KalbarOnline.com – Tenaga kesehatan terus bertumbangan. Sedangkan jumlah pasien positif juga masih bertambah. Di Jawa Timur, provinsi dengan jumlah dokter dan perawat meninggal tertinggi selama pandemi Covid-19, misalnya, ada klaster yang tengah menjadi sorotan: Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Blokagung, Banyuwangi. Sebanyak 539 santri di sana positif Covid-19.
Jawa Pos Radar Banyuwangi melaporkan kemarin (31/8), sebanyak 4.600 sampel swab test yang diadakan Minggu (30/8) juga telah dikirim ke laboratorium di Balitbangkes Jakarta dan BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Surabaya. Seraya menunggu hasilnya, ribuan santri itu dikarantina.
Mengacu pemberian sampel sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr Widji Lestariono memprediksi sekitar 80 persen dari sampel yang dikirim tersebut mungkin positif Covid-19. Tapi, Rio (sapaan akrabnya) memastikan bahwa hasil dari swab test itu tidak akan dirilis ke publik seperti sebelumnya. Tapi dipakai acuan satgas Covid untuk melakukan treatment kepada para santri.
”Hasil yang diambil kemarin akan kita gunakan sebagai acuan untuk memilah santri berdasar kondisinya. Mereka akan dijaga selama 24 jam dalam waktu 12 hari, jadi bukan untuk dirilis,” kata Rio kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi.
Baca juga: Dokter Seminggu Hanya Dijatah Satu Masker N95
Saat ini tim gabungan dari satgas Covid-19 terus melakukan penanganan dalam karantina masal di Ponpes Darussalam Blokagung. Sebanyak 60 tenaga medis disiagakan di enam titik pos penjagaan di area pondok. Kemudian di luar ada TNI-Polri yang ikut menjaga dan mengawasi lokasi tersebut. Minihospital dengan fasilitas bed, oksigen, dan perlengkapan rawat inap tetap stand by di dekat pesantren. Kemudian dapur umum dari BPBD dan dinsos juga tetap beroperasi melayani kebutuhan makanan bagi santri.
Rio menambahkan, benang merah awal mula kasus persebaran Covid-19 di pesantren sudah ditemukan. Virus tersebut berawal dari salah satu santri yang berasal dari wilayah Indonesia Timur. Santri itu diketahui tertular virus dari orang tuanya.
”Sejak awal kita beri kebijakan seluruh santri agar rapid test dulu. Sebanyak 45 puskesmas menyediakan rapid test gratis. Puskesmas tidak tahu siapa yang masuk, kita minta pengasuh pondok datang ke puskesmas setempat,” jelasnya.
Sementara itu, di Jakarta, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag) Waryono berharap penanganan pesantren di Banyuwangi itu bisa seperti di Pesantren Gontor, Ponorogo. ”Kemenag dan Gugus Tugas Covid-19 sedang menangani kasus ini agar cepat selesai,” katanya.
Pemprov Jatim juga turut turun tangan membantu Pemkab Banyuwangi menangani klaster di pesantren tersebut. Selama tiga hari ke depan, pemprov akan membantu menyediakan makan untuk sarapan. Sedangkan makan siang dan malam disediakan Pemkab Banyuwangi. Mulai Kamis (3/9) sudah akan ada pemilahan dapur.
Baca juga: 100 Dokter Gugur karena Covid-19, IDI Minta Diberi Perlindungan Ekstra
Sebanyak 3.000 porsi nasi kotak akan disiapkan TNI, 1.500 porsi dari Pemprov Jatim, dan 1.500 porsi dari Pemkab Banyuwangi. ”Setiap harinya akan seperti itu, jadi bisa cepat. Menyediakan 6.000 nasi kotak per waktu makan itu jumlah yang besar, jadi membutuhkan banyak tenaga,” ungkap Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono yang memantau langsung ke dapur umum di Lapangan Kaligesing, Desa Karangmulyo, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, kemarin.
Comment