Libatkan Masyarakat, Kubu Raya Nyaris Nihil Karhutla di 2020
KalbarOnline, Kubu Raya – Program pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kubu Raya mulai membuahkan hasil. Dalam kurun 2020, Karhutla di Kubu Raya terbilang sangat minim. Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan menyebut hal itu antara lain disebabkan mulai masifnya kesadaran kolektif masyarakat di desa-desa. Ia menilai hal tersebut tak lepas dari upaya berbagai pihak dalam mengedukasi dan melibatkan masyarakat pada pencegahan Karhutla.
“Karena edukasi yang diberikan dari berbagai pihak terkait seperti akademisi, organisasi nonpemerintah atau NGO, dan penguatan-penguatan dari pemerintah sendiri mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten, hingga desa,” ujar Muda Mahendrawan di Sungai Raya, Jumat (11/12/2020).
Muda menyebut pemerintah desa juga punya peran strategis dalam upaya pencegahan Karhutla. Sebab pemerintah desa bersama masyarakatnya menjadi pihak yang paling dekat dengan lokasi di mana Karhutla biasa terjadi. Sehingga pemetaan yang dilakukan desa terkait ancaman Karhutla lebih tepat.
“Mereka sudah berusaha menavigasi dan memitigasinya. Bagaimana langkah-langkah persiapannya sudah dikepung bersama, termasuk dengan unsur TNI, kepolisian, dan otoritas lainnya. Kita melihat bahwa navigasi itu sudah komprehensif,” tuturnya.
Ia menjelaskan keluarga di rumah tangga-rumah tangga juga punya kontribusi dalam upaya pencegahan Karhutla. Yakni melalui pemanfaatan lahan-lahan tidur sehingga menutup ruang terjadinya Karhutla. Hal itu dilakukan warga karena adanya perubahan perspektif dalam menyikapi kondisi lahan gambut. Di mana sebelumnya gambut kerap dipersepsikan sebagai kondisi tanah yang sulit diolah.
“Kita ubah perspektifnya bahwa gambut itu bukan kutukan tapi justru berkah. Karena dari dulu perspektifnya bahwa gambut itu berat. Namun setelah diedukasi dengan banyak cara bahwa gambut bisa diolah dengan baik, bisa menghasilkan tanaman-tanaman produksi dan punya nilai pemberdayaan ekonomi rumah tangga, maka optimisme pun muncul,” jelasnya.
Terkait peran korporasi atau perusahaan dalam penanganan Karhutla, Muda mengatakan hal itu telah menjadi bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan. Sebab Karhutla punya dampak serius pada banyak sektor kehidupan, termasuk yang berkaitan dengan perusahaan. Mulai dari dampak sosial, kesehatan, ekologis, hingga ekonomi. Dan berbagai dampak tersebut juga berpotensi merugikan perusahaan yang ada.
“Karena masyarakat terganggu dan menjadi ancaman perusahaan terkait stabilitas. Maka kita ajak perusahaan semua untuk melihatnya dalam perspektif yang sama, yaitu tanggung jawab sosial perusahaan. Artinya melakukan langkah-langkah mitigasi itu perlu pelibatan masyarakat yang ada dipandang sekaligus sebagai langkah CSR untuk pemberdayaan dan penguatannya,” jelasnya.
Adapun peran pemerintah daerah, lanjutnya, dilakukan dengan membuat masyarakat mengisi lahan-lahan yang ada dengan berbagai kegiatan produktif. Sehingga bisa sekaligus menjadi upaya mitigasi bencana Karhutla.
“Misalnya program telur ayam untuk ibu hamil dan PAUD. Masyarakat memelihara ayam dan menanam jagung di lahan yang ada. Jadi output-nya buat kesehatan dan pendidikan dan tanam jagung sekaligus untuk mitigasi bencana. Kemudian telurnya dibeli puskesmas dan kelembagan pendidikan di bawah sebagai makanan tambahan ibu hamil dan anak-anak,” terangnya. (ian/*)
Comment