya yang digunakan untuk
pewarnaan. Seperti akar mengkudu, buah pinang, kulit pohon lengkar, emperik dan
masih banyak bahan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,”
tukasnya.
“Dalam proses kegiatan menenun juga ada proses perminyakan,
yakni dengan lemak lelabi, lemak biawak, lemak ayam, lemak ikan dan yang
lainnya,” pungkas Sugiman. (*/Sg)
KalbarOnline, Sintang
– Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang menggelar Seminar
Internasional Tekstil dilaksanakan di Gedung Pancasila Sintang. Seminar
Internasional tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Jadi Museum
Kapuas Raya dan Hari Museum Indonesia, Kamis (24/10/2019).
Seminar tersebut mengusung tema ‘Peran dan fungsi tekstil
atau tenun ikat dalam berbagai kelompok masyarakat’ yang dihadiri sejumlah
pembicara dari berbagai negara untuk mengisi seminar International tekstil
tersebut di antaranya Itie Van Hout (Belanda), Mohd Ardhih Bin Pidih
(Sabah-Malaysia), Joanna Datuk Kitingan (Sabah-Malaysia) dan Sugiman Karyareja
(Indonesia).
Dalam kegiatan seminar juga dihadiri penenun dari berbagai
daerah/kabupaten yang ada di Kalimantan Barat. Seperti dari Kabupaten Melawi,
Kabupaten Kayong Utara dan tentunya Kabupaten Sintang serta kabupaten lainnya.
Inti yang dibahas dalam kegiatan seminar adalah proses
menenun yang di mana bahannya menggunakan dan memanfaatkan bahan - bahan alami
dari alam. Dari bahan baku mentah, bahan pertama sampai dengan bahan tersebut
diolah dan menjadi kain tenun yang bermotif sesuai yang diinginkan. Atau lebih
kepada ciri khas suatu daerah di mana tempat kain tenun itu dibuat.
Di Kabupaten Sintang sendiri, proses pembuatan kain tenun
masih terus dilakukan. Terutama oleh para ibu-ibu yang bertempat tinggal di Rumah
Betang Ensaid Panjang. Di mana kegiatan menenun adalah termasuk dalam suatu
ciri khas yang dilakukan nenek moyang pada jaman dahulu.
Kain hasil dari tenunan biasanya dipakai untuk upacara - upacara
adat, untuk menerima tamu yang biasanya dibuat syal dan dikalungkan kepada tamu
- tamu undangan yang penting, yang memiliki pangkat, jabatan, atau wewenang
tinggi di suatu daerah.
Itie Van Hout pembicara asal Belanda mengatakan bahwa di negara
Indonesia memiliki banyak sekali kekayaan alam dan kerajinan tangan. Di mana
rata - rata di setiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri.
“Kali ini kita melakukan Seminar Internasional Tekstil yang
dilakukan di Kabupaten Sintang. Di sini kita fokuskan tentang menenun. Tentang
bagaimana proses menenun dari proses bahan mentah sampai bahan itu jadi kain
tenun siap pakai. Kemudian diolah lagi menjadi rompi, baju, rok, atau pakaian
adat,” kata Itie Van Hout.
“Saya sangat tertarik sekali dengan hasil tenunan yang ada
di Kabupaten Sintang. Di mana alat yang di gunakan untuk menenun juga masih menggunakan
peralatan sederhana yang turun-temurun dari nenek moyang mereka. Tetapi
hasilnya sungguh luar biasa maksimal sekali. Sangat bagus. Tidak kalah rapi
dari kain-kain yang dibuat orang menggunakan mesin,” timpalnya.
Sementara itu Sugiman Karyareja seorang pembicara asal
Indonesia mengatakan bahwa pada zaman dahulu, proses pembuatan kain tenun
dilakukan secara alami. Bahan yang digunakan didapatkan semua dari alam. Dari
hutan - hutan yang ada di daerah sekitar tempat tinggal para penenun.
“Pembuatan kain tenun itu sendiri awalnya dengan menanam
kapas, memanen, membuatnya menjadi benang. Memberi warna pada benang dengan
bahan alami yang diolah dari alam. Apabila benang sudah siap barulah dilakukan
proses penenunan,” kata Sugiman Karyareja.
“Untuk pewarna bahan alami sendiri, biasanya kunyit
digunakan sebagai warna kuning. Di mana biasanya dilakukan proses kunyit diparut,
kemudian direbus. Selanjutnya kain tenun atau benang dicelupkan ke dalam air
hasil rebusan kunyit,” tambahnya.
“Masih banyak lagi bahan alami lainnya yang digunakan untuk
pewarnaan. Seperti akar mengkudu, buah pinang, kulit pohon lengkar, emperik dan
masih banyak bahan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,”
tukasnya.
“Dalam proses kegiatan menenun juga ada proses perminyakan,
yakni dengan lemak lelabi, lemak biawak, lemak ayam, lemak ikan dan yang
lainnya,” pungkas Sugiman. (*/Sg)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini