Karena Joan Mir Tak Sibuk dengan Minyak Rambut dan Kacamata Hitam

KalbarOnline.com-”Tidak seperti kebanyakan rider-rider muda, Joan Mir adalah pembalap yang tidak sibuk dengan minyak rambut dan kacamata hitam. Jadi, dia sangat fokus membalap.’’ Mat Oxley, kolumnis MotoGP sekaligus mantan pembalap.

Di tengah semua “kekacauan” yang terjadi di MotoGP 2020, seorang pemuda Mallorca diam-diam mencuri panggung lalu mengagetkan semua orang dengan merebut trofi gelar juara dunia.

IKLANHARJADPONTIANAK

Mir akan terekam sejarah sebagai juara dunia yang tak hanya berhasil menaklukkan jajaran rider-rider terbaik di kelas premium. Tetapi juga mempecundangi pandemi.

Jangan lupa, dua pemenang balapan terakhir GP Portugal (22/11) di kelas Moto2 dan Moto3, Jorge Martin dan Tony Abolino, harus kehilangan peluangnya menjadi juara dunia karena sempat dinyatakan positif Covid-19.

Martin, terpaksa absen di dua seri balapan setelah terserang virus pada September. Sedangkan Arbolino harus melewatkan GP Aragon bulan lalu akibat terhadang aturan karantina di Italia.

‘’Biasanya, pressure itu hanya dirasakan di sirkuit. Tapi kali ini, di luar sirkuit pun aku tidak bisa hidup tenang karena harus menjaga diri dari serangan virus,’’ aku Mir.

Joan Mir dipeluk anggota skuad Suzuki setelah menjadi juara dunia MotoGP 2020.

Virus pun sempat menyambangi Valentino Rossi sampai terpaksa absen di dua seri MotoGP. Faktor itu pula yang menjadi salah satu penyebab rider 41 tahun itu mengalami musim terburuk sepanjang karirnya di grand prix.

Mir juga tidak memulai musim ini dengan mulus. Sama seperti juara bertahan MotoGP Marc Marquez, dia juga menjadi korban ‘’euforia’’ balapan pascapandemi.

Di seri pertama di Jerez, setelah lima bulan jadwal start diundur, rider 23 tahun tersebut juga mengalami kecelakaan di lap kedua akibat terlalu bernafsu untuk segera merangsek ke barisan depan akibat posisi start-nya yang jauh di barisan keempat di belakang. Nol poin di seri pembuka.

Mir juga mengalami apes seperti beberapa rider MotoGP lainnya. Di Brno, roda depannya disapu roda belakang rider Tech-3 KTM Iker Lecuona yang mengalami low side. Nol poin lagi di seri ketiga.

’’Tapi ketika sampai ke Austria aku merasa kompetitif. Meraih podium perdanaku. Meski saat itu masih ada keraguan, kami datang ke Misano dan akhirnya membuktikan bahwa kami sangat cepat,’’ terang Mir.

Setelah meraih podium perdananya di Red Bull Ring, sirkuit yang secara natural lebih cocok untuk motor-motor bermesin V4 bertenaga badak, Mir menggila.

Baca Juga :  Sejarah Besar, Suzuki Kuasai Podium 1 dan 2 Kali Pertama Sejak 1982

Jumlah rata-rata podiumnya mengagumkan. Podium ketiga dan kedua di Misano. Runner-up lagi di Catalunya. Dua kali podium ketiga di Aragon dan akhirnya merengkuh satu-satunya kemenangan di Valencia.

Mir ditahbiskan sebagai salah satu dari sedikit saja rider top dunia yang paling cepat meraih gelar juara dunia di kelas para raja. Bintang Suzuki itu mencapai takhta puncak sebagai pembalap motor hanya dalam lima musim perjalanannya di grand prix.

Terakhir kali capaian yang lebih baik dari itu dicatat mendiang Nicky Hayden yang merengkuh gelar juara pada 2006 (empat tahun perjalanan karir di grand prix).

Sedangkan, si bayi alien Marc Marquez, bahkan memerlukan waktu enam tahun sejak bertarung di kelas 125 cc (2008) untuk merebut gelar MotoGP pada 2013.

Mir baru memulai debutnya di GP dunia pada 2016. Meski sebelumnya, 2015, pernah tampil sekali di Moto3 sebagai pengganti rider yang cedera. Di musim keduanya di Moto3, 2017, Mir sukses mendominasi kejuaraan sekaligus menyabet gelar juara dunia pertamanya.

Dia berdiri 13 kali di podium sepanjang 18 balapan yang digelar musim itu. Sepuluh di antaranya berbuah kemenangan. Capaian itu memuluskan langkahnya naik kelas ke Moto2.

Di kelas intermediate itu Mir langsung tampil menggebrak dengan meraih tiga podium di paro pertama musim. Namun langkah itu tersandung kecelakaan hebat di Brno pada seri ke-10.

Tetapi di seri berikutnya, GP Austria, dia tampil hebat dengan start di posisi ke-10 dan finis di urutan ke-8. Di situlah Bos Suzuki Davide Brivio lekas-lekas mengontak Mir untuk ditawari kontrak.

Sebab, pembalap yang mampu come back lebih kuat setelah mengalami momen mengerikan dalam hidupnya, dipastikan memiliki mental juara yang dahsyat. Ini menjadi prasyarat wajib bagi seorang bintang.

Dikontrak dua tahun, Mir memang tak cemerlang di musim debutnya (2019). Tetapi justru di situlah tim Suzuki memperlakukannya dengan sangat baik dan tepat.

“Waktu itu mereka bilang: jangan pikirkan soal hasil (balapan). Yang penting biasakan dirimu dulu dengan motor MotoGP dan lawan-lawanmu,’’ ungkap Mir menirukan ucapan Brivio.

Jauh dari sorotan lampu panggung sirkus MotoGP, Mir bekerja dalam diam tapi dengan determinasi tinggi. Seperti yang ditulis kolumnis Mat Oxley, Mir sangat fokus. Dia tidak tergoda dan sibuk dengan minyak rambut dan kacamata hitam. Mir cerdas, punya nyali, dan paham benar tujuannya sebagai pembalap.

Baca Juga :  Uji Kenyamanan All New Ertiga Libas Tol Trans Jawa
Joan Mir merayakan ulang tahun ke-23 bersama kekasihnya, Alejandra Lopez Garro. (Instagram/Joan Mir).

Lahir di Mallorca, kota yang juga melahirkan juara MotoGP tiga kali Jorge Lorenzo, Mir memulai karir balapnya di sana. Bukan kebetulan jika gaya membalap Mir dan Lorenzo mirip. Sangat smooth saat melibas tikungan. Sangat halus dalam membuka dan menutup gas.

Pertama kali mengenal dunia balap, Mir memang menimba ilmu di akademi balap milik ayah Lorenzo, Cicho Lorenzo. Nama akademinya, Chico Competicion. Chico pula yang menanamkan darah balap ke tubuh putranya, Lorenzo.

Metode ajar Chico bukan seperti kebanyakan akademi balap di Spanyol atau Italia pada umumnya. Yakni, rider-rider cilik ditempa di lintasan dirt track berputar-putar dengan kecepatan yang terus bertambah secara berkala hingga mereka terjatuh karena melewati limit.

Di Chico Competicion, rider-rider belia itu justru dilatih mengendarai motor dengan kecepatan rendah melewati rintangan cone (seperti slalom) dan di sirkuit gokar. Latihan itu diulang terus-menerus sampai kesempurnaan gerak tubuh, posisi duduk, dan cara menikung terpatri kuat di bawah alam sadar.

Gaya balap yang ditempa dan dilatih bertahun-tahun itu menemukan momentumnya tahun ini.

Joan Mir saat menjadi juara Red Bull MotoGP Rookies Cup di Sirkuit Brno, Republik Ceko. (Motorsport Magazine).

Saat Michelin memperkenalkan ban belakang jenis slick yang baru. Permukaan ban baru tersebut menempel lebih lebar pada permukaan aspal. Daya cengkeramnya menjadi lebih kuat.

Karakter ban seperti ini lebih cocok untuk motor bermesin empat silinder segaris ketimbang V4. Keuntungan teknis tersebut bertemu dengan gaya membalap Mir yang tenang tapi smart. Tidak mudah terpancing emosi. Tahu kapan harus menahan ritme balap dan kapan harus bertarung habis-habisan.

Namun, ujian sebenarnya bagi Mir baru akan tiba musim depan. Saat dia harus mempertahankan gelar juaranya untuk kali pertama.

Mir pun sadar dengan apa yang dihadapinya tahun depan. Dia langsung mengingatkan Suzuki agar tidak terlena dengan prestasi megah yang mereka raih saat ini.

“Untuk menantang (Marc) Marquez, kami harus terus mengalami kemajuan. Karena paket motor Honda yang dikendarai Marc telah mendominasi MotoGP selama delapan tahun terakhir,’’ pesannya.

Comment