Dampak Buruk Menjadi People Pleaser dan Cara Mengatasinya

KalbarOnline – Menjadi seseorang yang selalu ingin menyenangkan orang lain atau dikenal sebagai people pleaser sering kali dilihat sebagai sifat positif yang membuat seseorang disukai banyak orang.

Namun, menjadi people pleaser yang berlebihan memiliki banyak dampak buruk, terutama bagi kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang.

IKLANHARJADPONTIANAK

Fenomena ini semakin banyak diperbincangkan, terutama di era media sosial, di mana tekanan untuk menampilkan citra positif terus meningkat.

  1. Kehilangan Identitas dan Kepribadian

Salah satu dampak utama dari menjadi people pleaser adalah kehilangan jati diri. Orang yang terus-menerus berusaha menyenangkan orang lain akan sering mengabaikan kebutuhan, nilai, atau keinginan pribadinya sendiri.

Mereka cenderung beradaptasi sesuai dengan harapan orang lain, sehingga sulit untuk memahami apa yang benar-benar mereka inginkan dan nilai. Akibatnya, mereka bisa merasa bingung dengan identitas diri sendiri dan sulit membangun kepercayaan diri.

  1. Meningkatkan Risiko Stres dan Kecemasan

People pleaser sering kali merasa harus menjaga kebahagiaan orang lain, sehingga mereka mungkin mengambil lebih banyak tanggung jawab daripada yang dapat ditangani. Tindakan ini membuat mereka rentan terhadap stres kronis, kelelahan mental, dan kecemasan karena takut mengecewakan orang.

Baca Juga :  Buka Rakon TP PKK se-Kalbar, Lismaryani Ingatkan Dukung Program Pengentasan Stunting

Ketakutan akan penolakan atau ketidaksukaan orang lain juga bisa membuat mereka terus-menerus merasa cemas, yang pada akhirnya mengganggu kesehatan mental dan emosional mereka.

  1. Mengorbankan Batasan Pribadi

Demi menyenangkan orang lain, seorang people pleaser mungkin sulit menetapkan batasan pribadi yang sehat. Mereka sering merasa kesulitan untuk berkata “tidak” dan cenderung mengambil tanggung jawab yang tidak semestinya. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kelelahan, dan bahkan bisa menimbulkan perasaan tidak dihargai oleh orang lain.

Mengorbankan batasan pribadi dalam jangka panjang juga dapat merusak hubungan karena akhirnya mereka merasa tidak dihargai atau dimanfaatkan.

  1. Rentan Terhadap Manipulasi

Menjadi people pleaser juga membuat seseorang lebih mudah dimanipulasi. Karena mereka sering kali memprioritaskan orang lain, mereka cenderung menjadi sasaran orang-orang yang ingin memanfaatkan mereka.

Manipulator dapat dengan mudah memanfaatkan kebaikan mereka untuk keuntungan pribadi. Akibatnya, people pleaser bisa menjadi korban perasaan tertipu, dikhianati, atau bahkan merasa kesepian karena merasa tidak ada yang benar-benar peduli dengan mereka.

  1. Merusak Keseimbangan Antara Hidup Pribadi dan Sosial
Baca Juga :  Mencegah Penularan Virus Corona Bisa dengan Alat Perlindungan Lain

Dalam upaya untuk membuat semua orang senang, seorang people pleaser mungkin mengorbankan waktunya untuk hal-hal yang seharusnya bisa dinikmati untuk diri sendiri. Mereka sering kali mengutamakan orang lain hingga melupakan kesehatan, hobi, atau bahkan waktu bersama keluarga. Pada akhirnya, ini bisa mengganggu keseimbangan hidup dan menurunkan kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.

Langkah-Langkah Mengatasi People Pleaser

Mengingat dampaknya yang merugikan, penting bagi seorang people pleaser untuk belajar menetapkan batasan yang sehat dan mengenali nilai diri sendiri.

Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecenderungan ini:

  • Mulai Berkata “Tidak”: Belajar menolak permintaan yang tidak nyaman adalah langkah awal untuk menghargai batasan diri sendiri.
  • Evaluasi Hubungan: Memahami siapa yang benar-benar peduli dan mendukung, serta siapa yang hanya ingin memanfaatkan, bisa membantu dalam membangun hubungan yang sehat.
  • Prioritaskan Kebutuhan Diri Sendiri: Cobalah untuk meluangkan waktu bagi diri sendiri, mengejar hobi, dan memenuhi kebutuhan pribadi tanpa merasa bersalah. (*)

Comment