Penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian nomer 1 di dunia. Penyumbang terbesar penyakit kardiovaskular, baik penyakit jantung dan stroke, adalah hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.
Dr. dr Antonia Anna Lukito, Sp.JP(K), seorang pakar kardiovaskular di Rumah Sakit Siloam dan Kepala Departemen Kardiovaskular di Universitas Pelita Harapan menjelaskan, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan jantung, salah satunya melalui pengendalian kolesterol dan hipertensi di tengah pandemi.
“Penerapan pengobatan kombinasi diharapkan dapat meningkatan kepatuhan pengobatan dan pengurangan beban ekonomi bagi pasien yang memiliki hipertensi dan dislipidemia,” jelasnya dalam webinar ‘Daewoong Media Day’ (DMD) pada tanggal 17 Desember 2020 lalu.
Baca juga: Hati-hati, 5 Penyakit Akibat Kolesterol Tinggi Ini Selalu Mengintai!
Hipertensi Berkaitan dengan Kolesterol Tinggi
Satu dari 3 orang dewasa memiliki hipertensi. Tidak semuanya mendapatkan pengobatan rutin. Hanya 1 dari 3 penderita hipertensi yang berobat rutin. Akibatnya, hanya separuh yang kondisinya bisa dikontrol. Kondisi yang sama juga ditemukan pada pemilik kolesterol tinggi.
Data menunjukkan, hipertensi mungkin berkaitan dengan kolesterol tinggi. Sekitar 50-75% pasien hipertensi juga memiliki masalah kolesterol tinggi. Padahal, penyakit seperti hipertensi dan kolesterol tinggi jika tidak dikendalikan berpotensi menyebabkan komplikasi, mulai dari penyakit jantung, stroke, gangguan penglihatan, gagal ginjal, atau masalah seksual.
Di masa pandemic COVID-19, orang yang memiliki hipertensi berisiko terinfeksi COVID-19 dan memiliki gejala berat hingga menyebabkan kematian. “Risiko kematian pada individu dengan penyakit jantung dan stroke meningkat 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan individu sehat, saat tertular COVID-19,” jelas dr. Antonia.
Kedua kondisi ini bisa dikendalikan dengan mengikuti anjuran dokter dalam kepatuhan minum obat. Untuk mengendalikan penyakit kronis atau penyakit tidak menular seperti hipertensi atau dislipidemia, pasien membutuhkan obat-obatan. Biasanya, ada lebih dari 1-2 obat yang harus diminum setiap hari.
Ada kaitan langsung antara frekuensi pemberian obat dengan kepatuhan minum obat. Semakin sering dan banyak obat yang diberikan, kepatuhan berobat akan menurun. Sebaliknya semakin sedikit jumlah obat yang diminum, maka kepatuhan meningkat.
Dr. Antonia memberikan contoh, jika pasien hanya minum 1 kali sehari, maka kepatuhan berobat mencapai 79%. Namun, jika obat diberikan 2 kali, kepatuhan menurun menjadi 69%, 3 kali menjadi 65% dan 4 kali minum obat menurunkan kepatuhan berobat hanya 51% saja.
“Jumlah obat makin banyak, kepatuhan makin turun. Dari studi klinik, kepatuhan berobat yang rendah berakibat pada komplikasi penyakit meningkat. Oleh karena itu, pasien perlu patuh dan disiplin minum obat untuk mengendalikan penyakitnya,” jelas dr. Antonia.
Baca juga : Tanda-tanda Darah Tinggi Bisa Dirasakan di Wajah Lho!
Kombinasi Obat Jadi Solusi
Salah satu cara mengurangi jumlah obat adalah dengan mengombinasikannya menjadi 1 obat saja. Misalnya, obat hipertensi dikombinasikan dengan obat antikolesterol menjadi 1 obat saja.
Obat kombinasi atau FDC (fixed dose combination) akan meningkatkan kepatuhan. Beberapa perusahaan farmasi sudah banyak yang mengembangkan produk FDC ini. Son Chan seok, Product Manager, Daewoong Pharmaceutical mengatakan, perusahaannya juga telah mengembangkan pengobatan kombinasi untuk merawat pasien yang menderita hipertensi dan dislipidemia.
Dalam peneltian yang dipublikasikan di American Journal of Therapeutics, kombinasi Olmesartan (obat hipertensi) dan Rosuvastatin (obat penurun kolesterol) memiliki efek penurunan tekanan darah yang sangat baik dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien.
Bentuk kombinasi obat hipertensi dan dislipidemia adalah dalam bentuk tablet dua lapis dengan kompartemen terpisah. Saat tablet dikonsumsi, obat akan melepaskan rosuvastatin terlebih dahulu kemudian olmesartan dalam jangka waktu 30 menit.
Pengobatan kombinasi ini juga terbukti aman dan sangat efektif karena teknologi pembuatannya mampu mengatur pelepasan kandungan obat sehingga penyerapannya di dalam tubuh dapat dioptimalkan tanpa adanya interaksi antar kandungan.
Selain memudahkan pasien dalam minum obatnya karena tak perlu lagi mengkonsumsi dua obat untuk hipertensi dan dislipidemia secara terpisah, obat kombinasi ini juga sangat hemat biaya.
Baca juga: Cara Menurunkan Tekanan Darah Tanpa Obat
Comment