KalbarOnline.com-Ganda nomor satu dunia Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo mencatat pencapaian fenomenal pada ajang BWF World Tour.
Sepanjang kiprah mereka yang dimulai pada 2015, Marcus/Kevin berhasil menembus 19 final. Hasilnya, mereka meraih 17 gelar dan hanya kalah dua kali di partai puncak.
Namun, Marcus/Kevin masih terus gagal menjadi juara dunia. Pada edisi 2017, Minions terhenti di perempat final. Lalu, di kejuaraan dunia 2018 yang berlangsung di Nanjing, Tiongkok, Marcus/Kevin yang menjadi unggulan pertama juga sudah tumbang pada perempat final.
Catatan lebih buruk terjadi pada Kejuaraan Dunia 2019 di St. Jakobshalle, Basel. Saat itu, Marcus/Kevin sudah tersingkir pada babak kedua.
“Mungkin karena terlalu kepengen. Jadi ada pressure dan tekanan yang kuat. Ada yang bilang kalau belum jadi World Champ belum komplet, bla..bla..bla.. Jadinya, buru-buru dan tidak enjoy,” kata Marcus dikutip dari wawancara dengan situs resmi BWF.
“Dalam setiap pertandingan, kami berusaha yang terbaik. Apapun hasilnya, ya kami nikmati saja. Kami kan nggak expect terlalu banyak. Apapun hasilnya, bagi kami itu yang terbaik,” timpal Kevin.
“Tetapi kami yakin, suatu saat akan dapat World Champ. Yang penting latihan maksimal dan lalukan evaluasi. Pasti suatu saat nanti akan ada rezekinya,” timpal Marcus.
Bagi Marcus, meraih 19 final dan merebut 17 gelar juara adalah sebuah hal yang sangat fenomenal. Saat berpasangan dengan Kevin lima tahun lalu, dia memang bertekad untuk menjadi ganda putra nomor satu dunia. Tetapi dia tetap tidak menyangka hasilnya lebih luar biasa dari yang awalnya dia pikirkan.
“Itu adalah hasil yang baik tetapi memang harus banyak yang diperbaiki. Saya tidak nyangka, (hasilnya) sefantastis itu. Mau lebih terus (juara) pastinya,” kata Marcus.
Di sisi lain, salah satu prestasi paling mengesankan bagi Marcus/Kevin justru tidak terjadi pada turnamen BWF World Tour. Tetapi pada ajang Asian Games 2018.
Saat itu, pada partai final, Marcus/Kevin mengalahkan kompatriotnya Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dalam rubber game yang sangat ketat dengan skor 13-21, 21-18, dan 24-22.
“Asian Games saat berkesan karena kami main di Jakarta dan itu ajang empat tahun sekali. Posisi kami saat itu juga hampir kalah. Kami penuh dengan pressure juga,” kata Kevin.
“Kami sudah tertekan banget. Pressure banget. Tekanannya tinggi banget. Rasanya, kami (dituntut) harus dapat emas. Harus menang dan harus juara. Dan akhirnya juara, ya bahagia,” timpal Marcus.
Salah satu hambatan terbesar Marcus/Kevin saat ini adalah menghadapi pasangan Jepang Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. Dalam enam duel terakhir, Marcus/Kevin selalu kalah. Terakhir, Marcus/Kevin ditumbangkan Endo/Watanabe pada final All England 2020.
“Pertahanan mereka kuat dan nggak gampang mati. Selain itu mereka cukup percaya diri,” kata Kevin.
“Mereka punya confidence yang tinggi. Kami kurang beruntung saja. Terakhir-terakhir bisa unggul. Ya namanya belum rezeki. Kekalahan itu membuat kami melakukan evaluasi. Rasanya setelah itu, makin hari, main baik mainnya,” tambah Marcus.
Comment