Trump Ketahuan Paksa Pejabat Georgia untuk Kurangi Suara Joe Biden

KalbarOnline.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ternyata belum rela melepaskan jabatannya untuk presiden terpilih Joe Biden. Senin (4/1) percakapan Trump dengan pejabat Negara Bagian Georgia tersebar. Trump dengan gamblang meminta pejabat di sana menghilangkan 11.780 perolehan suara untuk Biden.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Percakapan selama lebih dari satu jam itu terjadi pada Sabtu (2/1). Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows mengundang Sekretaris Negara Bagian Brad Raffensperger, kuasa hukum pemerintah Georgia Ryan Germany, dan kuasa hukum tim kampanye Republik Cleta Mitchell untuk membicarakan hasil pemilu Georgia. Lama-kelamaan, percakapan tersebut berubah menjadi debat panas.

”Telah terjadi tindakan kriminal. Anda seharusnya tak membiarkan hal itu terjadi,” kata Trump sebagaimana yang dilansir Associated Press.

Baca juga: Trump Masih Ngotot Pertahankan Kursi Presiden, Coba Peluang di Kongres

Debat tersebut terjadi karena Trump mengungkit deretan tudingan kecurangan di pemilu Georgia. Di antaranya, surat suara dari warga yang sudah meninggal, surat tanpa tanda tangan yang sah, dan pemilih tanpa alamat. Menurut dia, jika ditotal, ada sekitar setengah juta perolehan suara Biden yang harus dianulir.

Baca Juga :  Berdasar Rekaman Video, Jacob Blake Ditembak Polisi di Depan 3 Anaknya

Namun, Raffensperger membantah semua tudingan Trump. Menurut dia, semua itu sudah diklarifikasi satu per satu saat dirinya diundang ke parlemen negara bagian maupun Kongres AS. Pria yang bertanggung jawab atas pemilu tersebut menegaskan bahwa Georgia sudah tiga kali menghitung hasil suara tanpa ada keanehan. Proses gugatan maupun penyelidikan dari FBI tidak menghasilkan apa pun. ”Pak Presiden, kami tak sepakat dengan pendapat bahwa Anda menang pemilu di sini,” ujarnya.

Percakapan terus berputar-putar di poin sama. Trump berkali-kali meminta pemerintah Georgia bisa menganulir 11.780 suara, satu suara lebih banyak daripada selisih kemenangan Biden saat ini. Raffensperger sempat meminta Trump tidak percaya pada informasi yang beredar di media sosial. Sontak, Trump marah dan menuduh pria 65 tahun tersebut sebagai pengkhianat Partai Republik.

”Saya percaya Trump Media. Media sosial memiliki konglomerat teknologi yang memihak sisi Anda,” tegas suami Melania tersebut.

Baca Juga :  Begini Ketatnya Aturan Selama Libur Natal di Singapura

Upaya Trump dilakukan sebelum pekan penting politik AS tiba. Minggu ini masyarakat melihat beberapa agenda yang menentukan masa depan negara. Selasa (5/1) masyarakat Georgia kembali ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk pemilihan senator AS putaran kedua. Selisih perolehan suara putaran pertama dari dua kursi senat terlalu kecil.

Esoknya, anggota Kongres AS yang baru dilantik bertemu untuk mengonfirmasi suara elektoral. Sebagian politikus Republik di senat dan dewan perwakilan sudah menyatakan bakal mengajukan keberatan. Memecah diri dari pentolan Republik seperti Mitch McConnell.

”Rencana untuk menolak elector mungkin memperkuat ambisi politik beberapa orang. Namun, langkah ambisius seperti itu justru menghancurkan prinsip demokrasi,” tutur senator Mitt Romney kepada CNN.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment