Adam Muhammad Subarkah atau Adam Sheila on 7 (So7) pasti masih geli kalau ingat peristiwa sekitar 24 tahun yang lalu. Niat mengantarkan demo lagu ke label rekaman di Jakarta bersama kawannya sang gitaris Eross Candra, mereka malah nyasar ke Tangerang.
—
Karena bujet band mepet, mereka bertolak dari Jogja ke Jakarta naik kereta dan hanya berdua. Tiga kawan bandnya saat itu, Akhdiyat Duta Modjo (vokal), Saktia Ari Seno (gitar), dan Anton Widiastanto (drum), tetap di Kota Gudeg.
’’Karena kami jarang atau minim pengetahuan soal Jakarta saat kirim demo itu. Niatnya ke label rekaman, tapi malah kesasar ke pabrik yang ada di luar Jakarta,” kenang Adam saat dihubungi Jawa Pos Kamis lalu (3/9).
Alumnus SMP 5 Jogja itu dengan bangga berkata perjuangan So7 terbayar manis di kemudian hari. Label Sony Music Indonesia berani menyodorkan kontrak empat album langsung kepada mereka. Adam juga tidak menyangka album debut mereka, Sheila on 7, diterima dengan baik oleh pasar dan hingga terjual mencapai 1,5 juta kopi.
Nah, kisah kerja keras band-band luar Jakarta untuk bisa menembus label rekaman tak hanya terdengar dari kisah So7. Ratusan atau ribuan band sudah menjajal peruntungan seperti So7. Akan tetapi, tak semuanya beruntung.
Berdekade kemudian, seiring perkembangan zaman, jalur menuju sukses atau sebutlah menaklukkan Jakarta bisa dilakukan tanpa harus melakoni seperti yang dijalani Adam. Pergi ke Jakarta, menyerahkan demo lagu kepada pihak label, kemudian cemas menanti respons label.
Internet memangkas banyak hal dari kisah kesulitan jadi tenar. Keberadaan kanal YouTube membuat orang bisa bebas menunjukkan karyanya di dunia musik. ’’Begitu sudah ada perkembangan internet, investasinya jauh lebih rendah dan relatif terjangkau serta bisa dilakukan oleh banyak orang atau musisi,” ucapnya.
Adam melanjutkan, jika dulu filternya adalah pihak label rekaman, sekarang langsung ke pasar alias konsumen. ’’Adanya media sosial ini, maka semua orang bisa mengenal dan berinteraksi dengan musisinya. Baik secara karya atau hal lainnya,” kata Adam.
Di sisi lain, tidak semua musisi saat ini terbantu dengan adanya digitalisasi media sosial yang ujug-ujug melejitkan karir. Sebut saja pedangdut Via Vallen. Berawal dari kesuksesannya di YouTube lewat tembang Sayang, penyanyi asal Sidoarjo itu akhirnya dikenal luas dan jadi musisi top Indonesia saat ini.
Via membangun karirnya di panggung-panggung dangdut. Dari keharuman nama di panggung-panggung yang ada di berbagai daerah itu, Via lalu menaklukkan Jakarta.
Arek Suroboyo yang sedang hit Sarah Fajira berkat kolaborasinya dengan Weird Genius menyebut kualitas jadi penentu. Single Lathi yang membuat Sarah dan Weird Genius dikenal di Indonesia dan dunia internasional tidak langsung hadir.
- Baca Juga: Jangan Ditiru Ya, Reza Artamevia Ngaku Isi Waktu Luang dengan Nyabu
’’Kami menaruh semua emosi di sana. Akhirnya Lathi punya jiwa dan makna yang bisa mewakilkan banyak orang plus we are lucky dengan media sosial,” ujar Sarah. Media sosial memberikan keuntungan lebih bagi musisi saat ini, terutama dari sisi promosi. Bujet yang tidak perlu besar serta jangkauan lebih luas jadi alasannya.
Sarah pun tak sepakat jika cukup dikenal di daerah lantas seseorang bisa punya keharuman nama skala nasional atau internasional. ’’Sampai kapan pun juga, menaklukkan Jakarta adalah kunci sukses musisi. Dan hijrah ke Jakarta adalah pilihan terbaik jika ingin dikenal ke seluruh Indonesia,” ucap Sarah. ’’Bagaimanapun kami butuh koneksi ke Jakarta, karena Jakarta itu tempatnya musisi untuk jadi besar,” tambah Sarah.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment