Pj Gubernur Kalbar Dampingi Presiden Resmikan Injeksi Bauksit Perdana SGAR PT BAI di Mempawah

KalbarOnline, Mempawah – Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Harisson mendampingi Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Injeksi Bauksit Perdana Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) milik PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) di Kabupaten Mempawah, Selasa (24/09/2024).

Bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, Pj Gubernur Harisson ikut rombongan presiden menggunakan helikopter. Rombongan mendarat di Heliport Pelindo Mempawah sekitar pukul 09.40 WIB.

IKLAN17AGUSTUSCMIDANBGA

Kegiatan itu diawali dengan site visit untuk meninjau Panel Proses Commissioning SGAR, kemudian melakukan persemaian dengan menandatangani Prasasti Injeksi Bauksit Perdana SGAR.

Seperti diketahui, proyek SGAR yang dibangun sejak 2019 itu merupakan hasil konsorsium antara PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dengan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum). Salah satu proyek strategis nasional ini fokus pada pengembangan infrastruktur dan peningkatan nilai tambah komoditas mineral di wilayah Kabupaten Mempawah, Kalbar.

Dalam kesempatan itu, Pj Gubernur Harisson menyambut baik atas peresmian injeksi bauksit perdana SGAR PT BAI oleh Presiden Jokowi. Ia menyatakan mendukung upaya-upaya hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), termasuk di Kalbar, dan berharap hal itu dapat terus dipacu.

“Jangan kita eksplorasi SDA lalu diekspor, dan dibeli oleh negara lain dengan harga murah. Harusnya (seperti visi Jokowi) kita lakukan hilirisasi terhadap SDA kita, dan dapat dijual dengan harga yang berkali-kali lipat,” ungkapnya.

Di samping itu, Harisson mengatakan, dengan adanya industri pengolahan bahan mentah, maka negara ini dapat menekan impor bahan produksi. Seperti misalnya impor aluminium, yang selama ini telah menghabiskan banyak devisa negara. Padahal di dalam negeri sendiri punya bahan baku aluminium yang melimpah.

“Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Jokowi, Presiden RI yang terus berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat, termasuk di Kalbar,” pungkasnya.

Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan, kemarin merupakan hari kedua ia mendampingi presiden untuk memastikan upaya hilirisasi benar-benar berjalan sebagaimana mestinya.

“Kemarin (Senin) kita ke Sumbawa, untuk meninjau tembaga dan emas. Kemudian ke gresik, PT Freeport Indonesia yang mana 49 persen, atas dukungan Bapak Presiden kita bisa berkomitmen mengambil alih saham freeport 51 persen. Hari ini (kemarin) kebetulan dari BUMN semua, yaitu Inalum dan Antam,” ungkapnya.

Baca Juga :  Pemprov Kalbar Teken MoU bersama YSBDS, Selenggarakan Penelitian Genomik di Kalbar

Menurutnya, walaupun sempat ada kendala-kendala yang dihadapi, namun pembangunan SGAR tersebut akhirnya dapat berjalan lancar, hingga dioperasikan.

“Kita tahu, (pembangunan) smelter ini sempat tertunda, yang memang ada keterlambatan, namun saat ini dapat terjadi kemudahan. Kami berusaha menekan impor, untuk daerah, dan nasional impact-nya tiga kali lipat secara ekonomi,” jelasnya.

Erick menekankan, bahwa hilirisasi di Indonesia bukan lagi merupakan pilihan, namun sudah menjadi kewajiban. “Untuk mendorong perekonomian kita agar rakyat kita lebih sejahtera, dan saya yakin di pemerintahan ke depan akan memiliki komitmen yang sama,” harapnya.

Di tempat yang sama, Presiden Jokowi menyebut, Indonesia sudah terlalu lama menjadi negara pengekspor bahan mentah. Untuk bisa menjadi negara maju, maka hal tersebut harus dihentikan. Dan untuk mewujudkannya memang akan banyak tantangan-tantangan.

“Kita (Indonesia) ini sudah mengekspor bahan mentah lebih dari 400 tahun yang lalu, sejak zaman VOC kita ekspor dulu mulai dari rempah-rempah. Negara yang mengimpor malah sudah menjadi negara maju. Kita yang mengekspor bahan mentah, tidak bisa cepat berkembang. Negara maju sudah betul-betul kecanduan impor, ketika kita mau hilirisasi pasti diganggu,” ujarnya.

Untungnya lanjut dia ketika ada resesi, di masa Covid-19, ekspor bahan mentah dihentikan. Negara-negara maju pengimpor juga sibuk dengan problem yang dihadapi masing-masing. Momen itu yang kemudian menjadi kesempatan untuk Indonesia bisa mengolah SDA atau mineral-mineral yang dimiliki.

“Dan tidak ada yang mengganggu, walaupun kita stop (ekspor) nikel, walaupun Uni-Eropa membawa kita ke WTO. Kemudian bauksit kita stop, tidak ada yang komplain, tembaga juga kita stop,” terangnya.

Oleh karena itu, menurutnya keberhasilan pembangunan smelter PT BAI, yang merupakan buah dari kerjasama yang baik di fase pertama ini harus diapresiasi. Hal ini juga dalam rangka menyongsong Indonesia menjadi negara industri.

Baca Juga :  Batalkan Kenaikan Iuran BPJS, Hakim Supandi Dinilai Layak Ganti Hatta Ali

“Agar kita tak menjadi negara yang selalu mengekspor bahan mentah. Bisa kita lihat lompatan nilainya. Saya ambil contoh nikel, ekspor mentahan USD 1,4 – 2 juta, begitu kita stop USD 34,8 juta. Hampir 60 persen kita miliki sendiri. Kemudian untuk kebutuhan aluminium dalam negeri 1,6 juta ton 56 persennya kita impor. Oleh karena itu, 56 persen itu nantinya tidak perlu kita impor lagi. Karena devisa kita keluar USD 3,5 juta hilang, gara-gara kita impor alumunium ini,” terangnya.

Presiden Jokowi juga mengaku bangga karena ekosistem industri aluminium yang terintegrasi di sana telah selesai untuk fase pertama. Yang mana setelah menjadi alumina akan dikirim ke muara tanjung untuk diolah menjadi aluminium di PT Inalum.

“Ini perjuangan tak mudah, kita tahu sempat terganggu, dengan semangat, dan visi yang kuat, akhirnya kita selesaikan. Ini merupakan jejak dimulainya industrialisasi di negara kita ini,” pungkasnya.

Untuk diketahui, aluminium oksida (alumina) adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksida. Merupakan bahan yang paling banyak digunakan sebagai bahan dalam berbagai jenis bahan metalurgi, industri kimia, industri otomotif, dan industri kosmetik.

Untuk proyek SGAR Mempawah sendiri diharapkan akan mencapai tahapan Commercial Operation Date (COD) pada Februari 2025. Adapun, proses pengolahan bauksit menjadi alumina sudah bisa dilakukan pada kuartal IV 2024. Untuk pengolahan bauksit menjadi alumina dibutuhkan waktu selama 45 Hari dengan Proses Bayer dengan kapasitas 1 MTPA Alumina. Untuk kapasitas, pabrik yang berdiri di atas kawasan seluas 246 hektare (alumina plant + PLTU + coal gas plant) itu, bisa memproduksi satu juta ton alumina per tahun. Dengan estimasi bahan baku bauksit sebanyak 3,3 juta ton per tahun. Proyek yang terbagi dalam dua fase itu menelan nilai investasi sekitar USD 1,7 miliar. (Jau)

Comment