KalbarOnline.com – Mereka pernah berdebat keras. Mulai soal asuransi kesehatan sampai tentang bus sekolah.
”Anda tahu,” kata Kamala Harris dengan nada agak membungkuk sambil menatap tajam Joe Biden di tengah debat primary Partai Demokrat seperti ditulis New York Times, ”Ada gadis kecil yang dulu begitu terbantu oleh bus sekolah. Gadis kecil itu adalah saya.”
Biden menangkis serangan itu. ”Anda salah mengerti posisi saya. Saya tidak anti-bus sekolah,” ujar Biden dengan tajam dalam debat yang ditayangkan televisi secara nasional pada Juni lalu itu.
Namun, politik, Anda tahu, tak pernah mengenal musuh abadi, sebagaimana juga tak mengenal kawan abadi.
Yang abadi adalah kepentingan.
Kemarin dini hari WIB, Biden, kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, memilih si pendebat keras tersebut, Harris, sebagai pendampingnya dalam posisi calon wakil presiden.
’’Dia pejuang yang tak kenal takut untuk kaum lemah dan salah seorang pegawai pemerintah terbaik di negara ini. Saya bangga memilikinya sebagai pasangan kampanye,’’ puji Biden saat mengumumkan Harris sebagai pasangannya dalam pemilihan presiden dan wakil presiden AS pada 3 November nanti.
Harris sebelumnya juga mencalonkan diri sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat. Namun, pada Desember 2019 dia memilih mundur. Dalam berbagai survei, dukungan untuk Biden dan Bernie Sanders memang lebih tinggi daripada kandidat yang lain. Maret lalu Harris resmi memberikan dukungannya untuk Biden.
’’Saya merasa terhormat untuk bergabung dan akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk membantunya (Biden, Red) menang,’’ terang Harris, senator California, putri pasangan imigran Jamaika dan India, seperti dikutip Agence France-Presse.
Keputusan Biden menorehkan sejarah bagi AS. Harris menjadi perempuan kulit warna pertama yang diusung partai besar untuk maju di pilpres. Jika berhasil menang, dia juga bakal menjadi perempuan kulit hitam pertama yang menjadi wakil presiden AS.
Baca jugaa: Kantor Pos AS Disebut Sengaja Hambat Pilpres 2020
Demokrat pernah mengusung Geraldine Ferraro sebagai kandidat wakil presiden pada 1984 dan Republik mengusung Sarah Palin untuk posisi yang sama pada 2008. Dua perempuan itu sama-sama berkulit putih dan akhirnya kalah dalam pemilihan.
Comment