SMA 1 Pontianak Gelar Simulasi Sekolah Tatap Muka di Masa Pandemi
KalbarOnline, Pontianak – SMA Negeri 1 Pontianak menggelar simulasi sekolah tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat baik di ruang kelas maupun di lingkungan sekolah, Senin (31/8/2020). Simulasi sekolah tatap muka yang dilaksanakan SMA Negeri 1 Pontianak ini merupakan pertama di Kalbar untuk tingkat SMA sebagai percontohan bagi sekolah lainnya.
Kepala SMA Negeri 1 Pontianak, Dwi Agustina menjelaskan bahwa simulasi sekolah tatap muka yang dilakukan pihaknya ini terlebih dulu dilakukan untuk siswa kelas XII. Dikatakan dia, siswa kelas XII SMAN 1 Pontianak yang berjumlah 423 siswa ini terbagi sebanyak 12 rombongan belajar di situasi normal.
Di masa pandemi Covid-19 yang dilakukan simulasi tatap muka, siswa dibagi menjadi 24 rombongan belajar. Sesi ganjil dan genap. Dalam satu kelas juga dibagi. Maksimal 19 siswa sesuai nomor absensi baik ganji maupun genap.
Untuk pembelajaran tatap muka sendiri, kata dia, dibagi menjadi tiga sesi. Di mana sesi pertama masuk pada pukul 6.45-09.00 WIB, sesi kedua mulai dari pukul 08.00-10.00 WIB dan sesi ketiga mulai 09.00-11.00 WIB.
Dari 24 rombongan belajar tersebut perharinya dibagi menjadi 12 rombongan belajar yang dibagi dalam tiga sesi. Sehingga di setiap sesi hanya akan ada empat rombongan belajar.
“Yang masuk hari ini nomor absennya ganjil dan hari Selasa (absen) genap. Begitu selanjutnya. Bergilir,” kata dia.
“Jadi untuk satu sesi, maksimal 75 siswa dari empat kelas. Jadi hanya separuh dari 223 siswa yang ada di sekolah,” timpalnya.
Dijelaskan dia, bagi siswa yang tidak mengikuti sekolah secara tatap muka, bisa mengikuti pembelajaran secara daring. Siswa yang boleh masuk pun, kata dia, harus mendapatkan persetujuan dari orang tua dan dalam kondisi sehat.
“Kita terapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak dan cuci tangan. Dari pintu masuk sudah diperiksa suhu tubuh,” imbuhnya.
Simulasi yang digelar pihaknya itu sudah berdasarkan koordinasi dari sejumlah pihak terkait. Dan dikatakan dia, berjalan lancar.
“Mudah-mudahan pembelajaran bisa efektif karena anak-anak sangat senang bisa belajar di sekolah lagi,” ucapnya.
Dirinya pun mengungkapkan fasilitas yang disiapkan pihaknya dalam rangka menjaga protokol kesehatan di lingkungan sekolah. Dari pintu masuk sudah disiapkan petugas untuk mengecek suhu tubuh, wastafel dan sabun cuci tangan dan hand sanitizer.
“Anak wajib mengunakan masker dari rumah dan dibagikan face shield dan bisa dibawa lagi saat kembali sekolah,” ungkapnya.
Dwi Agustina pun mengaku memiliki rasa khawatir dalam simulasi tersebut. Namun, tegas dia, pihaknya akan tetap mencoba.
“Karena diminta untuk mencoba pembelajaran tatap muka namun kita tetap dalam pantauan. Jadi dari Dinas Kesehatan tetap memantau dan berharap tidak terjadi apapun dan pembelajaran tatap muka bisa berlangsung,” tukasnya.
“Ini sifatnya masih uji coba. Seandainya nanti ditemukan hal yang tidak diinginkan bisa saja diistirahatkan pembelajaran di sekolah, dilanjutkan secara daring. Praktek dan ekstrakulikuler tidak diadakan karena takut ada perkumpulan dan pulang sekolah langsung pulang. Melalui pengeras suara dibantu Dinas Kesehatan mengingatkan siswa agar setelah sekolah langsung pulang, orang tua juga sudah diberikan jadwal. Kantin pun ditutup, anak-anak bawa makanan dari rumah,” pungkasnya.
Sementara Aditya Zaki salah satu siswa SMA Negeri 1 Pontianak yang mengikuti simulasi sekolah tatap muka itu mengaku senang dapat kembali sekolah secara tatap muka.
“Bagus. Soalnya kalau di rumah kan, kalau pelajaran jarak jauh kurang masuk di otak dan memang tidak ada buat di rumah. Enaknya di sekolah,” ujarnya.
Dirinya pun mengaku tak mendapat kendala dalam simulasi tersebut sekalipun dalam penerapan protokol kesehatan utamanya dalam penggunaan masker yang menurutnya cukup merepotkan.
“Lumayan pengap pakai masker, tapi pembelajaran lancar. Suara guru agak kecil kalau pakai masker. Tapi tidak ada kendala. Tapi kalau dulu duduk berdua sekolah jadi lebih ramai. Lebih bisa beinteraksi. Kalau sekarang duduk sendiri-sendiri berpisah jauh-jauh. Kelas juga sepi,” tukasnya.
Dirinya pun mengaku memiliki rasa takut mengikuti sekolah tatap muka. Namun, kata dia, sekolah tatap muka dengan menjaga protokol kesehatan secara ketat lebih baik ketimbang sekolah dari rumah. Dirinya pun mengaku mendapat persetujuan dari orang tua untuk mengikuti sekolah tatap muka.
“Takut pasti ada, cuma dari pada di rumah, pembelajaran tidak masuk, lebih baik sekolah. Sekolah secara dari rumah tetap belajar, tapi memang tidak ada yang masuk, susah kalau di rumah. Guru juga jaringan suara patah-patah. Orang tua setuju saya masuk sekolah. Pesan orang tua jaga jarak saja, sama pakai handsanitizer,” tandasnya.
Comment