KalbarOnline.com – Dua orang yang berboncengan motor itu memepet mobil sedan Renault L90. Di dalamnya ada seorang bapak yang sedang mengendarai dan sang putri yang duduk di sebelahnya.
Dor…dor…dor…dor…dor. Lima peluru ditembakkan orang yang duduk di boncengan motor. Motor itu lalu menghilang, meninggalkan kedua orang yang tewas di dalam mobil.
Pembunuhan di Teheran, Iran, itu sebenarnya terjadi 7 Agustus lalu.
Tapi, buntutnya masih terasa sampai sekarang. Bahkan menjadi pemicu baru persete ruan Iran dengan musuh bebuyutannya, Amerika Serikat (AS).
New York Times Sabtu lalu (14/11), berdasar informasi intelijen yang mereka terima, melaporkan bahwa yang dibunuh pada malam 7 Agustus itu adalah Abu Muhammad Al Masri, orang nomor dua di Al Qaeda, dan sang putri, Miriam, yang merupakan janda putra Osama bin Laden, Hamza.
Al Masri dibunuh bertepatan dengan peringatan pengeboman di Kedutaan AS di Nairobi, Kenya, dan Dar es Salaam, Tanzania, pada 1998. Otak di balik serangan 22 tahun lalu itu adalah Al Masri.
Berita yang dilansir New York Times itulah yang membuat Iran berang. Mereka menuduh Amerika Serikat (AS) dan Israel sengaja mencari cara untuk mengaitkan kelompok teroris dengan Iran dan membuat negara tersebut ikut bertanggung jawab.
’’Media Amerika jangan terjatuh dalam jebakan skenario Hollywood pemerintah Amerika dan Zionis (Israel, Red),’’ ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh seperti dikutip Agence France-Presse kemarin (15/11).
Kantor berita Iran IRNA sejatinya melaporkan insiden serupa. Tapi, korbannya disebut bernama Habib Dawoud, guru sejarah asal Lebanon yang berusia 58 tahun. Sedangkan putrinya, Maryam, berusia 27 tahun.
Dikatakan, pelaku melarikan diri dan penyelidikan tengah dilakukan. Tapi, tidak ada kabar lagi terkait dengan pembunuhan Dawoud itu.
Pelacakan di Lebanon juga mengindikasikan bahwa tidak ada guru sejarah bernama Dawoud yang memiliki anak bernama Maryam. Ada indikasi bahwa nama dan pekerjaan Dawoud itu hanyalah penyamaran untuk Al Masri.
Mantan penyelidik FBI untuk Al Qaeda Ali Soufan menjelaskan, pada 2015 Al Masri dibebaskan sebagai bagian kesepakatan untuk membe baskan diplomat Iran yang di culik Al Qaeda di Yaman. Namun, Al Masri menolak tawaran Iran untuk kembali ke tanah kelahirannya, Mesir.
Pertengahan Oktober lalu, akun Twitter AnbaJassim milik jurnalis lepas asal Uni Emirat Arab mengabarkan kematian Al Masri dan putrinya di Teheran. Dia sudah mengonfirmasi kematian mereka berdua kepada beberapa veteran perang Afghanistan.
Dua pekan kemudian, media asal Afghanistan, Shamshad News, juga mengklaim Al Masri terbunuh di Teheran. Meski begitu, Iran tetap bungkam.
Iran diduga menutupi kematian Al Masri sebagai jaminan agar Al Qaeda tidak melakukan aksi di wilayah mereka. Al Qaeda adalah kelompok militan yang menganut Sunni. Mereka musuh bebuyutan Iran yang mayoritas penduduknya Syiah.
Baca juga: Putra Osama Bin Laden Serukan Perlawanan Terhadap Putra Mahkota Saudi
Meski banyak bukti yang mengarah atas kebenaran kematian Al Masri, Iran tetap me nyangkalnya. Mereka menyebut pemberitaan New York Times adalah informasi palsu yang sengaja dibuat. Iran menuding AS danpara sekutunya di Semenanjung Arab telah men ciptakan Al Qaeda lewat ke bijakan-kebijakan mereka yang salah.
Dalam berita yang dilansir New York Times itu disebutkan, ASlah yang memberikan informasi intelijen tentang keberadaan Al Masri kepada Israel. Agen Israel kemudian men jadi eksekutor.
Khatibzadeh menyatakan bahwa AS selalu melontarkan berbagai tuduhan ke Iran di masa lalu. Pada masa kepemimpinan Presiden AS Donald Trump, upaya itu semakin rutin dilakukan.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment