KalbarOnline, Kubu Raya – Kalimantan Barat kembali bersiap menghadapi pesta demokrasi, pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak tahun 2024 di beberapa wilayah.
Setelah gelaran pemilihan legislatif dan pemilihan presiden-wakil presiden yang baru saja berlalu, perpisahan ini menjadi sorotan utama.
Pengamat politik Kalimantan Barat, Jumadi menyampaikan pandangannya mengenai kondisi politik yang akan datang.
“Tidak lama lagi Kalbar akan melakukan pemilihan kepala daerah serentak. Karena pemilihan ini terlalu dekat dengan pemilihan legislatif yang lalu, diperlukan kompetisi yang sehat dalam penyelenggaraan pemilu,” ujarnya saat hadir sebagai narasumber pada kegiatan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Hotel Alimore, Sabtu (06/07/2024).
Dalam kesempatan tersebut, Jumadi menyinggung soal kekhawatirannya mengenai potensi penggunaan politik identitas dalam pilkada mendatang. Menurutnya, isu politik identitas sangat rawan jika digunakan oleh peserta pemilu, lantaran dapat memicu ketegangan di masyarakat.
“Komisi Pemilihan Umum harus mampu menjaga independensi dalam melaksanakan pilkada serentak pada bulan November mendatang,” pintanya.
Jumadi pun berharap, semua pihak hendaknya dapat saling berkoordinasi dalam mengantisipasi sejak dini segala potensi yang dapat mengarah pada perpecahan suku, ras atau bahkan agama, termasuk pula diantaranya soal politik uang yang dinilai semakin menambah buruk pesta demokrasi.
“Masyarakat dan pengamat politik masih menunggu indeks kerawanan pada pilkada mendatang. Kerawanan terkait politik uang juga menjadi problem utama bagi penyelenggara pemilu,” ujar Jumadi.
“Semoga pilkada kali ini dapat berjalan dengan lancar, bebas dari konflik dan kecurangan, demi kemajuan demokrasi di Kalimantan Barat,” pungkasnya.
Diwawancarai terpisah, salah satu bakal calon Gubernur Kalbar 2024, Sutarmidji berharap, siapapun calon-calon yang maju pada pilkada serentak 2024, baik di level provinsi maupun kabupaten/kota, tetap dapat menjaga iklim yang kondusif.
Dia pun mengajak semua calon nantinya untuk mengembangkan narasi-narasi yang membangun agar masyarakat tercerdaskan, bukan sebaliknya.
“Kalau kami (selalu) jawab dengan data, jangan dengan emosional, tapi data! Orang mau ngomong apapun, (kembali ke) data, karena data tidak bisa bohong, tidak bisa dibantah,” kata Sutarmidji.
Kendati pilkada serentak 2024 nantinya diprediksi bakalan sengit, Sutarmidji tetap menginginkan agar pilkada kali ini sapat berjalan dengan sejuk dan damai, tanpa kekerasan, bentrok fisik maupun narasi-narasi yang tidak membangun.
“Supaya demokrasi itu berjalan sebagaimana mestinya, (sebaiknya) adu argumen, adu visi misi saja untuk Kalbar, saya yakin itu, kalau saya siapapun yang menjadi lawan, kalau boleh saya bilang lawan itu tidak masalah siapapun, asal tadi itu, kita sampaikan visi misi saja, kalau boleh istilah ‘bertarung’ itu untuk mencerdaskan demokrasi di Kalbar,” pungkasnya. (Jau)
Comment