KalbarOnline, Pontianak – Gubernur Kalbar, Sutarmidji membuka kegiatan dialog interaktif dengan tema “Refleksi Pembangunan Kalbar dan Strategi Menghadapi Tantangan Global dalam Pembangunan Ekonomi Hijau” di Aula Garuda, Gedung Pelayanan Terpadu, Kantor Gubernur Kalbar, Kamis (09/02/2023).
Dalam kesempatan itu, Sutarmidji menyatakan bahwa Pemprov Kalbar sangat mendorong adanya pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan konsep ekonomi hijau.
Ia mengungkapkan, konsep ekonomi hijau merupakan upaya transformasi ekonomi Kalbar untuk menjadi daerah yang berkeadilan sosial, inklusif, berdaya saing dan maju, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Adapun bentuk dorongan yang dilakukan Pemprov Kalbar dalam mewujudkan tujuan misi ekonomi hijau yaitu dengan penyelesaian program Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink.
Tak hanya itu saja, Pemprov Kalbar juga menaruh perhatian terhadap perlindungan dan pengelolaan kawasan bernilai konservasi tinggi di dalam pola struktur ruang. Ia pun berharap, dengan pemberhentian ekspor bauksit mentah yang dilakukan oleh pemerintah pusat, maka pembangunan pabrik smelter di Provinsi Kalbar dapat dipercepat.
“Kita berharap dengan disetopnya ekspor bauksit mentah, pembangunan dan produksi pabrik smelter yang ada di Kalbar, sehingga nanti bauksit itu menjadi produk alumina, sehingga nilai ekonomisnya akan tujuh kali lebih tinggi. Dan itu akan menampilkan bagaimana ekonomi Kalbar lebih bagus,” ucapnya.
Dukungan lain yang dilakukan Pemprov Kalbar ialah gencar melakukan penanaman mangrove dan gerakan penanaman pohon yang intensif, baik dari tingkat sekolah hingga masyarakat umum.
Selain itu sebagai wujud konsistensi pembangunan ekonomi hijau Pemprov Kalbar telah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 33 Tahun 2022 tentang Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu.
“Kita juga melakukan pembangunan Galeri Hasil Hutan dan Hutan Pendopo sebagai pusat promosi pemasaran dan edukasi masyarakat serta pusat pengembangan perhutanan sosial dan pengembangan destinasi ekowisata dan event pariwisata daerah yang inklusif,” katanya.
Dirinya juga menambahkan, bahwa pengembangan aplikasi Si Pohon yang ada, juga bertujuan untuk mengetahui informasi jumlah karbon yang ada di dalam pohon sehingga dapat mengetahui jumlah emisi yang ada.
“Semua upaya yang telah dilakukan merupakan bentuk kolaborasi dan kemitraan strategis dari seluruh pihak. Meskipun demikian, tetap harus mempromosikan potensi ekonomi hijau ini, guna mendapatkan partisipasi yang lebih luas,” pungkasnya. (Jau)
Comment