Banjir, Kenangan, dan Mimpi Rumah Masa Depan
KalbarOnline.com – Bagi Hendri Gunawan kecil, banjir adalah teman. Ketika hujan turun seharian dan air Sungai Kapuas pasang, itu berarti waktunya senang-senang. Rumahnya di Jalan Media, Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalbar tepat di samping pemakaman muslim, jadi saksi kepandaiannya berenang.
Saat itu, sekalipun demam atau pencernaannya terganggu, main air tetap dilakukan. Namun, kini di usia 28, dengan seorang balita di pelukan, banjir selalu bikin was-was. Terlebih rumah kayu milik orang tuanya itu kerap bocor. Meski sebagian dicor, dinding itu tetap kendor. Air menggenang di lantai dan teras. Dingin menusuk hingga tulang.
Kenangan masa kecilnya mungkin menyenangkan, tapi dia ingin anak pertamanya tumbuh di tempat yang lebih sehat. Paling tidak bebas banjir dan jauh dari penyakit. Cinta itu mempertemukannya dengan salah satu developer rumah program Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dari Bank Tabungan Negara (BTN).
“Karena sudah berkeluarga dan punya anak, makanya memutuskan untuk memberanikan diri kredit rumah untuk mendapatkan hunian yang layak bagi anak saya,” cerita Hendri kemarin.
Tempat tinggalnya dulu berada di kawasan padat penduduk di tepian parit, anak Sungai Kapuas. Jaraknya sekitar 15 langkah dari sungai terpanjang di Indonesia itu. Sebagian berdinding kayu berukuran 6×8 meter persegi. Sebagaimana masyarakat tepian sungai, selain rob, puting beliung akrab dengan mereka.
“Kalau di rumah orang tua dulu, lingkungannya bisa dibilang kumuh. Selain tepat di samping pemakaman, sistem drainase juga buruk,” katanya.
Mimpinya itu terwujud di tahun 2018. Dua tahun setelah dia menikah. Beberapa bulan sebelum anak pertamanya lahir. Bekerja sebagai bartender di sebuah rumah makan, Hendri memberanikan diri ambil rumah. Dia memilih Kompleks Amy Cendana 1, Jalan Cendana, Sungai Rengas, Kubu Raya. Jaraknya kurang lebih 10 menit dari batas Kota Pontianak.
Rumah barunya bertipe 36. Drainase dan sanitasinya jempolan. Paling penting, bebas banjir. Walau kawasan Sungai Kakap kebanjiran, kompleknya yang berjarak sepelemparan batu, kering kerontang.
“Waktu mengajukan KPR-MBR itu alhamdulillah. Mungkin rejeki lahiran anak ya, ada promo perumahan tanpa bayar DP dan akad. Jadi hanya diminta lengkapi berkas. Alhamdulillah disetujui BTN. Jadi waktu itu saya hanya bayar angsuran pertama di bulan setelah pengajuan,” kisahnya.
Tinggal di rumah yang bebas bencana, juga jadi mimpi Harry Noviandi (32). Rumah mertuanya berada di Gang Busri, Pontianak Selatan. Banjir rob memang tidak singgah ke lantai rumah, namun puting beliung mengancam atap seng mereka. Rumah tetangganya, bisa lima kali kena dalam setahun.
“Rumah mertua inikan rawan angin puting beliung. Karena wilayah tepian sungai ya. Kalau di perumahan yang kami ambil itu, banjir pun tidak karena tanahnya juga tinggi. Intinya jauh dari kerawanan bencana alam, dan kita harap selalu demikian,” kata Harry.
Dibanding rumah mertua, hunian barunya di Komplek Erminta Residence blok D, Desa Sungai Rengas, Kubu Raya jauh lebih luas. Dia mengangsur Rp830 ribu per bulan selama 20 tahun.
“Alhamdulillah di-acc menjadi debitur BTN,” katanya sumringah.
Segala kemudahan didapat untuk mewujudkan mimpi punya rumah sendiri. Sewaktu pengajuan, Harry Noviandi hanya perlu membayar down payment (DP) sebesar Rp10 juta. Itu pun bisa dicicil.
“Saya dapat keuntungan lain karena tanah rumah yang dipilih itu lebih besar. Kalau kemudahan dari BTN itu selain DP bisa dicicil, angsurannya menurut kami juga ringan,” katanya.
KPR Bantu Masyarakat
Terwujudnya mimpi rumah masa depan bagi Hendri Gunawan dan Harry Noviandi tak lepas dari kemudahan sistem KPR dari BTN. Bahkan ketika pandemi Covid-19 menyerang. Walau beberapa kelompok masyarakat sektor jasa sempat ditunda pengajuan kreditnya, setahun berselang aturan kembali dilonggarkan.
“Program KPR ini memang benar sangat bagus, membantu masyarakat memiliki rumah yang layak. Mungkin masyarakat sebelumnya hanya bisa mengontrak, dengan program ini bisa memiliki rumah sendiri dengan kredit subsidi,” kata Ketua Real Estate Indonesia (REI) Kalbar, Isnaini.
Mimpi punya rumah sendiri, plus jauh dari bencana dengan fasilitas layak, terwujud dengan bantuan KPR MBR dari Bank Tabungan Negara (BTN). Isnaini berujar, rumah adalah kebanggaan, aset bagi keluarga dan tempat bagi orang tua menanamkan nilai-nilai pendidikan untuk anak mereka.
“Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membeli rumah, karena developer banyak memberikan promo dan diskon,” katanya.
Diskon itu antara lain untuk DP, akad, biaya BPHTB, notaris, dan administrasi bank, ditanggung developer.
“Walaupun material naik, developer belum menaikan harga jual rumah, karena kami memahami kondisi saat ini. Oleh karena itu saatnya sekarang beli rumah,” ajaknya.
Rumah Layak untuk Semua
Kepala Cabang BTN Pontianak, Fikry Ghazali mengatakan walau perbankan memberikan subdisi bagi masyarakat yang ingin punya rumah, bukan berarti kualitasnya asal-asalan. Mereka memastikan spek bangunan sesuai standar. Apalagi, setiap debitur kebanyakan melihat rumah dari tampilan dan lokasi.
“Yang pasti program KPR MBR ini jelas sangat membantu masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki rumah yang layak,” katanya.
BTN selalu berprinsip mempermudah layanan. Debitur dibebaskan memilih rumah, mengikuti aturan pemerintah dengan maksimal harga jual di tahun pengajuan. Ada pula kemudahan tanpa survei dengan ketentuan berdasarkan penghasilan debitur. Misalnya penghasilan debitur diterima melalui bank dan tercatat dalam rekening koran.
“Kemudahan lain misalnya di masa pandemi Covid-19, wawancara kami lakukan lewat telepon, jadi debitur tidak perlu datang ke kantor,” katanya.
Angsuran sampai kredit lunas pun tetap atau flat. Ada pula bantuan dari pemerintah yakni Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) berupa uang muka tambahan Rp4 juta bagi setiap debitur.
Bahkan, kelonggaran karena pandemi juga dilakukan. Misalnya bagi debitur yang bekerja di mal, akan dimintakan histori penghasilan enam bulan terakhir. Jika tidak bermasalah atau tidak ada pengurangan penghasilan, semua tetap diproses.
“Ada pula program penangguhan. Jika seseorang menjadi debitur pada tahun 2020, lalu mendapat pengurangan pendapatan akibat Covid-19, debitur bisa tidak membayar angsuran setahun sementara, tapi jangka waktu angsurannya kita tambah setahun,” jelasnya.
Kemudahan-kemudahan itu membuat mimpi banyak orang punya rumah layak terwujud cepat. Jika merujuk data BTN cabang Pontianak, tahun 2020 realisasi debitur berada di angka 2.308 debitur. Jumlah ini naik tahun 2021 menjadi 2.664 debitur.
“Meski di masa pandemi, ada kenaikan angka. Secara persentase peningkatan sekitar 15 persen. Artinya kebutuhan terkait rumah apalagi rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah masih sangat dibutuhkan,” tutupnya.
Comment