Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : shella |
| Kamis, 31 Oktober 2024 |
KalbarOnline - Menjadi seseorang yang selalu ingin menyenangkan orang lain atau dikenal sebagai people pleaser sering kali dilihat sebagai sifat positif yang membuat seseorang disukai banyak orang.
Namun, menjadi people pleaser yang berlebihan memiliki banyak dampak buruk, terutama bagi kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang.
Fenomena ini semakin banyak diperbincangkan, terutama di era media sosial, di mana tekanan untuk menampilkan citra positif terus meningkat.
Salah satu dampak utama dari menjadi people pleaser adalah kehilangan jati diri. Orang yang terus-menerus berusaha menyenangkan orang lain akan sering mengabaikan kebutuhan, nilai, atau keinginan pribadinya sendiri.
Mereka cenderung beradaptasi sesuai dengan harapan orang lain, sehingga sulit untuk memahami apa yang benar-benar mereka inginkan dan nilai. Akibatnya, mereka bisa merasa bingung dengan identitas diri sendiri dan sulit membangun kepercayaan diri.
People pleaser sering kali merasa harus menjaga kebahagiaan orang lain, sehingga mereka mungkin mengambil lebih banyak tanggung jawab daripada yang dapat ditangani. Tindakan ini membuat mereka rentan terhadap stres kronis, kelelahan mental, dan kecemasan karena takut mengecewakan orang.
Ketakutan akan penolakan atau ketidaksukaan orang lain juga bisa membuat mereka terus-menerus merasa cemas, yang pada akhirnya mengganggu kesehatan mental dan emosional mereka.
Demi menyenangkan orang lain, seorang people pleaser mungkin sulit menetapkan batasan pribadi yang sehat. Mereka sering merasa kesulitan untuk berkata "tidak" dan cenderung mengambil tanggung jawab yang tidak semestinya. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kelelahan, dan bahkan bisa menimbulkan perasaan tidak dihargai oleh orang lain.
Mengorbankan batasan pribadi dalam jangka panjang juga dapat merusak hubungan karena akhirnya mereka merasa tidak dihargai atau dimanfaatkan.
Menjadi people pleaser juga membuat seseorang lebih mudah dimanipulasi. Karena mereka sering kali memprioritaskan orang lain, mereka cenderung menjadi sasaran orang-orang yang ingin memanfaatkan mereka.
Manipulator dapat dengan mudah memanfaatkan kebaikan mereka untuk keuntungan pribadi. Akibatnya, people pleaser bisa menjadi korban perasaan tertipu, dikhianati, atau bahkan merasa kesepian karena merasa tidak ada yang benar-benar peduli dengan mereka.
Dalam upaya untuk membuat semua orang senang, seorang people pleaser mungkin mengorbankan waktunya untuk hal-hal yang seharusnya bisa dinikmati untuk diri sendiri. Mereka sering kali mengutamakan orang lain hingga melupakan kesehatan, hobi, atau bahkan waktu bersama keluarga. Pada akhirnya, ini bisa mengganggu keseimbangan hidup dan menurunkan kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.
Langkah-Langkah Mengatasi People Pleaser
Mengingat dampaknya yang merugikan, penting bagi seorang people pleaser untuk belajar menetapkan batasan yang sehat dan mengenali nilai diri sendiri.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecenderungan ini:
KalbarOnline - Menjadi seseorang yang selalu ingin menyenangkan orang lain atau dikenal sebagai people pleaser sering kali dilihat sebagai sifat positif yang membuat seseorang disukai banyak orang.
Namun, menjadi people pleaser yang berlebihan memiliki banyak dampak buruk, terutama bagi kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang.
Fenomena ini semakin banyak diperbincangkan, terutama di era media sosial, di mana tekanan untuk menampilkan citra positif terus meningkat.
Salah satu dampak utama dari menjadi people pleaser adalah kehilangan jati diri. Orang yang terus-menerus berusaha menyenangkan orang lain akan sering mengabaikan kebutuhan, nilai, atau keinginan pribadinya sendiri.
Mereka cenderung beradaptasi sesuai dengan harapan orang lain, sehingga sulit untuk memahami apa yang benar-benar mereka inginkan dan nilai. Akibatnya, mereka bisa merasa bingung dengan identitas diri sendiri dan sulit membangun kepercayaan diri.
People pleaser sering kali merasa harus menjaga kebahagiaan orang lain, sehingga mereka mungkin mengambil lebih banyak tanggung jawab daripada yang dapat ditangani. Tindakan ini membuat mereka rentan terhadap stres kronis, kelelahan mental, dan kecemasan karena takut mengecewakan orang.
Ketakutan akan penolakan atau ketidaksukaan orang lain juga bisa membuat mereka terus-menerus merasa cemas, yang pada akhirnya mengganggu kesehatan mental dan emosional mereka.
Demi menyenangkan orang lain, seorang people pleaser mungkin sulit menetapkan batasan pribadi yang sehat. Mereka sering merasa kesulitan untuk berkata "tidak" dan cenderung mengambil tanggung jawab yang tidak semestinya. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kelelahan, dan bahkan bisa menimbulkan perasaan tidak dihargai oleh orang lain.
Mengorbankan batasan pribadi dalam jangka panjang juga dapat merusak hubungan karena akhirnya mereka merasa tidak dihargai atau dimanfaatkan.
Menjadi people pleaser juga membuat seseorang lebih mudah dimanipulasi. Karena mereka sering kali memprioritaskan orang lain, mereka cenderung menjadi sasaran orang-orang yang ingin memanfaatkan mereka.
Manipulator dapat dengan mudah memanfaatkan kebaikan mereka untuk keuntungan pribadi. Akibatnya, people pleaser bisa menjadi korban perasaan tertipu, dikhianati, atau bahkan merasa kesepian karena merasa tidak ada yang benar-benar peduli dengan mereka.
Dalam upaya untuk membuat semua orang senang, seorang people pleaser mungkin mengorbankan waktunya untuk hal-hal yang seharusnya bisa dinikmati untuk diri sendiri. Mereka sering kali mengutamakan orang lain hingga melupakan kesehatan, hobi, atau bahkan waktu bersama keluarga. Pada akhirnya, ini bisa mengganggu keseimbangan hidup dan menurunkan kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.
Langkah-Langkah Mengatasi People Pleaser
Mengingat dampaknya yang merugikan, penting bagi seorang people pleaser untuk belajar menetapkan batasan yang sehat dan mengenali nilai diri sendiri.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecenderungan ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini