Krisna Bayu: Mau Cabang Apa pun, Atlet Wajib Kerja Keras

Krisna Bayu menjadi satu di antara sedikit atlet Indonesia di cabang olahraga bela diri yang mampu tampil di tiga Olimpiade. Mulai Olimpiade Atlanta 1996, Sydney 2000, hingga Athena 2004. Bagaimana kabarnya saat ini? Berikut petikan wawancara dengan Jawa Pos pada Kamis (7/1).

IKLANSUMPAHPEMUDA

Apa kabar? Setelah pensiun sebagai atlet pada 2012, apa kesibukan Anda saat ini?

Sangat luar biasa. Hahaha. Kesibukannya waktu itu kali pertama pensiun masih mencari kerja, masih adaptasi lagi menjadi masyarakat biasa. Dari situ saya absen sampai tiga tahun lah ya, masih mencari jati diri. Di situ saya belajar berorganisasi. Saya 2014 mulai running masuk komite eksekutif di KOI. Dan, saya di situ menjadi komisi atlet di exco-nya KOI.

Di situlah saya membuka wawasan. Ternyata harus memikirkan lebih luas. Masih ada cabor bela diri lainnya yang butuh banyak perhatian dari pemerintah. Dari situlah ketertarikan saya ingin terjun di dunia organisasi.

Kenapa memilih untuk memimpin sambo dan kurash?

Kebetulan, waktu saya di Exco KOI, ada teman yang mendapat mandat, tapi tidak bisa menjalankan. Akhirnya ya sudah, saya ambil alih dan benahi. Dan, proses berjalan, masih banyak ribut-ribut lah. Cekcok sana-sini. Akhirnya saya benahi pelan-pelan, kemudian ada hasilnya. Ikut SEA Games-Asian Games, bisa membiayai atlet-atlet saya ke luar negeri dan juara. Bisa buat kejurnas, rakernas, dan semua kegiatan secara organisasi. Oh, ternyata saya bisa menjadi leader juga. Hehehe.

Baca Juga :  IMI Kalbar Awards, Motivasi Bagi Atlet dan Tokoh Pemerhati Otomotif

Kunci suksesnya apa saja?

Kunci sukses di organisasi adalah berkomunikasi dua arah yang baik dan tidak tebang pilih. Komunikasi dua arah akan membuat kita semakin sukses dalam berorganisasi maupun langkah-langkah kehidupan.

Ada kans memimpin judo sebagai cabor Anda dari awal?

Ya saya sendiri kan orang judo. Tapi, kenapa jadi ketua umum sambo, ya kan menurut saya karena saya tidak ada di sistem judo. Saya tidak terlibat di sana. Tapi, kan di judo sendiri sudah banyak orang pintar. Dan, saya harus belajar lebih pintar lebih dulu untuk bisa masuk ke judo, hehehe.

Sebagai mantan atlet yang sukses, sering kasih motivasi untuk atlet?

Ya, saya biasa kalau kasih motivasi atlet, yang penting saya menjelaskan di luar teknis dulu. Kalau Anda (atlet) hadir di sini, itu adalah menggunakan uang rakyat (APBN). Dan, apabila gagal, kamu tidak apa-apa, tapi bangsa ini malu, rakyat kecewa. Jadi, untuk bisa mempertanggungjawabkan anggaran rakyat, kamu harus berlatih serius.

Kini Bayu menjadi ketua umum induk olahraga sambo dan kurash. (RIZKI AHMAD FAUZI/JAWA POS)

Langkah apa yang dilakukan jika tahu atlet tak serius?

Saya sendiri sebagai Ketum akan mencoret atlet secepatnya. Saya akan berkoordinasi dengan ketua pengprov untuk mencoret karena tidak kooperatif, tidak serius, tidak bisa menjaga harkat-martabat bangsa. Jadi, saya sebut itu komunikasi dua arah.

Flashback ke belakang, Anda masih ingat momen awal dikenal publik?

Mungkin pas saya membanting Ceto Kosadek yang beratnya 150-an kg. Berat saya 79 kg. Nah, itu saya banting dia. Dari situ orang tahu kalau di judo ada saya. Buat saya Ceto bukan seorang petarung yang fenomenal seperti Hengky Pie. Saya lebih bangga mengalahkan Hengky, kenapa? Dia seorang petarung yang disiplin. Ceto bukan petarung yang dengan disiplin tinggi, menurut saya. Jadi, mengalahkannya bukan suatu tantangan. Tapi, mengalahkan Hengky Pie baru tantangan.

Baca Juga :  Aneka UMKM di Sekitar Turnamen Voli Kapolri Cup 2023

Dari tiga Olimpiade yang Anda ikuti, mana yang paling berkesan?

Semua berkesan. Tapi, rasa malu saya pada bangsa, sudah terpilih jadi atlet Olimpiade, berangkat dengan uang rakyat, tapi main kalah. Itu yang saya pikir sangat berdosa dengan bangsa ini karena tidak bisa bertanggung jawab. Itu saya malu.

Apa harapan Anda untuk organisasi dan sesama atlet?

Buat mantan atlet, jangan takut jadi ketua umum, jadi leader. Kalau terus-terusan orang-orang di luar olahraga yang memimpin, kapan generasi muda olahragawan berani untuk memimpin? Kalau bukan dari olahragawan sendiri, olahraga ini tidak akan bisa jadi hot gitu. Malah dijadikan sebagai ajang prestisius saja ketua umum. Sebagai ajang untuk politik, kan gue Ketum ini, Ketum itu. Karena tidak tahu teknisnya bagaimana, dia ngasal saja membuat kebijakan. Yang terjadi adalah blunder. Itu buat saya perlu dipikirkan lagi.

Comment