KalbarOnline.com – Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio mengatakan Indonesia kalah cepat kesiapannya dalam melakukan uji coba vaksin Covid-19. Hal ini jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Menurut Amin, saat Covid-19 pertama kali muncul di Kota Wuhan, Tiongkok, negara lain langsung sigap mencari penawar dari virus yang berasal dari kelelawar ini.
“Bahwa kita start-nya 4 bulan terlambat dari negara lain. Negara lain adanya isu pertama virus Covid-19 ini mereka langsung bergerak. Kita baru diberi perintah Maret. Dan kemudian April praktis baru kita mulai. Ya memang terlambat 4 bulan. Jadi mudah-mudahan kita bisa mengejar itu,” ujar Amin dalam diskusi virtual di Jakarta, Sabtu (15/8).
Namun demikian, Amin percaya dengan peneliti-peneliti di Indonesia akan bisa menemukan vaksin Covid-19 ini. Karena peneliti di Indonesia tidak kalah dengan peneliti dari luar negeri.
“Sebetulnya Indonesia tidak hanya lembaga Eijkman, peneliti di Indonesia yang memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan bersama dengan industri, untuk membuat vaksin di Indonesia,” katanya.
Saat virus Korona muncul, Amin mengatakan pemerintah lewat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) hanya memberikan target satu tahun untuk penemuan vaksin Covid-19 ini.
Padahal menurut Amin, banyak vaksin-vaksin bisa ditemukan hampir 10 tahun lamanya. Namun Eijkman akan tetap berusaha membantu pemerintah menemukan penawar dari virus Korona ini. “Tapi kita upayakan secepat mungkin hingga setahun sudah selesai,” ungkapnya.
Amin mengatakan, nantinya vaksin akan terus diuji coba dengan melakukan uji klinis. Jangan sampai vaksin yang ditemukan memiliki efek sampai ke masyarakat setelah diproduksi. “Kita harus memastikan produksi apapun yang diberikan masyarakat harus sudah terbukti aman dan bermanfaat,” pungkasnya
Comment